Bisnis kafe atau yang saat ini lebih terkenal dengan sebutan coffee shop mulai menjadi tren di Indonesia pada tahun 1990-an. Seiring bertambahnya tahun, konsep dan produk yang ditawarkan semakin beragam. Salah satu cara pelaku usaha yakni dengan menyajikan hiburan sebagai salah satu daya tarik yang berdampak cukup besar hingga saat ini. Mulai dari pameran, pementasan teatrikal atau pun pembacaan puisi, hingga games dalam bentuk ice breaking hadir di berbagai jenis usaha ini. Dari sekian banyaknya jenis hiburan, musik masih menjadi favorit jenis hiburan dalam strategi pemasaran khususnya bisnis kopi sampai saat ini.
Musik sebagai salah satu jenis showbiz paling banyak digemari dikenal masyarakat melalui media radio, televisi, hingga platform digital. Dari situ masyarakat bisa menyaring mulai dari jenis musik, pilihan musisi, ragam judul lagu hingga menyusun daftar lagu yang akan diputar kemudian menjadi favorit tiap masyarakat. Tidak hanya itu, beberapa jenis tayangan seperti sinetron, cuplikan, hingga film juga menjadi sarana masyarakat dalam mengenal lebih jauh ragam musik yang sampai saat ini masih diproduksi tiada henti.
Dari situlah muncul beberapa kelompok masyarakat membentuk grup musik dan memunculkan simbiosis mutualisme salah satunya dengan pelaku usaha dalam bidang ini adalah bisnis kopi. Kultur ini menyebabkan lahirnya satu jenis bisnis kopi dengan mengangkat jenis musik maupun karakter musisi tertentu. Dan ternyata cara tersebut cukup sukses apabila dilihat dengan beragamnya konsep bisnis kopi saat ini. Kejadian ini rupanya menjadi salah satu sarana masyarakat dalam menikmati atau mengonsumsi hiburan sekaligus produk F&B dalam sekali waktu.
Seiring berkembangnya teknologi, hiburan musik yang sudah menjadi tren atau biasa disebut di beberapa tempat dengan kata “reguler” ini menarik perhatian beberapa pelaku bisnis di industri pertunjukan atau biasa dikenal dengan sebutan showbiz. Bisnis kopi dan bisnis hiburan yang berjalan bersamaan tiap tahunnya dan menghasilkan keuntungan cukup besar tiap tahunnya. Melalui berbagai jenis media kerjasama, beberapa produsen rokok pun juga ikut ambil bagian dalam kegiatan ini salah satunya dengan jalan sponsorship yang dinilai sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Dan dengan kontribusi oleh banyak pihak sampai detik ini, membuat eksistensi showbiz bisa dianggap tidak bisa sirna begitu saja walaupun pandemi saat ini sekalipun.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, bisnis, pertunjukan, dan teknologi terus beradaptasi dan lahir setiap harinya. Hal ini tentu saja bisa dianggap tantangan oleh banyak pihak. Dengan mengesampingkan sejenak bahwa bisa saja kegiatan ini merugikan pihak penyiaran khususnya televisi dan radio karena akses teknologi semakin mempermudah pihak perseorangan membuat tayangan kegiatan secara sederhana, masalah ini belum bisa dianggap terlalu serius karena dorongan beberapa pihak untuk terus beradaptasi dengan lingkungan saat ini membuat gaya baru serta alternatif baru untuk menarik perhatian dan menguasai segmen tertentu. Dan pada saat fase pandemi selesai, proses adaptasi ini sejatinya mampu mentransformasi kebiasan dan kultur masyarakat sama halnya yang dilakukan oleh televisi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H