Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mampir Sejenak di Istana Pagaruyung

12 Mei 2018   10:22 Diperbarui: 12 Mei 2018   10:43 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Lantai 3 (dok. pribadi)

Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.  Nama Pagaruyung ini diambil dari nama pohon Nibung atau Ruyung.  Istana Pagaruyung  ini berbentuk empat persegi panjang dengan  atap lancip yang menonjol seperti tanduk kerbau. Inilah yang biasa disebut gonjong.

Lokasi Istana Pagaruyung ini berjarak 5 km dari pusat kota Batusangkat.  Persis di sisi jalan utama.  Lokasi loket berada di pinggir jalan sebelum gerbang masuk area istana.  Sedangkan lokasi parkir cukup luas tersedia persis di seberang jalan area Istana Pagaruyung.  Di sekitar lokasi parkir ini juga banyak penjual souvenir khas Sumatera Barat seperti kaos, miniatur rumah adat, tempelan kulkas dan gantungan kunci.

Istana Pagaruyung ini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi saat traveling di Sumatera Barat selain Jam Gadang dan Ngarai Sihanok (Gua Jepang).    Istana Pagarutung dikenal pusat kerajaan Minangkabau yang meliputi Luhak Nan Tigo yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan Luhak Limo Puluah.  Merupakan kerajaan suku Minangkabau yang dikenal menganut adat matrilinieal alias bergaris keturunan dari pihak Ibu.

Kerajaan Pagaruyung ini runtuh pada masa Perang Paderi. Ditandatanganinya perjanjian antara Kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu.

Istano kerajaan yang sekarang nerdiri sebenarnya adalah replika dari yang asli.   Istano Pagaruyung yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun 1804.    Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966.

Proses pembangunan kembali Istano Pagaruyung dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain.  Pembangunan istana kali ini tidak dilakukan di bekas pondasi yang lama tetapi dipindahkan ke lokasi baru di sebelah selatan. Lokasi inilah yang saya kunjungi saat ini.   Pada istana ini terdapat tonggak tengahnya yang disumbangkan oleh Datuk Rajo Adil dari negeri Lubuk Bulang (yang sekarang dalam wilayah kabupaten Dharmasraya).  Kayu tonggak tersebut terbuat dari kayu ulin (kayu besi).  Datuk Rajo Adil tiap tahun mengantarkan upeti dan pajak dari daerah rantau.

Namun musibah kembali terjadi, istana Pagaruyung kembali hancur karena terbakar  Istana akibat sambaran petir di puncak istana pada 27 Februari 2007.   Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar termasuk tonggak kayu ulin tersebut.   Selain itu ikut terbakar sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan.  Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang berhasil diselamatkan dari dalam istana.  

Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2 kilometer dari Istano Basa.   Sementara itu, biaya pendirian kembali istana tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp 30 Milyar yang di dapat dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan bantuan dari perantau yang tinggal di sejumlah daerah yang ada di Indonesia.   Istana Pagaruyung yang saya kunjungi ini pertama dibuka kembali untuk umum pada bulan Oktober 2013.

Sebab itu barang-barang yang dipajang banyak yang merupakan imitasi (tiruan) dan jumlahnya tak sebanyak dulu. Sebelum masuk ke dalam Istana Pagaruyung pengunjung diminta untuk melepaskan alas kaki agar lantai bangunan tidak rusak serta kotor.   Jangan khawatir, ada penjaga/petugas di sekitar istana yang menawarkan jasa kantong plastik (kresek) berwarna merah untuk menaruh sepatu.   Kalau selesai berkunjung dan keluar dari bangunan istana kita bisa mengambilnya dan memberi uang tips sukarela. 

Hati-hati jika menaiki tangga dengan menggunakan kaos kaki, karena cukup licin.  Saya sempat terpeleset ketika menaiki tangga.   Lebih baik bertelanjang kaki saja, biar lebih amannya. Wow, bisa bermain bulu tangis atau main bola kalau punya rumah sebesar ini di Jarkarta.   Berbeda dengan bangunan di kota besar, bangunan Istana Pagaruyung semua serba kayu.  Di tempat ini juga dilarang keras merokok karena material bangunan yang muda terbakar.

Bangunan ini terdiri dari 11 gonjong, 72 tonggak, dan 3 lantai ini, terdapat barang-barang peninggalan kerajaan namun sayang jumlahnya tak sebanyak bangunan yang lama yang terbakar.   Di lantai dasar ini banyak dipamerkan pakaian adat para pembesar istana dan kerabatnya.   Selain itu terdapat etalase barang-barang peninggalan Kerajaan Pagaruyung.

Pemandangan dari Jendela Lantai Dua (dok pribadi)
Pemandangan dari Jendela Lantai Dua (dok pribadi)
Dari jendela lantai dua kita bisa melihat lapangan di depan Istana Pagaruyung.  Terlihat beberapa pengunjung berpose dengan menggunakan pakaian adat dengan latar belakang istana.  Memang waktu saya masuk tadi ada beberapa orang yang menawakan jasa pemotretan menggunakan pakaian daerah khas Minangkabau.   Tersedia mulai ukuran anak-anak hingga dewasa (big size).

Ruangan di lantai dua cukup lapang dan memanjang namun ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan lantai satu.   Tak banyak barang yang dipamerkan di lantai ini.  Pengawasannya pun cukup longgar.   Lantai dua ini dinamakan Anjungan Paranginan,  sebagai tempat bercengkerama para puteri raja yang belum menikah.

Di lantai tiga, ruangan yang ada lebih kecil  tak banyak isinya.  Yang dominan di lantai ini adalah kotak penyimpan berukir dan ornamen ukiran kayu pada langit-langit serta lampu kuno yang menggantung.  Jendela lantai tiga menghadap ke arah belakang istana.  Pemadangan indah berupa area persawahan yang menghijau.  Saya jadi seperti kembali ke masa lalu.  Dahulu, para bagsawan dapat melihat sawah yang sama sambil mengawasi  para petani yang berkerja.

Suasana di Lantai 3 (dok. pribadi)
Suasana di Lantai 3 (dok. pribadi)
Selain bangunan Istana Pagaruyung, di area istana terdapat rangkiang atau lumbung.  Letaknya sekitar 100 meter dari istana.  Lumbung adalah sebuah rumah kecil di sebelah rumah gadang yang dipergunakan untuk menyimpan padi untuk persiapan -- persiapan segala kemungkinan terjadinnya kelaparan baik akibat faktor alam dan faktor manusia seperti perang.  

Di dekat lumbung terdapat patung kerbau yang kerap dinaiki dan menjadi mainan oleh anak-anak.  Petugas Istana Pagaruyung lewat pengeras suara tak henti-hentinya mengingatkan pengunjung untuk tidak menaiki kerbau tersebut karena dapat merusaknya.  Di dalam pekarangan istana terdapat juga Medan Nan Bapaneh sebagai tempat musyawarah para pejabat istana.

Memang di dalam lingkungan area Istana Pagaruyung tidak terdapat tempat makan.  Tujuan agar area istana tetap bersih.   Tapi jangan khawatir, di sepanjang jalan pulang di kanan kiri banyak terdapat rumah makan khas Padang.      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun