Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan membelokkan sepeda motor ke arah kanan sesuai dengan info dari plang tersebut. Di pertengahan jalan terdapat pertigaan lagi yang membuat kami kebingungan lalu memutuskan untuk mengambil jalan lurus dan sesekali bertanya dengan penduduk sekitar yang kebetulan sedang melintas dengan sepeda motornya mengenai keberadaan Curug Ciorok.
Pemuda tersebut memberi tahu kami untuk terus ke arah atas, dan kami mengikuti info dari pemuda tersebut, dengan menanjak keatas mengikuti jalan yang kami lalui hingga akhirnya buntu tak ada jalan lagi selain hamparan kebun teh yang luas dan pemandangan kota bogor dari puncak bukit. Kebingungan kembali melanda di kepala kami masing-masing dan kebetulan terdapat seorang anak remaja yang sedang duduk diatas motornya, kami bertanya kembali mengenai keberadaan Curug Ciorok, namun orang itu tidak tahu keberadaan curug yang ingin kami kunjungi, namun orang itu memberi tahu kami jika diareal ini tempat jatuhnya pesawat sukhoi beberapa tahun silam.
Merasa tersesat kami kembali turun ke bawah dan bertanya ke penduduk sekitar yang kami temui di jalan. Beberapa pemuda yang sedang nongkrong di tepi jalan memberi tahu kami untuk belok kanan dengan melewati jembatan saat di pertigaan. Kami melanjutkan perjalanan kembali hingga dipertigaan lalu belok kanan melewati jembatan kemudian menanjak keatas, situasi yang begitu sepi ditambah lagi dengan kebingungan yang melanda.
Hingga akhirnya saya melihat ada sebuah warung dan bertanya ke salah satu penduduk yang sedang jaga warung, orang tersebut memberitahu kami untuk jalan lurus naik keatas lalu belok kanan saat di penambangan dengan logat bahasa sundanya yang saya tidak mengerti. Lalu kami melanjutkan perjalanan mengikuti jalanan yang terus naik keatas, hingga akhirnya saya menemui beberapa villa, karena merasa tersesat saya mencoba bertanya kembali ke penduduk sekitar yang kebetulan saat itu ada seorang bapak yang sedang berkebun.
“Permisi pak...mau tanya, curug ciorok dimana ya pak ?”, tanyaku ke bapak yang sedang berkebun.
“Ada di bawah dek, nanti turun lalu belok kiri ke arah penambangan”, ucap bapak tersebut.
“Belok kiri yang pertama atau yang dibawahnya lagi pak ?”, tanyaku dengan kebingungan.
“Belok kiri yang pertama setelah adek turun dari sini”, ucap Bapak tersebut.
“Baik pak, terima kasih ya pak”, ucapku dengan menghidupkan kembali sepeda motor.
“Iya dek”, ucap Bapak tersebut.
Dan kami melanjutkan perjalanan dengan membalikkan sepeda motor turun kebawah yang penuh kebingungan, sesampainya dibawah setelah turun, saya membelokkan sepeda motor ke kiri dengan melewati jalan setapak ukuran mobil dengan tekstur jalanan yang penuh dengan bebatuan, jalan ini merupakan keluar masuk truk untuk mengangkut tanah yang ditambang dari bukit sekitar.