Minggu lalu saya mendapat tugas luat kota ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Â Â Kebetulan dapat tiket pulang ke Jakarta pukul 15.00. Â Padahal hari itu saya sudah tidak ada kegiatan. Â Memanfaatkan sisa waktu yang lumayan panjang, saya manfaatkan untuk berkunjung ke Pulau Rinca.
Mengapa ke Pulau Rinca dan bukannya ke Pulau Komodo? Â Pulau Komodo ditempuh dari Labuan Bajo dengan menggunakan perahu motor (bukan speedboat) memakan waktu 4 jam. Â Â Jadi pulang pergi menghabiskan waktu 8 jam. Â Sedangkan waktu tempuh ke Pulau Rinca hanya sekitar 2 jam. Â Jadi total 4 jam untuk balik lagi ke Labuan Bajo.
Kalau memilih Komodo, waktunya sangat mepet. Â Kita pergi dari Labuan Bajo sekitar jam 6 pagi, waktunya sangat mempet dan pasti ketinggalan pesawat. Â Ya realitis sajalah, saya akhirnya memilih berkunjung ke Pulau Rinca.
Pemandangan sepanjang perjalanan sangat indah. Â Laut membiru tua dan langit biru muda. Â Ditambah dengan pulau-pulau eksotis yang bertebaran. Â Suasana yang menyenangkan, jauh dari rutinitas hiruk pikuk kemacetan di Jakarta.
Benar saja, dua jam kemudian saya tiba di Pulau Rinca. Â Rombongan kami disambut para ranger yang ada di pintu gerbang kedatangan. Â Dari sana kami diajak menuju ke basecamp para ranger sekitar 500 meter. Â Tiba di base camp, rupanya lebih banyak turis asing dibanding turis lokal. Â Selain Pulau Rinca, hanya Pulau Komodo yang bisa dikunjungi untuk melihat komodo.
"Wah, panasnya menyengat," ujar seorang teman.
Memang panasnya di sini rasanya lebih terik dibanding Jakarta. Â Di basecamp kami membeli tiket. Â Ada 3 macem rute tour yang ditawarkan, yaitu jarak pendek, menengah, dan jauh. Â Harganya juga berbeda. Â Kami memilih jarak terpendek untuk menghemat waktu. Â Waktu tempuhnya hanya 4 menit. Â Kami dikawal oleh dua orang ranger. Â Satu orang berada di paling depan dan satu paling belakang dari rombongan. Â Pakai pistol? Â Tidak, mereka hanya bersenjata tongkat kayu berbentuk huruf 'Y' untuk menghalau binatang liar.
"Jadi kalau ingin melihat hewan di sini intinya waspada, jangan berisik dan jangan buang sampah sembarangan."
Simple banget ya, kompasianer.
Hati-hati kalau berjalan di pulau ini. Â Banyak binatang liar masih berkeliaran. Â Selain komodo, juga ada rusa, babi, kera, ular, kadang juga buaya. Â Karenanya jaraknya tour pendek kami hanya sempat melihat beberapa binatang saja yaitu komodo, babi, dan burung maleo.
Uniknya komodo tidak pernah membuat sarang sendiri, tetapi membuat sarang dari bekas sarang burung maleo. Â Biasanya komodo membuat sarang dalam 5 sampai 6 lubang. Â Hanya satu yang berisi telur, sisanya tipuan buat pemangsa.
Dari ranger, saya baru tahu kalau sejak tahun 1975 tercatat 31 orang yang meninggal dunia karena serangan komodo. Â Ada turis, penduduk lokal, bahkan ranger sendiri.Â
"Tapi itu dulu, Mas. Â Sekarang sudah hampir tidak pernah."
Sekedar informasi, komodo makan hanya satu kali sebulan. Â Jadi kalau ia baru saja makan, berarti Anda aman. Â Selain itu komodo makhluk individualis dan kanibal. Â Kalau sudah laper banget, tidak ada yang bisa dimakan, komodo kecil pun disantapnya. Â Itu sebabnya sepanjang perjalanan saya melihat komodo kecil selalu menjaga jarak dari komodo dewasa. Â Tak heran jika komodo menjadi predator teratas dalam rantai makanan di Pulau Rinca.
Di basecamp tersedia toilet. Â Jadi daripada buang air kecil di tengah belukar yang mengundang bahaya, tuntaskan dulu 'panggilan alam' di sini. Â Repot lho kalau di tengah tour tiba-tiba kebelet. Â Ada juga toko souvenir di basecamp. Â Jangan lupa bawa air mineral. Â Cuaca yang terik dan panas membuat kita mudah haus dan dehidrasi.
Hitung-hitung, saya di Pulau Rinca hanya sekitar 2 jam. Â Tapi menyenangkan dan kalau ada kesempatan saya balik ke pulau ini lagi dan mengambil tour dengan jarak terjauh. Â Hope so....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H