Mohon tunggu...
Da Backpankers
Da Backpankers Mohon Tunggu... -

Simple Person, Love Travelling and easy going

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Curug Ciampea: Airnya Super Jernih Sebening Kaca

1 Agustus 2017   21:38 Diperbarui: 1 Agustus 2017   21:51 6983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu lagi spot air terjun yang bertetanggaan dengan Curug Cipeteuy ini bernama Curug Ciampea atau Curug Cipata. Namun warga setempat menyebutnya dengan nama Green Lagoon. Curug yang berlokasi di Desa Tapos 1, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini memiliki pesona alam dengan udaranya yang bersih dan airnya yang super jernih sebening kaca.

Hari minggu pagi (23/07/17) sekitar pukul 08.00 WIB, sebelum Renni kembali ke Bandung pada sore hari, aku mengajaknya mengunjungi Curug Ciampea yang letaknya bertetanggaan dengan Curug Cipeteuy. Rencananya ingin ke Curug Balong Endah, namun rencana itu aku alihkan ke Curug Ciampea karena pertimbangan harga tiket masuk yang harus dibayar sebanyak 3X.

Setelah keluar dari penginapan dengan menggunakan sepeda motor, kami berangkat menuju Curug Ciampea. Namun sebelumnya, kami berhenti di Indomart untuk membeli bekal seperti air mineral dan lain-lain. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan dengan melewati rute yang sama menuju Curug Luhur dan Curug Cipeteuy.

Di pertengahan jalan, kami sempat berhenti di salah satu rumah makan untuk sarapan terlebih dahulu. Usai makan, perjalanan pun dilanjutkan kembali. Di butuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk menuju Curug Ciampea dengan rute yang berkelok-kelok dan naik turun yang dihiasi dengan panorama pemandangan landscape Gunung Halimun Salak.

Setelah melewati Curug Luhur dan akses masuk Curug Cipeteuy, kurang lebih sekitar 2 kilometer di depan terdapat plang Curug Ciputri yang menjadi akses masuk menuju Curug Ciampea. Keberadaan plang tersebut sangat kecil sehingga kejelian mata benar-benar di uji. Aku pun membelokkan sepeda motor dan masuk ke dalam dengan kondisi jalan yang bebatuan dan belum beraspal dengan lebar jalan yang hanya cukup dilalui oleh 1 mobil.

Berjalan menanjak keatas dengan kondisi jalanan yang penuh bebatuan dan belum bagus cukup melelahkan tangan karena harus menyeimbangkan beban tubuh masing-masing. Kemudian terdapat pertigaan dengan plang informasi yang menempel di dinding rumah, aku membelokkan sepeda motor ke kanan. Karena jika lurus menuju Curug Ciputri.

Kondisi jalan sudah membaik, hanya saja lebar jalanan hanya cukup dilalui dengan sepeda motor. Berjalan menurun curam ke bawah melewati rumah-rumah warga setempat dan sesekali harus menanjak ke atas. Beberapa meter di depan tampak areal persawahan milik warga setempat yang sudah menguning degan kondisi jalan yang landai dan berkelok-kelok kemudian menanjak lagi ke atas.

Saat ingin sampai di gerbang pintu masuk, terdapat salah satu warga setempat, mengarahkan kami untuk memarkirkan sepeda motornya di salah satu villa, karena akses menuju ke atas sedang di bangun oleh warga setempat. Setelah memarkirkan sepeda motor. Kami melanjutkan trekking menuju loket pintu masuk.

Cukup lelah, karena kami harus trekking menanjak ke atas melalui jalan pintas dari villa yang di beritahu oleh salah satu warga yang menjaga parkiran menuju loket pintu masuk. Setelah mencapai loket pintu masuk, kami beristirahat sejenak di bale bambu yang membentuk kursi, lalu membayar tiket masuk sebesar Rp.15.000 per orang.

Terlihat salah satu warga setempat lainnya sedang membuat jalan dari bebatuan yang di tumpuk-tumpuk. Usai mengembalikan energi yang terkuras, aku dan Renni melanjutkan trekking kembali menanjak ke atas dengan melewati hutan pinus. Suasana hening mulai merambat saat memasuki areal hutan pinus. Nyanyian kicauan burung sesekali bergema yang seakan-akan menyambut kedatangan para pengunjung.

Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk trekking dengan tekstur jalan yang bertanah dan sesekali menanjak keatas. Karena lelah, aku dan Renni beristirahat sejenak duduk di atas batu sambil menikmati hembusan udara segar dengan panorama barisan pohon-pohon pinus dan tumbuhan-tumbuhan lainnya yang tumbuh liar di areal sekitar.

Kurang lebih 15 menit beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali dengan kondisi jalan yang landai. Dan beberapa meter di depan sudah terdengar alunan gemericik air yang mengalir deras sebagai tanda bahwa keberadaan Curug Ciampea sudah tidak jauh lagi. Namun kami harus berjalan menanjak ke atas untuk ke sekian kalinya.

Sesampainya di atas, terdapat beberapa warga setempat yang menjajakan barang dagangannya dan keberadaan Curug Ciampea pun sudah terlihat dari kejauhan yang seolah-olah mengumpat di balik pepohonan yang tumbuh subur menghijau. Aku dan Renni beristirahat sejenak di kursi yang terbuat dari bambu untuk mengembalikan energi yang terkuras selama trekking.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Setelah itu, berjalan menurun curam ke bawah. Perlahan-lahan kami melangkahkan kaki melewati anak tangga berbentuk tanah yang cukup licin sambil memegang bambu yang ada di samping sebagai pembatas. Sesampainya di bawah, sangat banyak warga setempat yang menjual makanan.

Aku dan Renni segera mencari tempat untuk menaruh barang. Setelah itu, aku menceburkan diri di kolam Curug Ciampea yang super jernih, dingin dan segar. Di kolam ini, kedalaman air tidak begitu dalam hanya setinggi betis orang dewasa. Namun aliran air Curug Ciampea cukup deras menghujam ke bawah dari ketinggian.

Usai bermain air di kolam Curug Ciampea, kami berpindah tempat ke Green Lagoon yang tidak jauh dari kolam Curug Ciampea. Di lokasi ini berbentuk kolam alami yang terhimpit oleh bebatuan membentuk dinding dan juga terdapat air terjun mini yang berasal dari aliran air Curug Ciampea. Kedalaman airnya mencapai 2 meter, sehingga pengunjung bisa melakukan Cliff Jumping dari atas.

Berhubung belum banyak pengunjung yang datang, aku berkali-kali berenang di Green Lagoon dan menikmati kejernihan airnya yang begitu segar dan dingin. Kemudian beranjak ke atas untuk beristirahat sambil memasak air dengan menggunakan kompor portable yang aku bawa untuk membuat teh hangat.

Saat itu, kondisi cuaca sangat mendung. Sesekali hujan gerimis turun, Dan sesaat kemudian, tampak beberapa pengunjung mulai berdatangan. Di sela-sela aku sedang menikmati teh hangat, mendadak hujan gerimis sedikit membesar. Aku dan Renni terpaksa memindahkan barang-barang bawaan ke salah satu warung yang menggunakan terpal sebagai penutupnya.

Hanya beberapa saat, hujan kembali reda. Aku dan Renni berjalan ke bawah menuju spot curug lainnya yang tidak jauh dari toilet umum. Di lokasi ini, aliran air curug seakan-akan keluar dari balik pohon dengan debit air yang tidak begitu deras, sementara untuk kolamnya tidak terlalu dalam, hanya setinggi mata kaki orang dewasa.

Tidak begitu lama berada di tempat tersebut, aku mengajak Renni untuk menuju ke bawah lagi. Setelah mengambil barang-barang bawaan yang kami taruh di salah satu warung, kami berjalan ke bawah melewati bebatuan yang licin dan extra hati-hati menuju ke salah satu spot lainnya yang berbentuk kolam alami yang di hiasi dengan air terjun mini yang berasal dari aliran air Curug Ciampea.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Di tempat ini, terlihat beberapa orang yang sedang berenang. Setelah menaruh barang di atas bebatuan. Aku kembali menceburkan diri di dalam kolam alami tersebut dengan kedalaman air kurang lebih sekitar 2 meter dan bisa melakukan Cliff Jumping dari atas batu dekat kolam alami tersebut.

Meskipun diameter kolam alami tersebut tidak terlalu besar, tapi cukup membuatku berenang kesana-sini menikmati kejernihan airnya yang segar dan dingin. Setelah itu, kembali menuju barang-barang yang aku taruh dan beristirahat sejenak menikmati panorama alam sekitar yang di balut degan hembusan udara dingin.

Berhubung sore hari Renni harus kembali ke Bandung, sekitar pukul 13.00 WIB, aku memutuskan untuk menyudahi aktifitas di Curug Ciampea dan harus kembali ke penginapan untuk mengambil sebagian barang yang tidak kami bawa. Setelah membereskan barang bawaan dan tidak ada lagi yang tertinggal, kami trekking menuju ke atas melewati jalur semula dan sesampainya di atas, kami beristirahat sejenak di salah satu warung yang berbentuk saung karena kelelahan.

Tidak berapa lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Terpaksa kami dan beberapa pengunjung lainnya harus berteduh di dalam warung tersebut sambil menunggu hujan reda. Kurang lebih 1 jam berada di dalam warung, dan kondisi hujan sudah reda, kami melanjutkan trekking menuju parkiran motor.

Renni pun memakai jas hujan plastik yang di bawanya. Dengan melewati jalur hutan pinus untuk kembali, kondisi jalan sedikit licin akibat air hujan. Dan di pertengahan jalan, hujan kembali turun dengan derasnya, aku pun berhenti sejenak untuk memakai jas hujan plastik untuk melindungi barang-barang.

Hujan tak kunjung reda, kami tetap berjalan perlahan-lahan menuju parkiran motor. Sesampainya di areal parkiran, setelah membayar parkir Rp.5.000, kami segera berjalan menuju penginapan. Namun sesekali Renni harus turun dari sepeda motor, karena kondisi jalan yang licin dan menurun curam ke bawah. Setelah itu, kembali lagi naik motor dan melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di penginapan untuk mengambil barang-barang yang tidak kami bawa.

Di penginapan, saat Renni berbilas diri, aku packing barang-barang yang ku bawa. Kemudian menunggunya di depan kamar. Selang beberapa menit kemudian, Renni keluar kamar dan kami bersiap-siap untuk check out dan melanjutkan perjalanan menuju terminal bus Baranangsiang mengantarkan Renni untuk naik bus menuju Bandung.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saat memasuki kota Bogor, kondisi jalan di areal Kebun Raya Bogor sejumlah kendaraan tampak berjalan merayap. Untuk menuju terminal Baranangsiang, kami harus memutari Kebun Raya Bogor terlebih dahulu, karena akses disini sudah menjadi satu jalur. Dan setelah melewati Botani Square, kami melewati jalur tol untuk berputar balik lalu belok kiri dan kondisi jalan di depan sagat macet. Cukup jauh untuk mencari jalan putar balik karena beberapa diantaranya di tutup dan dijaga oleh kepolisian setempat untuk mengurai kemacetan.

Setelah berputar balik dan berjalan lurus ke depan, aku membelokkan sepeda motor memasuki areal terminal bus Baranangsiang. Tepat di depan kantor pos jaga kepolisian. Aku menghentikan sepeda motor dan Renni pun turun dari motor kemudian berjalan menuju bus yang akan dinaikinya, setelah itu aku melanjutkan perjalanan kembali menuju rumah, dan saat itu cuaca tetap mendung.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
How To Get There?

Jika kamu berasal dari Jakarta menggunakan mobil atau motor. Arahkan mobil menuju Bogor, sesampainya di kota Bogor, arahkan kendaraan menuju Bogor Trade Mall (BTM) lalu ambil jalur kiri lurus terus hingga terdapat pertigaan lampu merah kemudian belok kanan ke arah Ciapus. Ikuti jalan utama, nanti bertemu jalan yang bercabang, jika ke kanan ke arah Ciomas, ke kiri ke arah Ciapus, ambil jalur kiri lurus terus dan ikuti jalan utama hingga akhirnya bertemu pertigaan tempat angkot-angkot ngetem, kemudian belok kanan ke arah Curug Luhur.

Terus ikuti jalan utama tersebut hingga menemui Curug Luhur. Sampai disini kurang lebih sekitar 5 kilometer lagi menanjak ke atas, nanti akan ada plang Situs Arca Domas. Jika belok kiri menuju Curug Cipeteuy dan Situs Megalitik Arca Domas, anda masih lurus terus ikuti jalan utama dan berjalan perlahan-lahan lalu lihat di sebelah kiri terdapat plang kecil bertuliskan Curug Ciputri.

Belok ke kiri, kondisi jalan disini sangat offroad (rusak parah) dengan menanjak ke atas sementara ukuran badan jalan hanya bisa dilalui dengan 1 mobil, jika berpapasan dengan mobil lain yang berlawanan, salah satu mobil harus mengalah. Ikuti jalan tersebut hingga bertemu pertigaan, Disini terdapat plang kecil yang menempel di dinding rumah warga.

Jika lurus terus menuju Curug Ciputri, belok kanan menuju Curug Ciampea dan ikut jalan tersebut dengan kondisi jalan yang menurun curam dan menanjak ke atas melewati rumah-rumah warga dan areal persawahan, sampai tiba di salah satu vila yang menjadi akhir perjalanan untuk memarkirkan kendaraan kemudian dilanjutkan dengan trekking selama 1 jam (tergantung jalan) untuk mencapai Curug Ciampea melewati hutan pinus dengan harga tiket masuk Rp.15.000 per orang.

NOTES: Saran saya sebaiknya anda menggunakan sepeda motor untuk mengunjungi Curug Ciampea, kemudian membawa bekal sendiri (beli di indomart atau alfamart), dan bawalah bekal makanan yang dibutuhkan. Sampai di lokasi buanglah sampah pada tempatnya atau bawa kembali sampahmu untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun