Kalau ngabuburit saat itu, kami biasanya main sepeda, kelereng, atau layangan. Â Main sepeda biasanya kami cari tempat agak jauh ke dekat area hutan. Â Di sana kami masih bisa dapati rambutan tak bertuan. Â Bisa kami petik dan bawa pulang (kalau sedang musim). Â Main kelereng, kasihan anak sekarang lahan perkarangan semakin sempit. Â Paling seru main layangan dari atas bukit. Â Bisa lupa waktu.
Hidangan khas berbuka puasa biasanya dijual di kawasan Gelora Segiri atau Pasar Pagi (dekat Masjid Agung). Â Biasaya Ibu membeli kue risol, nasi pucuk, kolak, bingka labu, es buah, dan beberapa kue yang saya lupa namanya.
Kadang kala ada jasa penyewaan film video dari rumah ke rumah. Â Nama orang itu saya masih ingat, Aping.
"Yah, ada Aping Yah! Â Tapi masih di tetangga sebelah," teriak saya.
Aping memang jadi langganan di kompleks kami. Â Â Namanya terkenal dan ditunggu banyak orang. Â Selalu membawa tas besar berisi video-video VHS.
"Ping, film judul kemarin mana?" tanya ayah saya.
"Wah, barusan dipinjam tetangga sebelah, Pak."
Yee, kalah cepat.
Pernah kami  menonton video dari pagi hingga menjelang berbuka puasa.  Kepala kami jadi pusing.  Kadang kami nonton video di tempat lain.  Biasanya kami dipungut biaya 100 rupiah per orang.  Nontonnya ya gaya bebas.  Ada yang kursi, ada yang di lantai.
Saat menjelang Lebaran suasana rumah kami jadi ramai. Â Parcel dari kolega Ayah mulai berdatangan. Â Mulai dari minuman ringan, buah, biskuit kaleng, hingga sembako. Â Kami mirip raja minyak saja. Â Stok minuman kaleng di kulkas melimpah.