Menanti Sorotan Pada isu Kebudayaan. Menariknya, perdebatan Capres yang berlangsung belum lama ini memang menunjukkan bahwa isu kebudayaan tampaknya belum mendapatkan perhatian sebanding dengan isu-isu lainnya. Hal ini bisa mengundang pertanyaan apakah kebudayaan memang tidak dianggap sebagai masalah serius ataukah masalah ini luput dari diskusi kebijakan yang lebih mendalam.
Menanti Sorotan Pada isu Kebudayaan: Kurangnya Elaborasi, Kurangnya Perhatian?
Pertama-tama, perlu dicatat bahwa kurangnya pengelaborasian isu kebudayaan oleh ketiga Capres dalam debat menimbulkan pertanyaan tentang pemahaman dan perhatian mereka terhadap potensi dan permasalahan di bidang kebudayaan. Apakah para kandidat benar-benar memahami urgensi pelestarian dan pengembangan keanekaragaman budaya Indonesia? Ataukah kekurangan dalam paparan mereka mencerminkan keterbatasan pengetahuan terkait isu-isu kebudayaan yang tengah berkembang?
Kemudian, muncul pertanyaan mengenai dominasi isu-isu lain dalam perbincangan. Apakah ketidakmendalamannya terkait isu kebudayaan merupakan hasil dari prioritas yang lebih tinggi terhadap masalah-masalah lain yang dianggap lebih mendesak? Dalam konteks ini, pemilihan isu yang lebih "populer" atau "sensasional" dalam politik mungkin telah menggeser fokus dari kebutuhan untuk merumuskan kebijakan konkret terkait kebudayaan.
Sebagai pemilih yang cerdas, kita perlu mengeksplorasi apakah kurangnya pengelaborasian ini bersumber dari kurangnya pemahaman, kurangnya perhatian, atau keterbatasan waktu dalam debat. Mempertanyakan alasan di balik ketidakfokusannya pada isu kebudayaan dapat membuka pintu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang visi dan komitmen para calon pemimpin terkait warisan budaya Indonesia.
Pidato Kebudayaan Okky Madasari, Balai Budaya Jakarta, 2 Februari 2024: Martabak Politik vs Politik Bermartabat pic.twitter.com/ClabtDOzo9--- Omong-Omong Media (@omongomongcom) February 3, 2024
Identitas Bangsa dan Peran Kebudayaan
Kebudayaan bukan sekadar elemen tambahan, tetapi memiliki peran sentral dalam membentuk identitas suatu bangsa. Indonesia, dengan kekayaan keanekaragaman budayanya, memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memajukan nilai-nilai kebudayaan yang membentuk dasar dari kesatuan dan keberagaman. Dalam konteks ini, sangat disayangkan ketika isu-isu terkait kebudayaan tidak mendapatkan sorotan yang cukup dalam perdebatan Capres. Momen perdebatan seharusnya menjadi panggung untuk memperkenalkan ide-ide inovatif dan solusi konkret terkait kebudayaan, sebagai upaya nyata untuk memelihara dan mengembangkan warisan budaya yang begitu berharga.
Ketidaktersediaan terobosan atau pembahasan mendalam tentang kebudayaan dalam perdebatan Capres juga membuka peluang untuk mengkritisi kurangnya pemahaman dan implementasi kebijakan di bidang ini. Mengapa isu-isu kebudayaan tidak menjadi prioritas utama? Apakah hal ini mencerminkan ketidakpedulian terhadap warisan budaya ataukah hanya belum mendapatkan perhatian yang seharusnya? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu diangkat agar para pemimpin masa depan dapat lebih memahami urgensi dan kompleksitas isu kebudayaan dalam konteks Indonesia yang begitu unik.
Ketika isu-isu kebudayaan menjadi sorotan dalam perdebatan, ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melestarikan dan memajukan kekayaan budaya Indonesia. Dengan merayakan keanekaragaman ini, kita dapat mengukir jalan menuju masa depan yang memelihara identitas bangsa dan menghargai warisan budaya sebagai modal untuk kemajuan yang berkelanjutan.
Perlu diakui bahwa waktu yang terbatas dalam sebuah debat merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan ruang dan perhatian terhadap berbagai isu. Dalam konteks ini, isu kebudayaan mungkin terpinggirkan karena tekanan waktu dan perlunya membahas sejumlah besar topik dalam satu sesi. Sebagian besar perdebatan Capres berfokus pada isu-isu yang dianggap lebih urgensi atau kontroversial, meninggalkan isu-isu kebudayaan dengan pengungkapan yang terbatas.
Oleh karena itu, mungkin diperlukan adanya forum atau kesempatan khusus yang lebih terfokus untuk membahas isu-isu kebudayaan secara lebih mendalam. Forum semacam ini dapat memberikan ruang bagi para kandidat untuk menyampaikan pandangan dan rencana konkret mereka terkait pelestarian warisan budaya, dukungan terhadap seniman, dan pengembangan industri kreatif. Dengan demikian, isu-isu kebudayaan dapat mendapatkan perhatian yang layak tanpa terkendala oleh batasan waktu yang ketat.
Mengenali keterbatasan waktu sebagai hambatan, kita dapat merancang platform diskusi yang memberikan ruang yang cukup untuk mengeksplorasi isu-isu kebudayaan secara lebih terperinci. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa aspek penting dari identitas bangsa ini tidak hanya diakui, tetapi juga mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai dalam ranah kebijakan.
Waktu Terbatas: Apakah Alasan Ketidakcukupan?
Isu kebudayaan memerlukan perhatian serius, karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan begitu saja. Kebudayaan melibatkan pelestarian warisan budaya yang kaya dan beragam, yang membentuk identitas suatu bangsa. Upaya pelestarian ini tidak hanya mengamankan nilai-nilai sejarah, tetapi juga menjaga keberagaman budaya yang menjadi kekayaan Indonesia. Dukungan terhadap seniman dan budayawan juga menjadi bagian krusial dari upaya ini, memberikan dorongan untuk terus menghasilkan karya-karya yang memperkaya warisan budaya.
Selain itu, kebudayaan juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Pembangunan industri kreatif, termasuk seni, musik, film, dan bidang kreatif lainnya, dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Inisiatif di bidang ini menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya beli masyarakat, dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Tidak hanya itu, kekayaan budaya juga dapat menjadi daya tarik wisata yang memperkaya pengalaman para wisatawan, mendukung sektor pariwisata, dan secara langsung memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.
Melihat kebudayaan sebagai aset integral bagi pembangunan negara, menjadi penting untuk menyadari bahwa investasi dalam kebudayaan tidak hanya membawa manfaat identitas, tetapi juga dapat menciptakan dampak positif yang luas, baik dari segi ekonomi maupun daya tarik global. Oleh karena itu, memperjuangkan kebijakan yang mendukung dan mempromosikan keberlanjutan kebudayaan Indonesia adalah langkah strategis untuk memastikan warisan berharga ini tetap hidup dan berkembang.
Menjadi Pemilih yang Sadar: Tuntutan akan Sorotan pada Kebudayaan
Sebagai pemilih yang sadar, kita memiliki hak untuk menuntut lebih banyak ruang dalam perdebatan Capres atau forum-forum politik untuk membahas isu kebudayaan. Pemahaman mendalam terhadap keanekaragaman budaya Indonesia perlu menjadi pijakan dalam merumuskan kebijakan nasional. Mendorong kandidat untuk menyajikan solusi konkret dan terobosan dalam bidang kebudayaan adalah langkah konstruktif yang dapat menegaskan pentingnya merawat dan memajukan aspek ini dalam agenda pemerintahan.
Tidak hanya cukup dengan pernyataan umum, melainkan kita perlu mendesak para calon pemimpin untuk memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana dan komitmen mereka terkait kebudayaan. Kebijakan yang tanggap terhadap isu-isu seperti pelestarian warisan budaya, pendukungan kepada seniman dan budayawan, serta pembangunan industri kreatif dapat menjadi penanda bahwa calon pemimpin memiliki visi yang jelas terkait kebudayaan.
Menanti Sorotan Pada isu Kebudayaan. Melalui partisipasi aktif dan tuntutan yang cerdas terhadap isu kebudayaan, kita dapat memastikan bahwa pemimpin yang terpilih memiliki tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pengembangan keanekaragaman budaya Indonesia. Dengan begitu, kebijakan yang merespon kebutuhan kebudayaan bisa menjadi bagian integral dari agenda nasional, mencerminkan komitmen untuk menjaga warisan berharga dan mempromosikan kemajuan kebudayaan di negeri ini.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H