Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siap Survei Agar Siap Mudik

16 Juni 2017   15:38 Diperbarui: 16 Juni 2017   22:37 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Survey Jaleb Pantura Pati - Kudus, Jawa Tengah (dok. pribadi)

Kemenhub selain bertugas membentuk tim koordinasi,  juga mempersiapkan kebijakan khusus di bidang perhubungan untuk kelancaran dan keselamatan angkutan lebaran. 

Seperti rekayasa lalu lintas dan konektivitas jalan antar daerah dan sarana umum macam bandara, pelabuhan, terminal, termasuk jembatan timbang.   Ada lelucon, bahwa yang ditimbang di Jembatan timbang bukan truknya tetapi keneknya.   Biasanya di tempat ini rawan terjadi kemacetan.   Sedangkan Korlantas melakukan langkah-langkah yang dipandang perlu, dengan kegiatan pre-emtif, preventif, dan represif;

Pos Siaga Polres Mojokerto Kota (dok. pribadi)
Pos Siaga Polres Mojokerto Kota (dok. pribadi)
Peresmian tol Cipali ‘agak’ melegakan para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di wilayah Pantura Jawa Barat.  Karena mereka tidak lagi disorot seperti tahun-tahun sebelumnya.  Sekarang yang justru menjadi sorotan nasional adalah tol Cipali dan ruas jalan Pantura Jawa Tengah.   Bagaimana tidak kendaraan yang menuju Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur banyak memanfaatkan ruas ini.  

Lagu Bang Toyib menjadi sering dinyanyikan oleh PPK dan Kasatker.   Coba ajak mereka karaoke, lagu ini sering menjadi curhatan hati.  

Saya jadi ingat kata-kata mantan seorang Dirjen Bina Marga,“Saya kalau survei Jalur Lebaran sudah tahu kalau masuk wilayah Jawa Tengah.   Jalan di Pantura Jawa Barat mulus dan saya tertidur.    Begitu jalannya mulai bergelombang saya terbangun dan tahu kalau sekarang sudah masuk Jawa Tengah.”

Semua orang yang mendengarkan tertawa, kecuali PPK dan Kasatker Jawa Tengah.   Mereka justru salah tingkah.

Coba perhatikan berapa banyak kendaraan besar memiliki muatan sumbu terberat (MST) lebih dari 10 ton.  Padahal jalan nasional sendiri dirancang untuk memikul beban MST maksimal 10 ton.    Selain itu tanah dasar (yang menjadi pondasi untuk lapisan beton atau aspal di atasnya) memang jarang dilakukan perbaikan.  Padahal tanah dasar itu sudah ada sejak jaman Daendels.

Survey Jaleb Pantura Pati - Kudus, Jawa Tengah (dok. pribadi)
Survey Jaleb Pantura Pati - Kudus, Jawa Tengah (dok. pribadi)
Memang Pantura dijadikan anak emas dibandingkan Jalur Selatan.  Coba perhatikan di ruas Purworejo, Banyumas, dan sekitar.   Warna jalannya penuh warna alias belang-belang.   Karena pengerjaannya jalan selalu patching (penambalan).  Ada program di Ditjen Bina Marga bahwa tidak boleh ada lubang yang tidak tertangani dalam 5 hari.   Ada istilah salob alias sapu lobang. 

Apa bedanya dengan patching (tambal lobang)?  Salob itu penambalan yang bersifat sementara.   Biasanya lobang dibersihkan dari air dan langsung ditambal.    Sedangkan patching, lobang harus benar-benar bersih termasuk kerusakan sekitarnya juga dibersihkan.   Penangananya menjadi lebih luas dan berbentuk persegi.   Ibaratnya kalau menambal gigi, patching membersihkan lobang-lobang hingga yang paling kecil agar benar-benar bersih.  

Lho kok bukan disebut Jalur Pantai Selatan (Pansela)?  Jalur Selatan berbeda dengan Jalur Pantai Selatan.  Jalur Selatan merupakan Jakarta-Jogja melalui  Tol Cikampek-Tol Cipularang-Tol Padaleunyi kemudian berlanjut melintasi Tasikmalaya-Ciamis-Wangon menuju Jogjakarta. Sedangkan jalur Pansela meliputi jalur pantai dari Adipala – Ayah – Pertanahan – Mirit – Yogyakarta hingga menyusuri Pansela Jawa Timur.

Saat ini jalur Pansela sedang dikembangkan.  Tujuannya selain untuk mengembangkan obyek pariwisata, juga untuk pemerataan pembangunan.   Agar Pansela bisa mengejar ketertinggalannya dari Pantura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun