Kurikulum Nasional baru? Pertanyaan-pertanyaan ini semakin meramaikan dunia pendidikan di Indonesia. Meski wacana ini telah beredar, seberapa baik sosialisasi telah dilakukan? Bagaimana dampak perubahan ini dilihat dari sudut pandang seorang pengajar?
Tahukah Anda bahwa konsep Kurikulum Merdeka tengah dipersiapkan untuk menjadi landasan
Di berbagai belahan negeri, kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran masih didominasi oleh Kurikulum 2013. Namun, apakah di tempat Anda sudah menerapkan Kurikulum Merdeka? Jika belum, apa kendala yang dihadapi dan mengapa masih setia dengan Kurikulum 2013?
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa transisi dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka tidaklah mudah. Proses adaptasi dan penyesuaian perlu dilakukan oleh para pendidik agar implementasinya berjalan lancar. Dalam banyak kasus, keterbatasan sumber daya, pelatihan, dan pemahaman yang kurang mendalam tentang konsep baru menjadi kendala utama.
Namun, apakah Kurikulum Merdeka sudah siap dijadikan kurikulum nasional? Perlu diketahui bahwa persiapan yang matang tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga pemahaman dan dukungan dari seluruh stakeholder di dunia pendidikan. Sebuah kurikulum baru tidak hanya berkutat pada buku teks atau struktur pembelajaran, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Adapun, terdapat sejumlah kritik yang mungkin diajukan terhadap Kurikulum Merdeka sebelum dilegalkan oleh pemerintah. Misalnya, perlu diperhatikan apakah kurikulum tersebut telah memadukan elemen-elemen lokal dengan pengetahuan global. Penting juga untuk memastikan bahwa metode pembelajaran yang diusung dapat meningkatkan daya kritis, kreativitas, dan kemampuan adaptasi siswa di era yang terus berubah.
Ketika membahas tentang Kurikulum Nasional baru, keterlibatan para pendidik, orang tua, dan siswa dalam proses penyusunan sangat penting. Tidak hanya sebagai pelaku pendidikan, melainkan sebagai pihak yang turut memiliki kepentingan untuk mencetak generasi yang handal dan berdaya saing tinggi.
Pandemi Covid-19 ini harus jadi momentum memperbaiki ekosistem pendidikan nasional.
Perguruan tinggi perlu merelaksasi kurikulum dari sebelumnya kaku jadi lebih fleksibel, terbuka pada paradigma baru, lebih responsif, dengan pendekatan sudut pandang keilmuan yang lebih luas. pic.twitter.com/VQ66Agqa5m--- Joko Widodo (@jokowi) November 3, 2020
Ketika kita melihat lebih dalam ke dalam dunia pendidikan, kita menyadari bahwa kurikulum bukan hanya sekedar aturan main dalam pembelajaran. Ia mencerminkan arah pendidikan nasional, visi masa depan, dan komitmen untuk menciptakan masyarakat yang cerdas dan berbudaya.
Sebelum Kurikulum Merdeka dijadikan landasan Kurikulum Nasional baru, perlu ada upaya maksimal dalam menyosialisasikannya dengan baik. Pemahaman yang merata akan menciptakan penerimaan dan kolaborasi yang lebih baik di antara seluruh elemen pendidikan. Dengan demikian, perubahan ini dapat menjadi tonggak awal menuju sistem pendidikan yang lebih baik dan relevan dengan tuntutan zaman.
Sementara kita menantikan perubahan ini, mari kita terus aktif berpartisipasi dalam dialog dan memberikan kontribusi untuk menggagas sebuah kurikulum nasional yang memajukan pendidikan Indonesia ke depan.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H