Tak lengkap berkunjung ke Pulau Lombok sebelum mengunjungi Pantai Pink yang ada di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya nama aslinya adalah pantai tangsi. Nama tangsi konon berasal dari zaman penjajahan Jepang dahulu, dimana pantai ini dijadikan barak oleh tentara Jepang yang baru mendarat.
Tangsi sendiri artinya asrama atau barak. Karena pasir pantainya yang berwarna pink, lambat laun pantai ini juga terkenal dengan nama pantai pink. Sebenarnya selain pantai pink yang ada di puau Lombok , ada satu lagi pantai pink di Indonesia yang berada di Pulau Komodo.
Warna pink pada pasirnya terbentuk karena butir-butir asli warna putih pasir bercampur dengan serpihan karang merah muda. Ditambah lagi dengan bias sinar matahari membuat warnanya semakin pink. Semakin sore, warna pinknya semakin jelas. Kami semakin penasaran ingin segera tiba di sana.
Secara geografis, Pantai Pink Lombok terletak nyaris di ujung selatan Pulau Lombok. Dari Kota Mataram dengan kendaraan roda empat perlu waktu 2,5 jam untuk tiba di sana. Nah kalau dari Bandara Praya waktu tempuh menjadi lebih singkat lagi.
Itu sebabnya kami dari Jakarta memilih penerbangan paling pagi ke Lombok. Kami tiba di Bandara Praya sekitar pukul 9.00 waktu setempat (terdapat perbedaan waktu, di Lombok lebih cepat satu jam dibandingkan dengan waktu di Jakarta). Supir mobil rental sudah menunggu di luar Bandara dan kami langsung pergi ke lokasi. Sehingga ada banyak waktu bagi kami untuk mengeksplor Pantai Pink dan sekitarnya.
Jika Kompasianer belum ada kendaraan rental, begitu keluar area security check kedatangan beberapa kios yang menawarkan taksi atau mobil rental. Mungkin ada sekitar 5 atau 6 perusahaan penyewaaan. Daftar tarif sewanya pun ada.
Setelah tiba di Pelabuhan Tanjung Luar, kita harus menyewa perahu yang di sediakan oleh masyarakat setempat khusus buat wisatawan yang ingin mengunjungi Pantai Pink. Di sini ada beberapa warung yang menjual snack dan minuman. Kalau dari Mataram atau Bandara tidak sempat membawa bekal. Disinilah kesempatan terakhir untuk membelinya karena kalau sudah menyeberang sudah sulit medapatkannya.
Sayang keberadaan Tanjung Luar ini tidak terlalu terawat. Sampai menumpuk di dekat pintu dermaga. Air laut di Tanjung Luar juga dipenuhi sampah, padahal pemadangan juga cukup indah di sini. Coba saja kalau kebersihannya dijaga pasti akan lebih menarik. Jangan lupa bawa topi, kaca mata hitam (kaca mata cengdem alias seceng juga adem, juga boleh), dan sun protector body lotion.
O iya, bawa sendal jepit saja. Lebih praktis dibandingkan sandal kulit atau sepatu. Jangan sesekali memakai sepatu hak tinggi (ini mau piknik atau ke kantor?). Bertelanjang kaki juga boleh. Tak seperti di Gili Trawangan dimana terumbu karang yang ada di pasir pantai besar dan tajam. Di Pantai Pink terumbu karangnya halus sehingga pasirnya terasa lebih halus.
Kebetulan supir rental ini sudah menjadi langganan kami bila ada tugas di Lombok dan bisa dipercaya untuk menitipkan barang-barang bawaan. Kami memilih rute jalur laut agar lebih cepat dan nyaman. Jika lewat darat waktu tempuhnya lebih lama. Selain itu masih banyak kondisi jalanan masih banyak yang rusak dan butuh perbaikan. Bolehlah di lain waktu menjajal rute darat ini, katanya pemandangan juga indah.Â