“Innovation is the only way to win.” ― Steve Jobs
Badan Penelitian dan Pengembangan yang disingkat Balitbang kadangkala dipelesetkan menjadi Badan Sulit Berkembang. Asumsi ini mungkin karena adanya Balitbang yang memang tidak berkembang alias jalan di tempat. Sunyi senyap dan nyaris tak terdengar bunyinya. Namun tentu saja hal ini tidak berlaku bagi Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang terus menerus melakukan inovasi dan pengembangan teknologi. Lebih-lebih pada dalam masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dengan menitikberatkan pembangunan pada bidang infrastruktur. Dana sebesar Rp313,5 triliun digelontorkan pemerintah untuk membangun infrastruktur secara merata di seluruh Indonesia pada 2016.
Presiden Jokowi menekankan bahwa pola pembangunan dari pusat ini hendak ditinggalkan. Sesuai dengan Nawacita, pembangunan dilakukan mulai dari kawasan pinggiran. Seperti membuat jaring laba-laba, dimulai dari arah pinggir diranjut hingga mengarah ke pusat dan bukan sebaliknya. Tidak seperti pola pembangunan peninggalan pemerintah sebelumnya yang bersifat Jawa sentris harus ditinggalkan. Kali ini diperlukan konsep pembangunan bersifat Indonesia sentris dengan tujuan meningkatkan daya saing dan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.
Sebagai gambaran struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I-2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Jawa (58,22%) dan Sumatera (23,88%) bersama-sama memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB mencapai lebih dari 80 %. Kemudian diikuti Kalimantan (8,45%), Sulawesi (4,72%), Bali dan Nusa Tenggara (2,48%). Kontribusi terkecil berasal dari kelompok provinsi di Maluku dan Papua, yakni sebesar 1,95%.
Bahkan data Bank Dunia 2014 menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia menyedot sekitar 27 persen produk domestic bruto (PDB). Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa PDB Indonesia 2014 sebesar Rp 10.542 triliun, maka sekitar Rp. 2.846 triliun habis digunakan untuk membiayai logistic. Suatu pemborosan yang tak perlu. Bandingkan dengan Vietnam (25 persen dari PDB), Thailand (20 persen dari PDB), dan Singapura (8 persen dari PDB). Pengeluaran biaya logistik andai bisa dihemat bisa dialokasi sektor lain yang lebih strategis seperti pembangunan serta memperbaiki infrastruktur, rumah sakit, atau sekolah. Itu sebabnya pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan guna Indonesia Sentris dan mendukung logistik mutlak diperlukan.
Hal tersebut sesuai dengan Nawacita yang digusung oleh Presiden Joko Widodo. Program Nawacita menjadikan infrastruktur sebagai salah satu fokus utama untuk pembangunan Indonesia. Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, mengamanatkan Agenda Nawacita dengan agenda Meningkatkan Produktivitas Rakyat dan Daya Saing di Pasar nasional dan internasional melalui Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan.
Terkait dengan hal tersebut, perubahan struktur organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat lebih fokus dengan pengembangan wilayah terutama di luar Pulau Jawa terutama di daerah terluar dan perbatasan. Dibentuknya Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) dan Direktorat Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan, dan Fasilitasi Jalan Daerah pada Direktorat Jenderal Bina Marga menunjukkan perhatian pemerintah akan pembangunan infrastruktur di daerah.
BPIW telah menyusun 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) tersebar dari Sabang sampai Maurake. Dari 35 WPS tersebut 4 WPS di Pulau Papua, 2 WPS di Kepulauan Maluku, 4 WPS di Pulau Kalimantan, 5 WPS di Sulawesi, 6 WPS di Pulau Sumatera, dan 5 WPS di Kepulauan Bali-Nusa Tenggara. Disinilah letak perlu konekvitas melalui pembangunan jalan dan jembatan untuk menghubungkan titik-titik simpul pertumbuhan ekonomi dalam WPS.
Harapannya, ketika semua itu sudah rampung, jarak dan ketimpangan antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur, kian dekat. Sehingga kemajuan bersama dapat lebih cepat terwujud.
Dua abad lalu, berdasarkan Instruksi 5 Mei 1808, dijelaskan bahwa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memulai tugasnya dengan membanguna infrastruktur jalan raya. Membangun jalan raya di Priangan tidak hanya untuk kepentingan pertahanan atau militer, tetapi lebih penting adalah karena kepentingan ekonomi. Eklusifisme kesukuan, keterasingan sebuah daerah dan keterlambatan hasil distribusi pertanian perkebunan pada umumnya disebabkan oleh infrastruktur jalan yang buruk atau masih terisolir. Sejak dahulu sebenarnya sudah dirasakan peran vital infrastruktur jalan dan jembatan bagi perekonomian daerah di Indonesia.
Dampak suatu aktivitas pembangunan terhadap perekonomian daerah bisa diukur melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan per kapita, pertumbuhan dan peningkatan daya tarik investasi, produktivitas investasi, dan berbagai bentuk manfaat lainnya (Dixon, et.al, 1992). Sedangkan beberapa manfaat yang berpotensi muncul akibat dari perkembangan sektor transportasi adalah:
- Perubahan biaya relatif dari sarana transportasi tertentu terhadap sarana transportasi lainnya;
- Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat;
- Peningkatan ketersediaan sarana transportasi;
- Peningkatan kualitas perjalanan (kecepatan, kenyamanan, kepercayaan) yang dihasilkan dari peningkatan kualitas sarana maupun teknologi infrastrukturnya.
- Pengaruh pada tata guna lahan akibat migrasi antar daerah dan perubahan pola pemukiman;
- Peningkatan aktivitas ekonomi yang pada akhirnya juga mempengaruhi timbulnya perubahan pola dan struktur konsumsi masyarakat;
- Perubahan demografis (struktur usia dan gender); serta
- Perubahan perilaku operasional dunia usaha setempat
Disinilah letak peran strategis dari Balitbang dalam usaha mewujudkan Nawacita.
Perencanaan Jalan dan Jembatan
Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan itu sendiri. Perencanaan pembangunan, penggunaan bahan, serta cara pelaksanaannya yang dipakai relatif seragam. Tidak peduli apakah jalan tersebut berstatus jalan Nasional, Provinsi atau Kabupaten/Kota. Tentu saja suatu pemborosan menggunakan spesifikasi jalan Nasional untuk pembangunan jalan Kabupaten yang hanya dengan volume lalu lintas rendah. Selain boros, kadangkala material yang dipersyaratkan pun tidak tersedia di lokasi sebagaimana dipersyaratakan dalam spesifikasi.
Akibatnya ketika tahap pelaksanaan, terkadang material yang dipersyaratkan pada saat perencanaan tidak tersedia, kontraktor pun kebingungan. Kalaupun ada harganya sangat mahal karena harus didatangkan dari daerah lain melalui transportasi darat, laut, bahkan melalui udara. Padahal material pengganti atau alternatif tersedia di lokasi pekerjaan namun tidak digunakan.
Seperti diungkapkan oleh pelaksana tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Papua, Elsye Pekada, dalam rapat kerja dengan Kementerian Perdagangan di Jakarta (27/1) bahwa di Papua, terutama Puncak Jaya, harga semen antara Rp 1,6-2 juta per sak. Bandingkan harga semen per sak di Jakarta hanya Rp 60 ribu.
Namun seperti buah simalakama, penggunaan material di luar spesifikasi kadang menjadi temuan saat audit karena kesalahan membayar akibat spesifikasi yang diisyaratkan tidak terpenuhi. Sehingga diperlukan spesifikasi khusus untuk material pengganti ini. Padahal daerah-daerah di Indonesia mempunyai pontesi dan sumber daya alam yang berbeda-beda.
Peran Balitbang
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 15/PRT/M/2015 Pasal 1123 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Balitbang terdiri atas :
- Sekretariat Badan;
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air;
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan;
- Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman; dan
- Pusat Peneitian dan Pengembangan Kebijakan dan Penerapan Teknologi.
Terkait dengan perencanaan, pembangunan, serta pemeliharaan jalan dan jembatan, disinilah letak peran penting Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan).
Sebagai gambaran, jalan Nasional yang hanya 8% dari total panjang jalan di Indonesia, kondisinya 94% mantap (kondisi baik dan sedang). Sedangkan jalan Provinsi merupakan 10% dari total panjang jalan, kondisi kemantapan mencapai 70,9%. Sementara itu jalan Kabupaten/Kota yang merupakan 82% dari total panjang jalan yang ada, kondisi mantapnya hanya 59,4% dan 41,6% tidak mantap (rusak ringan dan rusak berat). Beberapa ruas jalan di Kabupaten/Kota masih berupa jalan tanah bahkan tidak terhubung dengan ruas jalan lain. Sebab itu menjadi penting dalam pengembangan konektifitas antar wilayah melalui pembangunan jalan dan jembatan agar menunjang pengembangan sektor-sektor lain serta dapat memacu pertumbuhan daerah yang relatif tertinggal, terisolasi dan terpencil.
Setiap daerah memiliki potensi berbeda. Misalkan daerah pantai dengan potensi perikanan, wisata pantai dan laut. Sedangkan daerah pergunungan memiliki potensi perkebunan teh, wisata kuliner, dan gua-gua alam. Karakteristik berbeda juga terdapat material di tiap-tiap daerah. Seperti pulau Buton yang kaya akan aspal alamnya. Sementara daerah lain memiliki hasil karet atau batu kapur yang melimpah. Ini menjadi fokus Pusjatan untuk mengembangkan potensi material suatu daerah untuk pembangunan jalan dan jembatan.
Berikut adalah beberapa hasil inovasi yang telah dilakukan Pusjatan pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan dengan memperhatikan material lokal agar lebih efisien dan ekonomis :
Bidang Perkerasan Jalan
Pusjatan telah mengembangkan penelitian di bidang aspal dengan memperhatikan material lokal yang tersedia, lokasi pekerjaan, dan kondisi alam daerah.
Seperti bahan Cold Paving Hotmix Asbuton (CPHMA) dimana harga produksi campuran beraspal bisa dihemat sampai 25 %. Selain itu CPHMA cocok digunakan untuk daerah-daerah terpencil dan wilayah perbatasan yang tidak memiliki Unit Pencampuran Aspal/Asphalt Mixing Plant (AMP).
Ada juga produk Sandbase Lapis Pondasi Pondasi Pasir Aspal (LFPA) dapat menghemat penggunaan campuran aspal hingga 30 % dengan menggunakan material lokal.
Butur Seal berupa teknologi perkerasan jalan dan banyak diaplikasikan di Kabupaten Buton Utara. Atau Warm Mix Asphalt (Econusca dan Zeolit) dimana temperatur dan pemadatan dapat dilakukan dengan suhu lebih rendah. Cocok untuk daerah yang jauh dari AMP atau pergunungan dengan suhu dingin.
Tambalan Cepat Mantap (TCM) berupa produk penambal jalan yang bekerja lebih cepat, mudah, murah, dan berkualitas. Lalu ada pula produk Otta Sealyang berupa seal coat(suatu jenis bahan yang sering digunakan untuk pemeliharaan permukaan jalan).
Aspal Karet (Asret) yang digunakan sebagai bahan tambahan pengikat aspal pada perkerasan jalan . Standar perkerasan jalan dengan bahan pengikat Asret telah tersedia dengan judul “Pedoman Penggunaan Aspal Karet dalam Campuran Beraspal Secara Panas No : 010.T/BM/199) serta Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan Tahun 2010 Revisi 1 dan 2.
Pusjatan juga telah mengembangkan teknologi material lokal batu kapur. Sehingga sumber material yang ada di daerah tertentu dapat dimanfaatkan secara optimal dan mengurangi biaya produksi. Lalu ada Beton Kinera Tinggi dengan biaya kompetitif dan menghasilkan beton yang lebih padat. Lalu Beton Sedikit Semen dengan memanfaatan abu terbang (fly ash).
Bidang Geoteknik
Pusjatan memiliki Basis Data Geoteknik Jalan untuk mendapatkan solusi baru dalam menyelesaikan masalah-masalah geoteknik jalan. Pusjatan juga mengembangkan timbunan ringan sebagai alternative dapat yang digunakan sebagai pondasi jalan dan oprit jembatan di atas tanah lunak seperti daerah rawa atau bekas persawahan. Ada pula produk berupa Rekayasa Penanganan Keruntuhan Lereng pada Tanah Residual dan Bantuan, dapat digunakan untuk perencanaan jalan dan jembatan di daerah-daerah rawan longsor.
Bidang Jembatan
Jembatan Orthotropik merupakan teknologi yang terkait dengan penggantian lantai kendaraan rangka baja dengan penyesuaian panjang panel memiliki berat lebih ringan 50% dibandingkan lnati beton pracetak. Instalasi atau pemasangan panel lebih cepat (28 hari) dibandingkan menggunakan cor beton sehingga tidak terlalu lama mengganggu masyarakat pengguna jalan akibat adanya penutupan sebagian badan jalan akibat kegiatan pengganti lantai jembatan.
Ada juga Jembatan Integral adalah jembatan yang dibuat tanpa adanya pergerakan antar bentang (spans) atau antara bentang dengan abutment sehingga mengurangi biaya pemeliharaan jembatan. Selain itu desain Jembatan Integral lebih sederhana dan efisien.
Pusjatan telah merancang Jembatan untuk Desa Asimeteris (Judesa) yang cocok digunakan untuk wilayah perdesaan dan daerah terpencil dimana produk berupa material pre pabrikasi dan tersedia dari bentang 40 meter hingga 120 meter. Pelaksanaan pekerjaan pun cepat hanya sekitar satu bulan. Sehingga tidak ada desa yang terisolir. Hasil tani pun mudah untuk dijual ke pasar.
Bidang Penyelenggaraan Lalu Lintas
Inovasi di bidang ini beberapa diantaranya adalah Ruang Henti Khusus Sepeda Motor (RMK) untuk memperbaiki kinerja persimpangan jalan perkotaan dengan biaya rendah serta mengurangi konflik lalu lintas sepeda motor dengan kendaraan lain. Ada juga inovasi berupa Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APPIL Portable) bersifat nirkabel, sehingga tidak ada interkoneksi secara fisik yang terpengaruh oleh kondisi dan situasi jalan.
Sedangkan inovasi untuk memantau pekerjaan dan lalu lintas diluncurkan Sistem Informasi Dini Lalu Lintas (Sindila) memberikan informasi kondisi lalu lintas (volume, kecepatan, okupasi). Ada pula Remote Construction Monitoring System (RMCS) berupa pemantauan dalam pelaksanaan konstruksi jalan. Dapat memantau beberapa proyek dari tempat berbeda. Pusjatan juga mengembangkan Plato Ver. 2 berupa teknologi Video Image Processing yang mampu mendeteksi kendaraan sampai 5 klasifikasi kendaraan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan.
Untuk bidang ini Pusjatan telah mengembangkan beberapa inovasi dintaranya Bima Light Friedtesuntuk menguji kekuatan structural tanah dasar/granular secara semi otomatis. Lalu ada pula Alat Pengukur Kekuatan Struktur Jalan(APKJ) digunakan untuk menguji kekuatan struktural (lendutan) perkerasan jalan secara otomatis.
Pusjatan juga meneliti pengunaaan rumputVetiver, merupakan jenis rumput yang dimanfaatkan untuk konservasi tanah, air serta melindungi lingkungan terutama lereng dari erosi.
Ada pula produk yang dikembangkan untuk Safety Road. Terdiri atas AKJ (Audit Keselamatan Jalan) IKJ (Inspeksi Keselamatan Jalan), ITS (Intelligent Transportion System), dan ILAP (International Road Assesment Program).
Produk Pusjatan Lainnya
Dari produk-produk yang telah dikembangkan Pusjatan, parastakeholder atau masyarakat di daerah memilih produk yang cocok digunakan di tempat mereka. Alternatif produk yang dikembangkan Pusjatan cocok digunakan di daerah-daerah terpencil atau terkendala dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan atau pemeliharaan jembatan.
Pusjatan juga telah mempublikasikan hasil pengembangan teknologi bidang jalan dan jembatan dalam sebuah buku 25 Masterpiece Pusjatan 2016. Meskipun produk-produk hasil penelitian Pusjatan jumlahnya lebih dari itu, seperti Hawkeye 2000 atau Jembatan Apung (bisa dilihat di Website Pusjatan). Hasil penelitian mereka yang lebih lengkap bisa dilihat di acara Pekan Inovasi Sains dan Teknologi berlangsung dari 9 -11 Agustus 2016 di Hotel Discovery Ancol, Jakarta. Ayo masih ada kesempatan hingga esok untuk berkunjung ke stand Pusjatan dan stand lainnya termasuk PSDA dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman. Masyarakat bisa bertanya banyak dengan ahli-ahli di bidangnya.
Para stakeholder atau pelaksana pekerjaan jalan dan jembatan dapat melihat pengembangan teknologi terbaru Pusjatan. Di sana mereka dapat berkonsultasi dan memperoleh informasi terkini untuk diterapkan dalam pelaksanaan infrastruktur daerah.
Aplikasi e-Product Pusjatan
Pusjatan juga telah meluncurkan aplikasi e-Product Pusjatan yang dapat diunduh di Google Play dan App Store. Aplikasi gratis ini tidak besar, hanya 4,25 MB. Aplikasi ini berisi katalog produk teknologi, fitur dan manfaat produk, dokumentasi produk, serta pencarian produk. Sehingga kapan saja dan di mana pun masyarakat serta pelaku di bidang infrastruktur jalan dan jembatan dapat mencari informasi produk-produk yang dihasilkan oleh Pusjatan.
Daftar Pustaka
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016, 25 Masterpiece Pusjatan, Balitbang Kementerian PUPR, Bandung.
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Majalah Sinergi, Edisi 02/Februari 2016.
Dixon, P.B., B.R. Parmenter, A.A. Powell and P.J. Wilcoxen, 1992, Notes and Problems in Applied General Equilibrium Economics, North-Holland, Amsterdam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H