Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Numismatik di Indonesia

10 Mei 2018   18:16 Diperbarui: 10 Mei 2018   18:42 3218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No solid (gambar: tokopedia.com)

Numismatik (bahasa Latin: numisma, nomisma, "koin"; dari bahasa Yunani: nomzein, "menggunakan sesuai hukum") artinya sebuah studi atau kegiatan mengumpulkan mata uang, termasuk koin, token, uang kertas, dan benda-benda terkait lainnya.

Saya sendiri menekuni nusimastik ini sejak lima rahun lalu.  Itupun tidak konsisten.  Kadang semangat mencari koin baru.  Kadang dua hingga tiga bulan tidak membeli apapun.  

Memang selain koin, banyak pula yang mengkoleksi uang kertas (note bank).  Uang kertas dinilai lebih berharga dibanding uang koin, apalagi uang yang belum beredar (uncirculated).

Sebab itu biasanya di antara para numismatik ketika melakukan jual beli selalu menyebutkan kondisi uangnya (standar kondisi uang atau grading). 

The international Bank Note Society (IBNS) menerapkan standarisasi grading yang terdiri dari:  UNC atau Uncirculated : yaitu keadaan sempurna dengan semua sudut tajam, tidak ada cacat sedikitpun, bersih, dan permukaan kertas masih berkilau.  Ini yang paling banyak dicari kolektor dan paling mahal.

Dibawahnya ada grading AU atau Almost Uncirculated  dimana keadaan uang yang hampir sama dengan di atas tetapi ada minor mishandling seperti lipatan halus di pinggiran kertas.   Setelah itu grading  EF/XF atau Extremely Fine : kertas dalam keadaan baik, crisp atau kaku, masih memiliki kilau pada permukaan, dan memiliki maksimum 3 lipatan tipis atau satu lipatan tajam.

VF atau Very Fine : uang kertas telah dipakai namun masih tetap crisp, ada sedikit kotor dan beberapa lipatan vertikal dan horisontal namun tidak sobek.  Dibawah lagi ada kondisi F atau Fine, VG atau Very Good, G atau Good.

Kondisi yang cukup parah kerusakannya adalah F atau Fair dimana seluruh kertas layu dan kotor akibat pemakaian yang berat, uang telah rusak, terdapat sobekan besar dan ada bagian besar yang hilang.

Sedangkan kondisi paling parah dari grading uang kertas adalah P atau Poor : uang telah rusak berat akibat sobekan, karat, bagian yang hilang, grafiti ataupun lubang yang besar, mungkin ada bekas tambalan atau bekas potongan (trimming) pada bagian tepi untuk menutupi bagian yang rusak.

Uang kertas dengan kondisi ini tidak laku untuk dijual kecuali sebagai pengisi sementara atau memang termasuk uang yang sangat langka.

Untuk pemula biasanya untuk uang langka mencaari kondi VF, VG, atau G.  Nilai jualnya lebih murah dan terjangkau. Syukur-syukur kalau kondisi UNC atau AUNC.

Lalu ada juga istilah uang sayur untuk uang kuno tertentu.  Apakah karena uang itu dipakai untuk beli sayur atau bagaimana?  Uang sayur adalah uang kuno yang dinilai biasa-biasa saja karena mudah didapat, sering ditemukan, dan bernilai murah.   Biasanya uang kuno ini bernilai kecil dan kondisinya jelek.

Ada pula istilah uang kertas yang dicuci dan tidak.  Dicuci bukan artinya money laundry (pencucian uang) sebagai makna kiasan.  Tetapi memang benar-benar dicuci dengan cairan pembersih agar uang yang kotor terlihat bersih dan baru kembali.  Harga tentu saja lebih murah dibandingkan uang yang tidak dicuci.

Uang kertas Indonesia yang termasuk paling mahal dan banyak dicari adalah uang kertas Barong (dibaliknya terdapat gambar relief candi Borobudur), pecahan 10.000 rupiah yang dicetak tahun 1975.

Uang ini laku hingga jutaan rupiah.  Demikian halnya uang seri Wayang yang laku mulai ratusan hingga diatas 1 juta rupiah.  Selain itu uang kertas yang paling banyak dicari seri Sudirman atau  5.000 rupiah seri penjala ikan.  Ini banyak peminat.

Masih banyak yang pecahan yang lain seperti 5.000 rupiah seri asah intan, 500 rupiah seri Wanita dengan Bunga Anggrek, atau 10.000 rupiah seri Candi Prambanan.

Uang kertas cacat/salah cetak juga banyak dicari.  Misalkan uang potongannya salah, uang yang cetaknya geser, uang yang warnanya kosong sebagian.  Nomor seri tertentu juga bisa mahal, misalkan uang dengan nomor seri solid macam 777777, 888888, atau 999999.  Ini termaasuk yang dicari kolektor.  Termasuk juga nomor seri uang urut macam 123456 atau 234567.   Sedangakn prefik seri uang kertas paling mahal adalah AAA.   Ini artinya seri uang paling awal dari uang baru.  Apalagi kalau misalnya AAA 777777.  Laku keras. Jadi coba lagi periksa dompet Kompasianer.   Lucunya sebagian orang baru menyadari kaau nomor seri tersebut berharga ketika uangnya sudah lecek dan kumal.  Mudah-mudahan saja kondisi uang  tersebut masih ada yang mau beli.

No solid (gambar: tokopedia.com)
No solid (gambar: tokopedia.com)
Banyak juga sih yang aji mumpung, dalam artian iseng-iseng berhadiah.  Seperti belum lama ini ada heboh uang koin 100 rupiah laku dijual jutaan rupiah.

Tak lama kemudian muncul panawaran di komunitas numismatik bagi di facebook, WhatsApp, atau media sosial lain, menawarkan koin tersebut mulai dari 500 ribu, 1 juta, hingga 2 juta perkeping.

Padahal di pasaran uang koin tersebut hanya laku pada kisaran 2.000 -- 3.000.  Kompasianer tertarik juga untuk menjual?

Kalau uang koin yang banyak diburu adalah Nederland pecahan 2.5 gulden bergambar Ratu Wilhemina.  Koin perak ini harganya cukup mahal.  Di atas 250 ribu rupiah.

Apalagi kalau kondisinya lebih bagus, pastinya harganya lebih mahal lagi. Apalagi untuk koin Nederland William Koning II 2,5 Gulden yang usianya lebih tua dan lebih langka.  Tapi harus hati-hati kadang beredar koin-koin palsu pecahan ini.

Nah, tak kalah mahal adalah uang pecahan 1 rupiah.  Harga pasaran 20.000 perkeping.  Kok mahal?  Iya ini banyak diburu buat mahar pernikahan.  Misalkan saat ini tahun 2018. Kalau uang pecahan 2.000 rupiah gampang dicari.

Nah ekornya ini yang sulit.  Angka 18 bisa dibenuk dari uang 10 rupiah (1 keping) dan  1 rupiah (8 keping).  Atau mau semuanya pecahan 1 rupiah (18 keping).  Yang pasti uang 10 rupiah tidak semahal 1 rupiah.

Kalau dirasa mahal, bisa dibuat dari pecahan uang 1 rupiah kertas.  Harganya jauh lebih murah.  Kembali kepada Kompasianer, mau pilih yang mana.

Uang 1 Rupia yang banyak dicari (gambar: tokopedia.com)
Uang 1 Rupia yang banyak dicari (gambar: tokopedia.com)
Bagaimana dengan koleksi saya?  Saya sih kebanyakan koleksi koin dari berbagai negara.  Mulai dari Afrika, Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan lainnya.  Sulit mencarinya?  Ah, jaman internet sekarang ini apa sih yang sulit.  Tinggal buka situs jual beli online ketik uang koin negara mana yang mau dicari, muncul deh.  Tak sulit, asal Kompasianer punya dana.

Untuk pemula bisa membeli borongan.  Misalkan ada di situs jual beli online menawarkan koin borongan dari berbagai negara (biasanya diambil acak dan kita tidak bisa memilih), sebanyak 100 koin dengan harga 100 ribu rupiah.

Artinya 1 koin dihargai 1.000.  Tapi kudu hati-hati, kalau penjualnya kredibel, ia akan mengirimkan koin yang masih bagus dan kinclong.  Pernah saya tertipu beli koin borongan, isinya koinnya kotor dan sudah bopeng alias pada rusak.  Terpaksa banyak yang dibuang.  Antara gambar dan apa yang dikirim tidak sesuai.

Uang kertas asing juga banyak dijual.  Ada yang satuan, ada gepokan, atau borongan (campur-campur).  Mau dari mana saja ada.   Ada Dollar Amerika, Dollar Singapura, Lira Italia, Ringgit Malaysia, Baht Thailand, Yen Jepang,  Yen ora duite.....he...he....   Kompasianer juga browsing atau join klub numimastik.   Kalau di Jakarta, setahu saya yang jumlah uang kuno ini ada di Pasar Baru.  Di Bandung, bisa mampir di sekitar Asia Afrika dan Alun-Alun Bandung.

Uang Kertas Baru Pecahan 1000 Rupiah Cut Meutia (gambar: bukalapak.com)
Uang Kertas Baru Pecahan 1000 Rupiah Cut Meutia (gambar: bukalapak.com)
Bagaimana dengan uang kertas emisi terbaru?  Ini banyak diburu terutama menjelang Lebaran.  Buat angpau, he..he... Tapi jangan salah uang rupiah pecahan 1.000 rupiah bergambar Cut Meutia di kalangan kolektor cukup banyak dicari lho (kemarin cukup heboh dengan gambar Cut Meutia karena dianggap tidak pakai jilbab).  

Biasanya uang kertas Cut Meutia pergepok (isi 100 lembar) dijual 150.000 -- 200.000 dan laku (sold out).  Coba kalau Kompasianer kebetulan mampir di depan Stasiun Kota dekat Museu Bank Mandiri, disana dijajakan uang-uang kertas baru.  Yang paling mahal pecahan 1.000 rupiah dan tak semua penjual punya stock-nya.   Coba saja perhatikan dalam jual beli kita sehari-hari, jarang 'kan menerima kembalian berupa uang kertas 1.000 tersebut.  Paling sering koin pecahan 1.000 rupiah atau 500 rupiah.  Oke sekian dulu, Kompasiner.  Nanti kita lanjutkan kembali tulisan terkait numismatik ini.  Masih banyak hal baru yang perlu kita tahu dan pelajari. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun