Mohon tunggu...
Indra Setiawan
Indra Setiawan Mohon Tunggu... -

Hanya seorang anak bangsa Indonesia yang kecanduan jalan-jalan dan gak bisa nulis namun mencoba untuk berbagi, kunjungi kisah perjalanan lainnya di http://www.backpackerborneo.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gunung Usung, Mendaki Berbonus Air Terjun

1 Februari 2012   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat agak terlambat dari jadwal semula kita bertiga menuju Gunung Usung yang hanya berjarak beberapa puluh Kilometer dari Kota Puruk Cahu, Ibukota Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengan.  Ternyata di tempat sebelum memulai pandakian sudah beberapa orang menunggu, hingga totalnya ada 7 orang yang akan mendaki hari ini, saya dan 6 orang murid Kelas XI MAN Puruk Cahu. Sebenarnya Gunung Usung bukanlah sebuah gunung, hanya sebuah bukit. Namun masyarakat di Kalteng lebih terbiasa menyebut “Gunung” bagi tonjolan kulit bumi yang tampak lebih tinggi dari sekitarnya. Begitu juga dengan tanjakan di jalan raya, ada nama masing masin seperti Gunung Ular atau Gunung tengkorak, padahal itu hanya sebuah tanjakan. Gunung Usung Terlepas dari semuanya mendaki bukit di sini bukan hal yang mudah karena selain terjal dan medannya yang berat. Kita memulai perjalanan dengan “Rasa-rasa”, mengira-ngira apakan ini jalan yang tepat, namun kita terus berjalan hingga sampai kepada sebuah tebing yang tampaknya tempat yang asik buat panjat tebing, namun ketika saya coba ternyata basah dan licin, mustahil untuk memanjatnya tampa pengaman.

Perjalanan menuju Puncak Dan benar saja hasil dari “Rasa-rasa” dari kita salah mengambil jalan hingga melalui harus berhadapan dengan jalan buntu dan harus menembus semak belukan untuk dapat melanjutkan perjalanan, onak duri menemanii perjalanan kita hingga kita menemukan jalan yang benar. Untungnya jalan untuk menuju puncak sudah jelas karena tampaknya sudah sering di daki, namun di beberapa tempat kita harus merunduk untuk menghindari semak yang rapat, dan jalannya pun terus menanjak sampai saya kehabisan napas, ini akibat dari sekarang sudah tidak pernah olahraga lagi, fisik makin kendor. Hanya ada satu Bonus di sini dan setelah ini perjalanan menjadi semakin terjal hingga 50 derajat, untuk naik kita harus berpegangan di rerumputan dan pohon yang jarang, panas yang menyengat juga membuat saya tambah kedodoran, namun semangat saya memaksa untuk melanjutkan perjalanan karena yang lain sudah sampai di atas, dan setelah beberapa kali menaris nafas dan beristirahat akhirnya sampai juga.
Tampak salah satu gundulnya hutan Well, tak ada pohon di puncak, hanya ada semak yang lumayan tinggi untuk berlindung dan dari puncak kita bisa melihat pemandangan yang luas, kota Puruk Cahu yang kecil kelihatan makin kecil. Sungai Barito tampak seperti ular yang meliuk-liuk dan di pinggirnya tampak beberapa desa yang berada di wilayah Kabupaten Murung Raya. Namun hati saya sedikit terenyuh ketika melihat hutan yang mulai gundul, banyak yang telah menjadi perkebunan karet bahkan beberapa tampak masih menjadi lahan kosong, dan untungnya dari sini tidak ada pemandangan tambang batu bara atau kebun Kelapa Sawit yang mulai banyak menggusur hutan Kalimantan. Karena kesiangan kitapun harus rela berpanas-panasan di puncak, saya berencana untuk kembali lagi ke sini dan menginap sehingga bisa melihat matahari terbit serta berada di atas awan. Selain foto-foto tak banyak yang kita lakukan karena kurangnya persiapan, termasuk persiapan snack. Untungnya persediaan air minum kita cukup sampai turun kembali.
Di puncak Pukul setengan 12 kita beranjak turun, tak lupa juga membawa botol bekas minuman aga tak menambah sampah plastic yang ada d sana. Namun perjalan turun lebih sulit Karena kita harus berjalan mundur sambil melihat kebelakang, bagi yang phobia ketinggian ini merupakan moment yang horor. Dan untuk turun kita harus berpegangan yang erat di rerumputan yang lumayan tajam sehingga mengoyak tangan beberapa orang. Ketika kita turun ada tiga orang anak yang seddang naik dan hanya membawa sebotol pocari, dan hasilnya mereka turun kembali tidak jadi ke puncak dan turun kembali. Perjalan turun membuat tekanan 5 kali lipas di lutut dari pada berjalan biasa, sehingga lebih berasa daripada ketiga naik yang lebih banyak makan nafas. Dan lagi-lagi saya yang terakhir karena sambil foto-foto selain fisik mereka yang tampak lebih kuat, maklum paling tua..hehe
Turun pun harus merangkak Setelah turun kita langsung menuju air terjun yang berada di kaki bukit, dulunya iar terjun yang tidak seberapa tinggi ini selalu ramai dikunjungi di akhir pecan, namun sejak ada kejadian seorang cewek yang dibunuh pacarnya tempat ini menjadi sepi. Kitapun langsung mandi dan menikmati pancaran air terjun yang debit airnya lebih sedikit dari pada waktu saya pertama kali kesini.
Air terjun Gunung Usung Setelah puas dan perut yang mulai dangdutan kita pun segera berbelik arah menuju kota Tercinta dan sebelumnya mampir di warung untuk minum karena sudah kangen dengan es, saya juga memesan Mie rebus untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan. Akhirnya setelah sampai di rumah istirahat dan merasakan kaki yang sedikit pegal, tapi lumayan untuk mengisi liburan akhir pekan. Dan masih banyak tempat eksotis di Murung Raya yang harus di jelajahi. Untuk Foto-Foto yang lainnya bisa di klik di SINI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun