Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tambang, Untuk Kehidupan yang Lebih Baik

13 November 2016   21:58 Diperbarui: 13 November 2016   22:06 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Persebaran Sumber Daya Alam Indonesia. Peta dari Departemen ESDM

Kalau kita mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘tambang’ didefinisikan sebagai  lombong (cebakan, parit, lubang di dalam tanah) tempat menggali (mengambil) hasil dari dalam bumi berupa bijih logam batu bara, dan sebagainya.   Sedangkan kamus Oxford, kata mine (tambang) diartikan sebagai An excavation in the earth for extracting coal or other minerals.   Intinya, segala material yang berasal dari perut bumi.   Lalu singkong bisa disebut hasil tambang dong, kan dari dalam perut bumi? Tentu tidak, karena berdasarkan jenisnya hasil tambang adalah sumber daya alam non hayati adalah sumber daya alam yang berupa benda mati.  Sedangkan singkong adalah sumber daya alam hayati yang berasal dari makhluk hidup.

Masih ingat  mata pelajaran Kimia sewaktu kita masih di bangku SMP atau SMA dulu?   Masih ingatkah kita tentang Tabel Periodik Unsur Kimia?   Mestinya masih dong.   Tampilan unsur-unsur kimia disusun dalam bentuk tabel berdasarkan nomor atom (jumlah proton dalam inti atom), konfigurasi elektron, dan keberulangan sifat kimia.   Hingga tahun 2016, terdapat 118 unsur yang telah dikonfirmasi pada tabel periodik, meliputi unsur 1 (hidrogen) hingga 112 (copernicum), 114 (flerovium), dan 116 (livermorium). Unsur 113, 115, 117, dan 118 telah dikonfirmasi secara resmi oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) pada Desember 2015, meskipun nama resminya belum diputuskan.

Sesuai dengan sifat fisika dan kimianya, unsur dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar yaitu logam, metaloid dan nonlogam. Logam umumnya berkilau, padatan dengan konduktivitas tinggi, dapat membentuk aloy dengan logam lainnya dan membentuk senyawa ion serupa garam dengan nonlogam (selain gas mulia).  Nah, unsur logam inilah yang banyak berada di dalam perut bumi.  Selain itu minyak dan gas juga termasuk dalam hasil tambang.

Sejak dahulu hasil tambang memegang peranan penting.   Bahwa sejak manusia meninggalkan zaman batu dan masuk ke zaman logam, peranan hasil olah tambang semakin mendominasi segi kehidupan dan  perkembangan teknologi.    Manusia purba telah mampu dalam membuat alat-alat perlengkapan yang terbuat dari logam. Adapun teknik yang digunakan yaitu dengan cara meleburkan terlebih dahulu pada bijih-bijih logam yang selanjutnya akan dituang kedalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Dengan demikian, pada zaman logam ini memiliki tingkat kehidupan yang sudah lebih tinggi dibanding pada zaman batu. Zaman logam itu terbagi atas beberapa zaman yaitu zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.  

Dalam buku karya Jared Diamond berjudul Guns, Germs & Steel, menunjukkan siapa yang menguasai teknologi pemanfaatan hasil tambang secara lebih baik, ia akan menjadi pemenang.   Jared Diamond menunjukkan bahwa perbedaaan kecepatan perkembangan di masing-masing benua, antar 11000 SM sampai 1500 M, mengakibatkan ketimpangan teknologi dan politik yang ada pad 1500 M.  Sementara penduduk asli Australia dan banyak penduduk Amerika tetap menjadi pengumpul, sebagian besar Erasia dan banyak bagian Amerika dan Afrika sub-Sahara berangsur-angsur mengembangakan pertanian, pengembalaan, metalurgi, dan struktur politik yang lebih kompeks.   Ketika kawasan Andes di Amerika Selatan baru memulai produksi masal perunggu pada saat menjelang 1500 M, di beberapa bagian Erasia telah berlangsung sejak lebih dari 4.000 tahun sebelumnya. 

Dalam sejarah peradaban Indonesia, manusia purba hanya mengalami Zaman Perunggu tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, cangkul, pedang, dan mata tombak.  Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Pentingnya sumber daya alam non hayati ini membuat bangsa Eropa berusaha untuk mencari sumber-sumber ini di negara lain.   Meski awalnya lebih pada mencari sumber kekayaan alam di daerah lain agar bisa bertahan.   Namun kekayaan hasil tambang yang berlimpah di daerah lain justru menarik sejumlah kerajaan dan negara untuk menguasai tempat lain dan muncullah istilah imperialisme.  

Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua, yaitu Imperialism Kuno  (Ancient Imperialism). dan Imperialism Modern (Modern Imperialism).   Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.

Kemudian berlanjut dengan  Revolusi Industri yang dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadi peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara.  

Revolusi industri ini menimbulkan Imperialisme Modern.   Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebagai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.

Revolusi industri pun tak akan terwujud bila tak ada teknologi pengolahan hasil tambang.    Begitu hebatnya peranana tambang ini.    Bahkan hingga saat ini kehidupan manusia modern masih bergantung pada hasil tambang.   Tanpa kita sadari, kita bergantung pada hasil tambang untuk kehidupan sehari-hari.

Oke, coba kita lihat dulu dari yang paling sederhana.   Apa yang kita kenakan sehari-hari saat ini?   Ada kaca mata, ikat pinggang, cincin, anting, kawat gigi, tambalan gigi, peniti, semua mengandung bahan tambang.     Coba dalam skala lebih luas lagi, di lingkungan rumah.  Ada televisi, laptop, telepon genggam, kulkas, mesin cuci, semua membutuhkan material yang berasal dari hasil tambang.

Dalam skala global, apa jadinya dunia ini tanpa adanya pesawat terbang, kapal laut, kereta api, mobil, sepeda motor, sepeda, dan lainnya.   Semua membutuhkan hasil tambang.   Demikian pula gedung-gedung yang menjulang tinggi macam Burj Dubai, Taipei 101, Taj Mahal, Menara Eiffel, membutuhkan banyak hasil tambang.  Tercatat Burj Dubai membutuhkan 330.000 meter kubik beton, 39.000 ton baja, dan 142.000 meter persegi kaca.  Dibutuhkan 5.000 tenaga hanya untuk menggarap pembangunan fisik menara dan tambahan 20.000 pekerja untuk membangun distrik Burj Dubai.

Lalu coba kita renungkan bagaimana dengan kebutuhan akan air, listrik, transportasi dan komunikasi sehari-hari.  Semua membutuhkan hasil tambang untuk pembangunan pembangkit listrik, jaringan perpipaan, pompa air, jaringan optik, Base Transceiver Station, dan lainnya.    Tanpa hasil tambang, 101 proyek Jokowi untuk memperlancar konektivitas dipastikan gagal.

Bagaimana hasil tambang dengan di Indonesia?

Sejak dahulu bangsa Indonesia sudah mengenal pemanfaatan hasil tambang.  Cobalah sesekali mampir ke Museum Nasional atau dikenal juga sebagai Museum Gajah, banyak artefak yang terbuat dari logam.    

Posisi geografis Indonesia yang strategis, berada di sisi Barat dari apa yang dinamakan “Pacific Ring of Fire” atau Cincin Berapi Pasifik yang ditandai dengan kegiatan vulkanik yang tinggi karena pergerakan lempeng-lempeng bumi yang menimbulkan gejolak tektonik di bawah permukaan bumi. Gejolak tektonik karena pergerakan lempeng-lempeng bumi ini menyebabkan bencana alam yang mengancam dalam bentuk letusan gunung berapi yang dalam situasi tertentu dapat memicu terjadinya tsunami seperti yang telah terjadi di Indonesia dalam waktu beberapa tahun belakangan ini. Di pihak lain, magma yang keluar dari perut bumi di Cincin Berapi Pasifik diperkirakan mengandung berbagai logam berharga, terutama emas dan tembaga.

Peta Persebaran Sumber Daya Alam Indonesia. Peta dari Departemen ESDM
Peta Persebaran Sumber Daya Alam Indonesia. Peta dari Departemen ESDM
Berdasarkan data Indonesia Mining Asosiation, Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang.

• Batubara .   Cadangan batubara Indonesia hanya 0,5% dari cadangan dunia namun dari sisi produksi Indonesia menempati posisi ke-6 di dunia dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton.   Indonesia menduduku peringkat ke-2 terbesar di dunia sebagai eksportir sejumlah 203 juta ton.

• Tembaga.   Peringkat ke-7 untuk cadangan tembaga dunia dengan jumlah sekitar 4,1% , jumlahnya 10,4% dari produksi dunia.  Sedangkan dari sisi produksi menduduki peringkat ke-2 dunia

• Emas.   Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia dan menduduki peringkat ke-7 dunia.   Dari sisi produksi menduduki peringkat ke-6 di dunia dengan produksi sekitar 6,7%.

• Minyak dan Gas

1. Peringkat 25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar 4.3 milar barrel

2. Peringkat 21 penghasil minyak mentah terbesar dunia sebesar 1 juta barrel/hari,

3. Peringkat 24 negara pengimpor minyak terbesar sebesar 370.000/hari

4. Peringkat 22 negara pengonsumsi minyak terbesar sebesar 1 juta barrel/hari

5. Peringkat 13 negara dengan cadangan gas alam terbesar sebesar 92.9 trillion cubic feet (tcf)

6. Peringkat ke-8 penghasil gas alam terbesar dunia sebesar 7.2 tcf

7. Peringkat ke-18 negara pengonsumsi gas alam terbesar sebesar 3.8 bcf/hari

8. Peringkat ke-2 negara pengekspor LNG terbesar sebesar 29.6 bc,

• Nikel.   Indonesia berada di peringkat ke-8 cadangan nikel dunia (cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia.    Sedangkan dari sisi produksi menduduki peringkat ke-4 dunia dengan jumlah sebesar 8,6%

• Timah.    Indonesia menduduku peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di dunia dengan jumlah 8,1% dari cadangan timah dunia serta peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar 26% dari jumlah produksi dunia.

Meskipun saat ini China menguasai  95 persen mineral langka dunia,  di bumi Indonesia juga terdapat bahan baku mineral  langka yang ini cukup berlimpah.  Cadangan mineral yang mengandung mineral langka dari penambangan yang dilakukan PT Timah misalkan, terdapat 408.877 ton monazite (mengandung 50-78 persen oksida tanah jarang), 57.488 ton xenotime (mengandung 54-65 persen), dan 309.882 zircon (mengandung ittrium dan cerium).

Selain itu Indonesia juga memiliki sumber tambang penting dan langka di dunia seperti yang terdapat di Sadanjang, Mempawah yang berada di Provinsi Kalimantan Barat, yakni Molibdennum (Mo).  Tambang Mo hanya ada di beberapa negara saja seperti di Chili, Kanada, dan negara bagian Alaska. Indonesia sangat beruntung memiliki tambang ini.   Tambang Mo menjadi bahan baku yang sangat tahan terhadap panas, juga jadi bahan baku nuklir, bahan pesawat antariksa dan hulu rudal.

Sayangnya, meskipun kita memiliki sumber daya alam yang begitu banyak namun pemanfaatannya masih terbatas.    Sebagaimana dinyatakan oleh Kementerian ESDM bahwa lebih dari tiga puluh tahun hasil tambang lebih banyak di jual ke luar negeri atau di ekspor dalam bentuk bahan mentah ke banyak negara. Sebaliknya Indonesia mengimpor produk sudah jadi, seperti nikel, perak dan produk lainnya dengan harga yang jauh lebih mahal. Kondisi inilah yang kemudian hendak dihilangkan dengan diterbitkannya Undang-Undang No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) hendak diubah guna memberikan manfaat lebih besar bagi bangsa Indonesia.    Meski demikian diungkapkan bahwa tugas meningkatkan nilai tambah bahan mentah hasil tambang tersebut tidaklah mudah.   Butuh tenaga ahli dan teknologi yang memadai untuk mewujudkannya.

Sebagai dasar pelaksanaan dari UU Minerba tersebut, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 guna meningkatkan nilai tambah hasil tambang. Dengan demikian, sejak 12 Januari 2014, pukul 00.00 WIB tidak dibolehkan menggunakan ore (raw material) atau bahan mentah untuk diekspor, melainkan harus dilakukan pengolahan atau pemurnian terlebih dahulu.  Diharapkan dengan terbitnya PP tersebut ada nilai ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.  

Selam ini sektor-sektor pertambangan dan penggalian hanya memberi kontribusi 1,3 persen dari jumlah pekerjaan yang tercatat tahun 2014, walaupun mampu memberi kontribusi sebesar 9,8 persen untuk GDP. Di samping itu, kaitan produksi di sektor ini dengan sektor-sektor lain di negeri ini relatif lemah. Meskipun demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi yang berjalan lambat dan hilangnya pendapatan dan investasi setelah ledakan komoditas berakhir menciptakan tantangan baru dalam mencapai tujuan pembangunan Indonesia.

Untuk itu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru dibutuhkan. Mempercepat investasi di bidang prasarana, sektor pengolahan sumber daya alam dan sumber daya manusia merupakan jalur potensial yang dapat digunakan di masa mendatang.   

Hal ini sejalan dengan pasal 33 ayat (2) UUD 1945 diamanatkan bahwa : Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

Selanjutnya dalam pasal 33 ayat (3) berbunyi :  Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sehingga monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya berada pada negara.  Dalam kegiatan memanfaatkan sumber daya alam ini ditopang oleh 3 pelaku utama yaitu Koperasi, BUMN/D (Badan Usaha Milik Negara/Daerah), dan Swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik perseorangan

Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas kepentingan mayoritas masyarakat, dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jangan sampai bangsa tercinta ini terjerumus dalam kemiskinan seperti Republik Kongo dan Liberia akibat salah kelola dalam hasil tambang mereka.  Kongo adalah negara yang paling miskin di dunia. Berdasarkan data dari Global Finance Magazine, negeri hanya memiliki GDP per kapita US$ 754. Jumlah ini termasuk sangat rendah mengingat negeri lain seperti Qatar bisa menghasilkan GDP per kapita hingga US$ 146.001 atau Singapura yang mencapai US$ 84.821.   

Padahal negera yang berada di Afrika Tengah dengan luas setara dengan Eropa Barat ini memiliki cadangan tambang yang sangat banyak. Bila ditaksir nilainya bisa mencapai US$ 24 triliun.  Sumber kekayaan ini berupa cadangan tambang coltan dan juga kobalt yang termasuk tertinggi di dunia. Selain itu negeri ini juga memiliki tambang emas, berlian, tembaga, dan minyak. Sayangnya pengolahan tambang ini tak bisa dilakukan dengan baik.  Kurangnya tenaga ahli dan konflik perang berkepanjang menyebabkan daerah tambang tak bisa dimanfaatkan dengan baik.

Bagaimana dengan Liberia?  Pada tahun 2015 negara di pesisir barat Afrika ini hanya memiliki nilai GDP per kapita mencapai US$ 934 saja. Akibat rendahnya GDP ini, Liberia harus rela  berada di jajaran atas negara paling miskin di dunia. Padahal negeri ini memiliki banyak sekali sumber daya alam yang sangat berharga. Emas dan permata adalah produk unggulan yang sebenarnya bisa menyokong GDP Liberia secara keseluruhan, namun beberapa masalah seperti konflik menutup kemungkinan itu.

Pada tahun 1970-an Liberia mulai menambang emas secara masif hingga menyokong 25% GDP negara. Sayangnya konflik berkepanjangan membuat produksi nyaris mendekati nol. Selanjutnya sebanyak 155.000 karat berlian dicuri oleh para penambang asing dari negara tetangga. Akibatnya penduduk tak bisa menikmati kekayaan alamnya secara menyeluruh. Seperti Kongo, di Liberia juga ditemukan sumber  tambang lain seperti besi, bauksit, beril, fosfat, pasir silika, nikel, seng, dan uranium.  

Recycling Tecnology.

Permasalahannya adalah semakin banyaknya sampah dari konsumsi bahan tambang ini di Indonesia.   Kita bisa melihat sampah kaleng bekas, kulkas rusak, rangka mobil bekas, besi rongsokan yang teronggok di pinggir jalan, komputer bekas yang sudah ketinggalan jaman.   Mau diapakan semua barang tersebut?

Masyarakat perlu melakukan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam mempunyai arti penggunaan sumber daya alam dengan cara memaksimalkan kegunaannya dan meminimalkan sumber daya yang terbuang.   Sejalan dengan berkurangnya penggunaan sumber daya berarti mengurangi limbah yang dihasilkan sehingga mengurangi dampak terhadap lingkungan

Penggunaan sumber daya diusahakan dapat bermanfaat ganda, karena sumber daya yang telah digunakan masih dapat digunakan lagi. Bahkan barang bekas dari produk tambang ini juga memberi kehidupan bagi orang lain.  Coba saja lihat di sekitar kita, ada pemulung sampah, pembeli barang rongsokan atau loakan, hingga pemanfaatan batang bekas sebagai barang baru yang memiliki nilai ekonomis. 

Besi dan baja  adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut.  Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.

Bahkan limbah elektronik macam PCB komputer , PCB telepon genggam, Prosesor, RAM, motherboard, hard disk , soket – soket pada komputer, IC , kartu chip, memori dan masih banyak komponen lainnya ini mengandung logam mulia seperti emas,perak dan tembaga.  Tentu kita bertanya-tanya mengapa di dalam perangkat-perangkat elektronik terdapat logam mulia seperti emas?    Ternyata emas digunakan karena terbukti mampu menyalurkan arus elektronik lebih baik dibandingkan tembaga dan logam lainnya.   Produsen ponsel atau kartu SIM ataupun para pembuat alat-alat elektronik tidak pernah mengurangi atau meniadakan kandungan logam mulia itu, walaupun dalam setiap unit jumlahnya mungkin hanya seper seribu gram.

Peluang inilah yang dilihat oleh pengusaha di Jepang dan China, sehingga banyak perusahan yang mengincar limbah elektronik ini karena bernilai ekonomis tinggi.  Jadi jangan salah, barang bekas pun mempunyai nilai ekonomis.  Sayangnya limbah-limbah elektronik bernilai tinggi tersebut di negeri ini masih belum tergarap secara maksimal.

Dunia tanpa Hasil Tambang

Apakah mungkin hidup ini dilakoni tanpa menggunakan bahan tambang?  Jawabnya, ya mungkin saja.  Kita akan kembali ke zaman batu alias jaman primitif macam film kartun The Flinstones.   Semua menggunakan bahan baku batu dan kayu, seperti mobil dengan roda batu dan rangka kayu.  Atau rumah yang terbuat dari batu, demikian juga dengan perabotan rumah tangga yang terbuat dari batu.   Piring batu, sendok garpu, mobil pun  dari batu.   Malam terpaksa tidur hanya ditemani dengan cahaya dari api unggun.   Dari Jakarta ke Bandung butuh waktu berhari-hari dengan menunggang kuda.   Siapa yang mau kembali ke zaman itu?  Saya sih memilih mengetik tugas kantor di laptop di ruang kerja yang sejuk karena menggunakan AC sambil menikmati alunan musik yang dinyanyikan Louis Amstrong,  Yes, I think to myself, what a wonderful world.

The Flintstone (sumber gambar : http://static.tvtropes.org)
The Flintstone (sumber gambar : http://static.tvtropes.org)

Hasil tambang memang membuat kehidupan manusia menjadi jauh lebih baik.    Natura non vincitur nisi parendo (Alam tidak akan dapat dikalahkan kecuali kalau kita dapat menyesuaikan diri dengannya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun