Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

E-learning bersama HarukaEdu Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

3 Juni 2016   23:49 Diperbarui: 3 Juni 2016   23:58 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.   Pepatah tersebut sudah berabad-abad disampaikan.   Namun sepertinya saat ini mulai memudar dengan semaki majunya teknologi komunikasi khususnya internet.   

Menuntut ilmu tak perlu lagi untuk pergi jauh-jauh ke Cina.  Dahulu orangtua kita harus kuliah jauh keluaraga dan hidup di negeri seberang.   Tak punya sanak famili. Kadang pekerjaan dan keluarga harus ditinggalkan.

Saya memang sudah selesai kuliah sarjana di Depok dan pasca sarjana di Bandung.  Semua saya tempuh dengan perjuangan.   Kuliah di Depok, saya harus kos dan berpisah dengan kedua orangtua yang tinggal di Bandung.   Paling bertemu mereka sebulan sekali bahkan lebih karena dulu belum ada tol Cipularang.  Perjuangan naik bus dari Terminal Kampung Rambutan ke Bandung harus lewat Ciawi, Puncak, Cianjur, dan Padalarang.   Jalannya berkelok-kelok dan sempit.   Berangkat pagi hari, sampai di Bandung sudah tengah malam.  Cape banget…..

Sedangkan kuliah pasca sarjana di Bandung saat saya sudah bekerja di sebuah kementerian di Jakarta.  Kebetulan saya dapat beasiswa di Institut Teknologi Bandung.   Kuliahnya memang khusus Jum’at dan Sabtu.  Sehingga saya hanya ijin belajar dan bolos kerja di hari Jum’at (sedangkan tugas belajar harus full kuliah dan meninggalkan tugas-tugas kantor).   Paling repot saat menyelesaikan tugas akhir.    Janjian untuk asistensi Sabtu pagi, saya subuh sudah nongkrong di travel di daerah  Islamic Tangerang.   Berangkat dengan kendaraan paling pagi.  Sampai di ITB, saya mengirim sms kepada dosen pembimbing. 

Pak saya sudah di kampus.  Siap untuk asistensi jam 9.

Tak lama kemudian ada sms balasan :

Maaf Mas Herman, saya ada undangan mendadak sehingga pagi ini harus ke Jakarta.  Asistensi kita tunda minggu depan saja.

Gubrak, apa tidak kesal tuh.  Saya ke Bandung…eh, dosen pembimbing malah ke Jakarta.  Tidak kompak nih.   Ya sudah kalau begitu.   Sudah di Bandung ya saya jalan-jalan ke Kebun Binatang yang dekat dengan kampus atau jalan-jalan cari baju di factory oulet di jalan Riau.  Padahal saya masih kangen bermain dengan anak kami yang masih berusia enam bulan.  Lagi lucu-lucunya.  Demi karir, Nak.

Nah kalau sekarang saya downgrade alias kuliah sarjana lagi.   Tujuannya agar sesuai dengan bidang pekerjaan di kantor.   Saya memilih mengikuti Program Perkuliahan Karyawan (P2K) di sebuah universitas di kawasan Cempaka Putih.  Kuliahnya malam hari (seusai jam kantor) dan hari Sabtu.    Jauh lho dari Tangerang, butuh dua jam perjalanan ke sana.  Apalagi saya naik kendaraan umum harus ganti kendaraan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke kampus.  Sudah pasti kaki ini pegal-pegal.

Belum lagi kalau harus dinas luar kota, terpaksa tidak bisa mengikuti kegiatan perkuliahan.  Apalagi salah satu syarat untuk lulus adalah mengikuti perkuliahan minimal 50 persen.  Karena sering bolos, akibatnya saya harus mengulang mata kuliah tersebut.  Maka tak heran kalau kuliah saya molor.

Demikian pula kalau pulang kampus.  Jam 10 malam masih perjuangan mencari-cari bus menuju Tangerang.   Kalau pun ada bus berjalan pelan karena ngetem dulu cari penumpang.  “Bang tarik Bang!  Sudah lama ngetem nih!”protes saya dan beberapa penumpang lain.  Eh, si supir pura-pura tidak dengar atau memang budek ya?   Kuliah yang betul-betul menguras tenaga.  Sampai di rumah isteri dan anak-anak sudah tidur.     Hari Minggu anak-anak mengajak jalan ke mall, saya-nya KO.  Maaf Nak, Papa cape.

Belum lagi kalau macet, kuliah bisa terlambat.   Paling parah kalau terlambat saat Ujian Tengah Semester atau Ujian Akhir Semester.  Bisa-bisa dapat nilai D atau E di Daftar Nilai Semester (DNS).  Hancur..hancur..hantur hatiku, begitu kata almarhum Olga Syahputera.

Pertanyaanya, kenapa harus jauh-jauh ke Cempaka Putih di kawasan Senen sana?   Kenapa tidak kuliah di Tangerang?  Masalahnya peraturan di kantor mengharuskan saya kuliah di universitas dengan akreditasi minimal B.   Kampus di Tangerang ada sih yang biayanya terjangkau, tapi akreditasinya C bahkan ada yang sedang proses akreditasi.   Kalaupun ada dengan akreditasi A dan B, biaya kuliahnya terlalu mahal atau over budget.  Bisa-bisa asap dapur tidak mengebul.

Seiring perkembangan jaman,  perkembangan internet juga semakin cepat dan murah.    Apalagi sudah sebagian besar orang menggunakan smartphoneterutama di kota-kota besar.   Apalagi di tahun 2012, pemerintah sudah memperbolehkan universitas menyediakan kuliah secaraonline (e-learning) sehingga ini menjadi momentum yang pas bagi mereka yang ingin kuliah tetapi terkedala waktu, finansial, bahkan fisik.

Dari e-learning inilah HarukaEdu.com ingin membantu banyak orang supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.    Mereka yang bekerja namun tak memiliki waktu untuk kuliah serta budget terbatas ataupun Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dapat mengikuti kuliahonline ini.

Tapi jangan salah ya, Haruka yang satu ini bukan anggota girl band JKT 48 ya.    HarukaEdumerupakan startup pendidikan yang menyediakan solusi lengkap dan terpadu untuk membantu perguruan tinggi dalam menawarkan program kuliah online yang berkualitas dengan investasi dan risiko minimum.   

Menurut pengertian wikipedia, e-learning disebut juga dengan sistem pembelajaran elektronik ini merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.   Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak harus hadir di kelas dan bertatap muka langsung (face to face) dengan dosen.   

HarukaEdu sendiri beroperasi di bawah naungan badan hukum PT Haruka Edukasi Utama (HarukaEd  Haruka Edu dibentuk pada 2013 oleh mereka yang ahli di bidangnya.  Jadi tidak main-main lho, guys.   Saya saja yang masih kuliah, ingin nanti suatu saat kuliah lagi dengan waktu yang lebih flesikbel.   Selaras dengan visi mereka :  “To provide a brighter future for Indonesians through quality, affordable, accessible, and sociable online education”.   Sedangjan Misi dari HarukaEdu adalah memberikan masa depan yang lebih baik kepada banyak orang dengan cara mempermudah mereka mendapatkan pendidikan seumur hidup yang berkelanjutan (life-long continuous learning).

Banyak keuntungannya dari e-learningini :

  • Fleksibilitas, artinya mahasiswa untuk mengakses materi perkuliahan di mana saja dan kapan saja tanpa terikat jadwal seperti kuliah tatap muka.
  • Pembelajaran personal,  bahwa mahasiswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka bebas mengulangi materi perkuliahan kapan saja sampai mengerti.
  • Daya Serap Yang Lebih Baik, karena mahasiswa belajar sesuai mood dan stamina masing-masing.  Ada mahasiswa yang suka belajar tengah malam, ada pula yang mood belajarnya di pagi hari.
  • Akses Kepada Pengajar Berkualitas.  Dosen-dosen terbaik dan terkemuka, baik dari latar belakang akademis maupun industri, kini dapat mengajar secara online berdasarkan jadwal yang disesuaikan dengan kesibukan mereka
  • Kualitas Pembelajaran Yang Konsisten.  Pada e-learning, proses belajar dan materi kuliah digital dibuat oleh dosen terbaik dan terpilih
  • Hasil Belajar Yang Terukur, Perkuliahan e-learning didukung oleh berbagai macam teknologi informasi, salah satunya adalah Learning Management System (LMS) yang digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sekelas dan dosen.
  • Hemat Waktu Serta Biaya.  Bebas biaya transportasi dan terhindar dari kemacaten.
  • Mengurangi Carbon Footprint, mengurangi penggunaan kertas dan tinta karena kegiatan lebih banyak dilakukan secaraonline.

Sesuai  namanya kata Haruka memang berasal dari Bahasa Jepang yang berarti jarak.   Sedangkan Edua merupakan singkatan dari Education yang artinya pendidikan.  Jadi kalau digabung maknya menjadi pendidikan berjarak jauh dan sesuai dengan konsep bisnisnya.   Didirikan oleh tiga orang pengajar dari perguruan tinggi termuka yaitu : Novistiar Rustandi (dosen di Universitas Bina Nusantara dan Surya University), Tovan Krisdianto (dosen Binus Business School), dan Gerald Ariff (dosen Binus Business School). HarukaEdu sendiri dikelola oleh tujuh orang (termasuk tiga founder tadi).

HerukaEdu membantu perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh atau go online.  Bayangkan jika mereka harus mengembangkan e-learningsendiri.   Keterbatasan biaya untuk mengembangkan infrastruktur teknologi informasi dan sumber daya manusia yang berkualitas.  Selain itu HarukaEdu berpengalaman dalam mengembangkan kualitas online learning.  Bila perguruan tinggi ingin membuat platform sendiri untuk kelasonline, maka akan memakan biaya besar.   HarukaEdu membantu memangkas sebagian biaya.   

HarukaEdu memiliki keunikan berupa konsep end-to-end solution.  Artinya HarukaEdu menyediakan mulai dari infrastruktur teknologi informasi yang diperlukan untuk menyelenggarakan kuliah online, mengembangkan kurikulum dan silabus online, membuat konten digital seperti materi kuliah, mulai dari yang bentuk transkrip, audio, hingga video.

Mereka juga mencari dan melatih tenaga pengajar, memasarkan program dan merekrut mahasiswa, sampai dengan menjalankan dan melakukan administrasi perkuliahan. 

Hebatnya lagi HarukaEdu berhasil masuk dalam program Google Launchpad, sebuah program akselerator dari Google untuk startupaplikasi mobile. Program tersebut telah diluncurkan ke tiga negara baru, yaitu India, Brasil, dan Indonesia.

HarukaEdua mendapat bantuan dana dan biaya pelatihan selama dua minggu di kantor pusat Google di Silicon Valley, AS.  Selain itu HerukaEdu memiliki akses ke engineering, resource, dan mentor dari Google saat dan setelah program berjalan.    Lalu berkesempatan bekerja langsung dengan Google selama enam bulan dan bantuan lainnya.  Jadi aplikasi yang dikembangkan HarukaEdu sudah diakui secara internasional.    HarukaEdu meluncurkan program e-learning berstandar internasional pertamanya September 2014, yang merujuk kepada Online Learning Consortium

Proses pembelajaran dibagi atas 75% secara online dan 25% secara tatap muka di kelas, yang terdiri dari pertemuan pertama, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).Pertemuan Pertama bertujuan untuk mempertemukan siswa dengan dosen dan siswa lainnya, sehingga komunikasi dan kerja sama selama masa kuliah dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Saat ini HarukaEdu telah menjalin kerjasama dengan tiga perguruan tinggi, yaitu London School Public Relation (LSPR), Universitas Wiraswasta Indonesia (UWIN), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia).  Serta HarukaEdu baru saja menjalin kerjasama dengan President University.  DIharapkan tahun-tahun mendatang akan lebih banyak universitas terlibat dan semakiin banya jurusan yang tersedia.   Saya berminat tuh kalau ada kuliah online magister hukum.  Jadi nanti dibelakang embel-embel nama saya ada titel SH MH.  Maunya sih.  Man supposed God disposed.

Dengan jumlah total penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).  Dari jumlah tersebut sekitar setengahnya berumur di bawah 30 tahun.    Jika kedua faktor tersebut di atas digabungkan, indikasinya adalah Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan.   Persaingan akan menjadi lebih berat lagi bagi para pencari kerja.

Berdasarkan keterangan dari Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M. Nasir, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia  masih berada di angka 30%, yang berarti 7 dari 10 orang Indonesia pada rentang usia 19-23 tahun tak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara angka ideal untuk menuju negara industri APK harus berada di angka 60%.

Sedangkan survei yang dilakukan HarukaEdu terhadap  1.200 responden yang merupakan pekerja di Jakarta, 70 persennya ingin melanjutkan sekolah lagi. Sedangkan, 54 persen ingin melanjutkan sekolah sambil kerja dengan waktu yang fleksibel, yakni via online.  Selaras dengan data demografi pengguna internet di Indonesia, mayoritas pengguna adalah mereka yang berusia 18-35 tahun dengan latar belakang karyawan atau wiraswasta.   Sayang sekali jika akses terhadap internet ini tidak digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan aplikasi e-learning.

Apalagi sejak  disepakatinya ASEAN Economic Community, MEA 2015, kompetisi akan semakin ketat dan berat.   Mereka denga kemampuan yang tinggi dengan latar pendidikan yang tentu saja lebih baik, lebih berpeluang untung memenangkan kompetisi.   Sebagai gambaran, saat ini baru 7,2 persen masyarakat Indonesia yang memiliki gelar S1, sedangkan Malaysia sudah 24 persen. Dan kalau kita lihat di salah satu situs pencarian kerja yang besar, lowongan kerja untuk tingkat S1 enam kali lebih besar dari yang lulusan SMA.    Maka tak aneh mereka yang berpendidikan S1 lebih berpeluang untuk sukses.  

Selaras dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 dikutip dari materi Nangkring Bareng HarukaEdu bersama Kompasiana.com bahwa dari 111 juta orang angkatan kerja dewasa, hanya sekitar 8 juta atau 7 persen yang memilki gelar sarjana.  Sementara itu sebanyak 32 juta angkatan kerja hanya lulusan sekolah menengah atas.

Saya saja yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil merasakan dampaknya juga.  Di kantor sebagian besar bergelar S2, sudah jarang PNS yang hanya bergelar S1.   Sedangkan PNS yang hanya tamatan SMA memilih untuk melanjutkan kuliah untuk kenaikan golongan dan jenjang karir.

Berdasarkan peraturan terkait ASN (Aparatur Sipil Negara),  jabatan yang bisa diisi PNS tamatan SMA adalah caraka atau mereka yang tugasnya membantu dan masuk golongan II.   Nah jika mereka kuliah dan bergelar S1, maka mereka akan naik golongan III/A dan memiliki peluang karir yang jauh lebih baik.  Selaian itu banyak beasiswa ditawarkan untuk S1 melanjutkan S2.  Sayang sekali kesempatan kuliah di HarukaEdua dibuang begitu saja.

Biayanya kuliahnya terjangkau, tidak jauh berbeda dengan Program P2K yang saya ikuti saat ini.  Sekitar 600 ribu atau 20 ribu/hari.  Ya itung-itung jatah satu kali makan siang.  Tidak terlalu memberatkan mahasiswa.   Tenaga pengajarnya juga bukan sembarangan.  Mereka adalah pakar di bidangnya.   Manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.   Nikmati waktu yang berkualitas bersama keluarga.  Nikmati pula kuliah berkualitas dengan nyaman dan waktu yang fleksibel. 

Begitu banyak kesempatan terbuka bagi seorang sarjana.  Terbuka lebar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan jabatan yang lebih baik.   Peluang seorang sarjana untuk memperoleh perkerjaan lebih besar 6 kali lipat daripada hanya lulus sekolah menengah atas. 

Apalagi saat ini sedang ramai dibicarakan wacana terkait pengurangan jumlah PNS.  Kebanyakan PNS yang dikurangi tidak memiliki gelar sarjana.   Maka dari itu, masih ada kesempatan untuk kuliah agar kualitas diri dan jenjang pendidikan meningkat.  Selaian itu akreditasi A dan B dari perguruan tinggi yang bekerja sama dengan HarukaEdu diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga otomatis juga diakui oleh Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.  Jangan sampai kasus yang menimpa rekan saya sebut saja Rojak terulang.  

Pak Rojak ini kuliah tanpa berkonsultasi dulu dengan kepegawaian.   Ia sudah kuliah dua semester baru mendaftar.   Ternyata akreditas perguruan tinggi masih dalam proses.  Walhasil, kelak jika lulus kuliah pun gelar kesarjanaannya tidak diakui.   Untung saja baru dua semester.  Tapi Pak Rojak sudah rugi waktu dan biaya.  Belum malunya sama teman-teman karena sudah minta restu biar cepat lulus kuliah………….eh, belum lulus malah sudah out duluan.  Sabar ya Pak Rojak.

Seperti kata ustadz di kampung saya dalam khutbah Jum’at-nya mengatakan : bahwa yang dapat mengubah nasib manusia adalah manusia itu sendiri.   Manusia tidak boleh putus asa dan harus berusaha.    Seperti juga kuliah di perguruan tinggi lainnya dengan pengajaran konvesional, kuliah di HarukaEdu juga bergantung dari kemauan mahasiswa itu sendiri. 

Sistem pembelajaran online sama dengan belajar di kelas. Mahasiswa perlu menonton video materi yang disediakan kampus. Dosen mata kuliah akan hadir dua kali seminggu untuk menjawab pertanyaan mahasiswa dan berdiskusi. Akan ada kuis, ulangan tengah semester, akhir semester dan skripsi untuk mendapatkan ijazah.

Kalau mau dapat nilai bagus dan selesai tepat waktu maka harus rajin dan disiplin untuk mempelajari materi yang diberikan HarukaEdu.  Sebaliknya,  jika malas mengikuti pelajaran on-line yang tanggung sendiri akibatnya.   Ilmu tak dapat, nilai-pun bakal jeblok.   

Belajar materi kuliah di Haruka Edu bisa kapan saja.  Saat di rumah lagi santai.   Mendengarkan materi kuliah sambil makan dan minum kopi atau the manis hangat.  Nikmatnyo........Life is beautiful.

Jadi ingat waktu kuliah di Depok.  Dosen Hukum Acara Pidana mengatakan ,”jam kuliah saya kalian bebas membawa makanan apa saja kecuali kerupuk dan sejenisnya kerena berisik.”

Jadi nostalgia nih ceritanya.   HarukaEdu juga menyediakan program pendidikan online tingkat magister yaitu Magister Ilmu Komunikasi (MSi) seperti yang diselenggarakan oleh Lonon School of Public Relation.    Mahasiswa cukup menempuh 44 sks yang diselenggarakan dalam 3 semester.

Mungkin sebagian ada yang bertanya apakah HarukaEdu memfokuskan diri pada konsep “Kursus Online Terbuka secara Massif” atau yang lebih dikenal dengan istilah MOOCs (Massive Open Online Courses) seperti yang sudah dipopulerkan di Amerika melalui Udacity, Coursera, dan edX?

Ternyata tidak.   CEO Novistiar Rustandi mengklarifikasi bahwa HarukaEdu tidak fokus di MOOCs, melainkan lebih ke online degree dan program training bersertifikasi. MOOCs di dalam HarukaEdu hanya untuk kelas-kelas tertentu dan tidak dikenai biaya sama sekali alias gratis.   Seperti dibukannya kelas online gratis technopreneurship IWIC (Indosat Ooredo Wireless Innovation Contest) 10.   Program ini diluncurkan sejak sejak Maret 2014 silam yang mengajarkan langkah-langkah dalam mendirikan startup teknologi.

Apabila terlalu fokus di MOOCs, HarukaEdu akan susah menghasilkan pendapatan karena memang bersifat cuma-cuma.   Konsep online degree sendiri merupakan sebuah kuliahonline dimana peserta yang mengikutinya akan mendapat gelar sarjana S1 atau S2. Jadi memang seperti kuliah di kampus, namun secara online.

Sebel, mengapa kamu datang telambat HarukaEdu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun