Mohon tunggu...
Bachri.
Bachri. Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Community development

Dilahirkan dimasa krisis, besar dimasa Pandemi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Al Quran

22 Januari 2021   10:38 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:45 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Pemberdayaan  dan kemiskinan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, keduanya selalu berkaitan dan beriringan. Jika di tinjau dari perspektif agama sendiri pemberdayan adalah suatu keharusan sebagi mahluk yang ada dibumi, melestarikan alam dan bertanggung jawab sebagai mahluk sosial. Namun dalam mengentas permasalahan kemiskinan ini,salalu muncul masalah yang seakan tidak habisnya, misal pandemi Covid-19 ini yang cukup berpengaruh secara signifikan bagi perekonomian Indonesia khsusnya. Harus ada sebuah solusi unuk mengatasi permasalahn ini, dengan pendekatan ilmu agama dan sosial harus saling beriringan dan melengkapi.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Ekonomi, Masyarakat, Pandemi Covid-19

1. Pendahuluan

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi nagara, khususnya untuk meningkatkat kesejahteraan masayarakat itu sendiri. Menurut hemat penulis sendiri pemberdayaam aadalah suatau cara atau kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi serta mesejahterakan kehidupan masyarakat. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban negara memberikan hak rakyatnya berupa pemberdayaan masyarakat, disisi lain rakyat juga harus berusaha dalam meningkatkan kualitas hidupnya agar lebih baik.

      Berbicara mengenai kemiskinan di Indonesia sendiri tentunya sudah  tidak asing, kemiskina terus berkembang seperti jamur dimusim penghujan, mereka tidak ada habisnya dan terus berkembang dari tahun ketahun. Di Indonesia sendiri kemiskinan sudah mengakar kuat di masyarakat dan sudah tidak memandang wilayah, baik itu di perkotaan maupu di pedesaan. Namun apabila kita membahas jumlah, tentunya jumlah kemiskinan dikota lebih mendomonasi apalagi dengan adanya urbanisasi yang dilakukan oleh masyarakat desa, mereka berbondong-bondong ke kota dengan niatan untuk meningkatkan ekonomi di kota. Namun kebanyakan dari masyarakat yang melakuan urbanisasi ini tidak punya skill khusus atau keahlian yang nantinya bisa mereka gunakan di kota.

     Dalam melakukan pemberdayaan untuk mengurangi kemiskinan tentunya banyak sekali masalah yang dihadapi, tentunya sangat kompleks dan terus beranak pinak. Salah satu problem yang baru-baru ini dirasakan oleh semua dunia adalah Pandemi Covid-19, dan Indonesia sendiri tentunya tedapak juga khususnya di bidang perokomian dan pendidikan. Akibat pandemi ini banyak sektor yang mulai gulung tikar akibat adanya pelarangan untuk berkerumun atau jaga jarak untuk mengurangi penularan virus, sehingga membuat masyarakat lebih banyak untuk diam di rumah. Hal ini tentunya bagi pelaku UMKM sangat merugikan mereka karna penjualannya menurun yang akhirnya membuat meraka gulung tikar. Dan bagi dunia pendidikan sendiri banyak sekolah maupun kampus terpaksa tutup dan melakukan pembelajaran secara daring atau virtual.

     Dalam melakukan pemberdayaan ditengah pandemi Covid-19 ini, harus ada trobosan dan pendekat baru yang lebih progresif. Salah satunya melalui pendekatan agama atau spiritual,  cara ini terbilang cukup bagus dan dapat menyelesaikan berbagi persoalan yang ada. Khususnya dengan pendekatan Al-Qur'an dan Hadis, dengan melakukan dua pendekatan ini diharapkan akan membawa angin segar bagi pemberdayaan masyarakat ditengah pandemi ini.

2. Isi

     Al-Qur'an memandang bahwa kemiskinan adalah masalah sosial yang harus dientaskan. Bahkan penyakit berbahaya yang wajib diobati. Islam tidak pernah mendukung teori perilaku individu yang memandang bahwa yang bertanggung jawab pada kemiskinan adalah orang miskin sendiri, bukan masyarakat, pemerintah atau orang kaya. Tetapi islam juga tidak sependapat dengan teori struktural yang hanya memfokuskan pada penyebab struktural terhadap masah kemiskinan.[1] 

     Pada dasarnya masalah kemiskinan sangatlah kompleks, baik dilihat dari sudut sudut pelaku mapun pemerintah. Kalo kita menarik garis lurus antara ujung dan pangkal sama-sama memiliki permasalahan yang berbeda, begitupun dengan cara penyelesaiaanya, antara permasalahn di ujung tidak bisa diselesaikan dengan cara yang sama antara permaslahan di pangkal. Masalah yang A belum selesai datang lagi permasalahan yang B. Seperti halnya baru-baru ini yang tentunya mengge-gerkan dunia dan merusak tatanan ekonomi tiap-tiap negara, yakni pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang terjadi secara global tentu saja berdapak terhadap berbagai sektor terutama disektor ekonomi. Dampak perekonomian ini tentu saja tak hanya dirasakan secara domestik, namun juga terjadi secara global. International Monetary Fund (IMF) yang memproyaksikan ekonomi global akan tumbuh minus diangka 3%. Di Indonesia hal ini tentunya juga memiliki dampak yanhg signifikan terhadap pariwisata, sektor perdagangan, industri termasuk para pelaku ekonomi Mikro, kecil dan Menengah (UMKM). Di Indonesia, berdasarkan data terbarupertanggal 04 Mei 2020. Sudah  terdapat 11.192 kasus Covid-19 di Indonesia. (covid-19.go.id)  dampak Covid-19 secara langsung sudah terlihat dari PHK besar-besaran dibeberapa perusahaan, terjadi penutupan beberapa usaha yang berdampak kepada dirumahkannya karyawan. [2]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun