Mohon tunggu...
Backstage Art
Backstage Art Mohon Tunggu... Mahasiswa - Backstage. Analyst. Journalist.

Backstage. Analyst. Journalist.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lagu Kontroversial yang Mengecam Big Pharma, Korupsi, Genosida, dan Manipulasi Budaya Pop: New Single Karmageddon oleh Iyah May

24 Desember 2024   12:47 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:51 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram (@iyahmayhem )Link: https://www.instagram.com/reel/DDPgEb4yX-6/ 

New Single Karmageddon oleh Iyah May: Lagu Kontroversial yang Mengecam Big Pharma, Korupsi, Genosida, dan Manipulasi Budaya Pop.

IYAH MAY dan Lagu Kontroversial 'Karmageddon': Kritik Berani terhadap Big Pharma, Genosida, dan Manipulasi Budaya Pop

Single terbaru dari IYAH MAY yang berjudul *"Karmageddon"* merupakan komentar tajam dan penuh kontroversi tentang korupsi dan kekacauan di dunia saat ini. Lagu ini dengan lantang membahas berbagai isu sosial, mulai dari keserakahan Big Pharma selama pandemi hingga budaya cancel culture dan sisi gelap di balik Hollywood, dunia Entertaintment dan budaya pop. Dengan lirik tanpa kompromi dan sikap yang tak gentar, IYAH MAY menghadirkan lagu yang menolak menghindari kebenaran yang tidak nyaman, membuka ruang diskusi penting tentang kondisi dunia kita.


Mengungkap Realitas Paling Mengkhawatirkan dalam Masyarakat

"Karmageddon" tidak ragu mengajak pendengar untuk menghadapi perpecahan politik dan sosial yang melanda masyarakat modern. Lagu ini mengkritik segala hal, mulai dari manipulasi media, keserakahan korporasi, hingga pengaruh budaya selebriti yang merusak. IYAH MAY menggambarkan lagu ini sebagai "kritik tajam" terhadap dunia yang terobsesi dengan keuntungan, polarisasi, dan budaya perpecahan yang semakin mendominasi.

Sebagian energi mentah dari lagu ini tertuang dalam lirik provokatifnya:  
"Gender, guns, religion and abortion rights  
You better pick a tribe and hate the other side  
Keep scrolling  
But did you see 
Taylor live?  
Man-made virus watch the millions die  
Biggest profit of their lives  
Here's inflation that's your prize  
This is Karmageddon"

Lirik ini mengkritik tajam polarisasi dalam masyarakat, di mana isu-isu seperti gender, senjata, dan hak aborsi digunakan untuk memecah belah orang. IYAH MAY secara sarkastik mempertanyakan bagaimana masyarakat dengan mudah teralihkan oleh hal-hal sepele seperti pertunjukan selebriti---*"Did you see Taylor live?"*---sementara isu-isu mendesak, seperti dampak virus buatan manusia, diabaikan. Referensi tentang keuntungan besar Big Pharma selama pandemi memperkuat kritik terhadap peran sistem kesehatan dalam memperburuk krisis sosial demi keuntungan finansial.

Lagu ini juga menggarisbawahi dampak inflasi yang menghancurkan kehidupan masyarakat sehari-hari, menggambarkannya sebagai "hadiah" untuk mereka yang berada di puncak kekuasaan.

Melawan Cancel Culture dan Kebohongan Media
Lagu ini tidak berhenti pada Big Pharma; kritiknya juga meluas ke budaya cancel culture dan kebohongan media: 
 

"Turn on the news and eat their lies  
Kim or Kanye pick a side  
Cancel culture what a vibe  
This is Karmageddon"

Melalui lirik ini, IYAH MAY mencerminkan bagaimana masyarakat terus disodori informasi palsu dan dipaksa memilih sisi berdasarkan perpecahan superfisial. Referensi terhadap selebriti seperti Kim atau Kanye menunjukkan bagaimana distraksi semacam itu mengalihkan perhatian publik dari isu-isu yang lebih penting, sementara cancel culture disebutkan sebagai alat untuk membungkam suara-suara yang berbeda pendapat.

Politik, Korporasi, dan Genosida: Kritik yang Berani
Bagian paling tajam dalam lagu ini muncul ketika IYAH MAY menyoroti keterkaitan antara politik dan keserakahan korporasi
:  


"Corporations swear they never lie  
Politicians bribed for life  
More than war it's genocide  
This is Karmageddon"*
 

Lirik ini secara langsung menghubungkan kepentingan korporasi dengan korupsi politik, mengungkap bagaimana keduanya berkontribusi menciptakan sistem yang menguntungkan dari kehancuran. Penggunaan kata "genosida" oleh IYAH MAY menunjukkan kerugian sistemik yang lebih luas akibat struktur kekuasaan ini, yang tidak hanya menyebabkan perang, tetapi juga penghancuran perlahan melalui ketimpangan, eksploitasi, dan kerusakan lingkungan.

Kontroversi Memanas: IYAH MAY Teguh pada Prinsipnya
Kontroversi terkait *"Karmageddon"* telah mulai memanas. Setelah lagu ini dirilis, manajer IYAH MAY memutus kontrak kerja sama karena tidak sepakat dengan lirik lagu tersebut. Namun, artis yang dikenal dengan kemandiriannya ini menolak untuk melunakkan pesannya.  

Dokter dan Artis: Perspektif Unik IYAH MAY
Yang membedakan IYAH MAY dari banyak artis lainnya adalah latar belakang uniknya sebagai penulis lagu sekaligus dokter. Dibesarkan di desa hutan hujan di Far North Queensland, Australia, IYAH MAY membawa warisan budaya Belanda, Pasifik, dan Filipina ke dalam musiknya. Kariernya sebagai mahasiswa kedokteran, yang dimulai saat meneliti HIV di New York, memberinya perspektif unik dalam melihat isu-isu sosial, terutama yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.

Kombinasi profesi sebagai dokter dan artis memungkinkan IYAH MAY berbicara dengan otoritas tentang isu-isu seperti manipulasi kesehatan oleh Big Pharma dan korupsi moral elit global.

Respons Viral: Karmageddon Jadi Seruan bagi Pencari Kebenaran
Setelah perilisannya, Karmageddon langsung menjadi topik perbincangan hangat di media sosial, terutama di Instagram. Lagu ini disambut dengan antusias oleh komunitas pencari kebenaran (Truth Seekers) yang merasa lagu ini mewakili suara mereka. Dengan lebih dari 4.000 komentar pada unggahan viral terkait lagu ini, pesan dalam Karmageddon tampaknya telah menemukan tempat di hati banyak orang.

Para pendengar memuji keberanian IYAH MAY dalam menyuarakan isu-isu sensitif yang sering diabaikan oleh industri musik mainstream. Beberapa komentar menyebut lagu ini sebagai "wake-up call" atau seruan untuk membangunkan kesadaran, sementara yang lain mengapresiasi bagaimana liriknya secara lugas dan tajam mengungkap realitas yang tidak banyak dibicarakan.

Direspons oleh Artis dari Indonesia: Octavia Dingss
Keberanian dan pesan mendalam dari Karmageddon tidak hanya mendapat apresiasi dari para pendengar, tetapi juga menarik perhatian artis internasional, termasuk dari Indonesia. Octavia Dingss, artis dan figur publik yang dikenal dengan kepeduliannya terhadap isu spiritual dan sosial, turut memberikan komentarnya pada unggahan Instagram terkait lagu ini:

"Thanks for your contribution the law of Karma is eternal!"
Komentar Octavia Dingss ini mendapat sorotan besar dari penggemar, yang melihatnya sebagai dukungan kuat terhadap pesan yang dibawa oleh Karmageddon. Respons tersebut memperkuat narasi bahwa hukum karma dan kebenaran adalah hal yang abadi, sesuai dengan tema besar lagu ini.


"Karmageddon": Ajakan untuk Berkonfrontasi dan Menyembuhkan

Pada intinya, *"Karmageddon"* adalah seruan untuk bertindak, mengajak pendengar menghadapi tantangan yang dihadapi masyarakat dan mencari cara untuk membangun kembali serta menyembuhkan. Lagu ini menjadi pengingat kuat akan perlunya bangkit dari rasa puas diri kolektif kita dan mengambil tanggung jawab atas dunia yang kita tinggali.  

Dengan pesan yang berani dan penyampaian yang tanpa rasa takut, IYAH MAY tidak hanya menciptakan musik---dia memulai percakapan tentang isu-isu paling mendesak di zaman kita.

https://www.instagram.com/reel/DDPgEb4yX-6/

https://www.instagram.com/reel/DDPgEb4yX-6/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun