[caption id="attachment_340787" align="aligncenter" width="640" caption="Delegasi Kementerian Agama dan Wakaf AlJazair berpose sebelum meninggalkan Kantor BWI. (Dok. Humas BWI)"][/caption]
JAKARTA, KOMPASIANA.com—Badan Wakaf Indonesia (BWI) kembali menerima kunjungan dari lembaga perwakafan luar negeri. Kali ini kunjungan datang dari Kementerian Agama dan Wakaf Aljazair, pada Kamis (5/6/2014) pagi, di Kantor BWI di Gedung Bayt Al-Qur’an, Lantai II, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Delegasi Kementerian Agama dan Wakaf Aljazair yang berjumlah 12 orang datang sekira pukul 09.00 WIB. Mereka antara lain Ketua Badan Wakaf Aljazair yang merangkap sebagai Penasihat Kementerian Agama dan Wakaf, Saidi Ahmad; Direktur Zakat Kementerian Agama dan Wakaf, Maizah Murada; dan beberapa orang perwakilan dari Geselschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) yang merupakan sponsor kedatangan delegasi Aljazair tersebut ke Indonesia.
[caption id="attachment_340791" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana diskusi Kementerian Agama dan Wakaf Aljazair dengan BWI. (Dok. Humas BWI)"]
Mereka diterima dengan hangat oleh Kepala Sekretariat BWI Ahmad Haris dan Ketua Divisi Kerja Sama Luar Negeri Nur Samad Kamba. Lalu dilakukanlah diskusi dan tukar pengalaman seputar wakaf di Ruang Rapat Besar BWI.
Dalam pertemuan itu, delegasi Kementerian Agama dan Wakaf Aljazair lebih banyak bertanya seputar kondisi perwakafan tanah air beserta regulasi-regulasinya. Sebaliknya, mereka juga menjelaskan kondisi perwakafan di negeri mereka.
Dari diskusi dan tukar pengalaman itu diketahui bahwa urusan wakaf di Aljazair hanya diurusi oleh satu lembaga yang bernaung di bawah Kementerian Agama dan Wakaf. Sementara, wakaf di Indonesia diurusi oleh dua lembaga, yaitu (1) lembaga negara independen Badan Wakaf Indonesia, yang di bentuk pada 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dan (2) Direktorat Pemberdayaan Wakaf, yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama.
Menurut Saidi Ahmad, “Ke depan, peran lebih besar dalam menangani perwakafan mestinya diberikan kepada BWI sebagai lembaga yang lebih independen.”
Sementara itu, Maizah Murada menjelaskan dukungan kuat dari Pemerintah Aljazair terhadap perwakafan di negeri mereka. Dukungan itu, misalnya, diwujudkan dalam kebijakan pemerintah untuk mengkonversi tanah negara menjadi tanah wakaf, terutama tanah negara yang dulu merupakan tanah wakaf yang dikonversi oleh pemerintah kolonial Perancis menjadi tanah negara.
Dalam kesempatan itu, Nur Sama Kamba menyampaikan pentingnya kerja sama perwakafan di antara sesama negara Islam. “Harus ada kerja sama di antara sesama negara Islam dalam memajukan perwakafan,” tuturnya.
[caption id="attachment_340788" align="alignleft" width="297" caption="Saidi Ahmad dan Nur Samad Kamba bertukar kado"]
[caption id="attachment_340789" align="alignleft" width="235" caption="(Dok. Humas BWI)"]
Setelah diskusi dirasa cukup, kedua pihak kemudian bertukar kenang-kenangan. Saidi Ahmad, mewakili delegasi Aljazair, menyerahkan oleh-oleh yang di antaranya berupa kurma Aljazair kepada Nur Samad Kamba. Setelah itu, Nur Samad Kamba memberikan kado berupa buku-buku perwakafan kepada Saidi Ahmad.[]
Penulis: Nurkaib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H