Mohon tunggu...
Baca Anime
Baca Anime Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Anime Lover

Tak pernah ada saat yang lebih menggembirakan bagi seorang pecinta anime! Selamat datang di tempat yang tepat, di mana kecintaan pada anime dihargai dan dirayakan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Background Check dari Medsos, Yakin?

9 September 2023   22:51 Diperbarui: 10 September 2023   00:27 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : www.youngontop.com

Dalam era digital yang sedang kita jalani, media sosial telah tumbuh menjadi komponen tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari kita. Melalui platform ini, kita dapat dengan bebas berbagi momen, menjalin komunikasi dengan rekan-rekan, bahkan membentuk reputasi daring. Namun, pertanyaan mendasar yang perlu kita pikirkan adalah sejauh mana citra yang kita curahkan di media sosial dapat memadankan diri kita yang sebenarnya? Apakah tindakan background check melalui media sosial dapat dianggap sebagai tindakan yang bermoral? Dan sejauh mana hasil dari proses ini dapat dianggap valid? Artikel ini bertujuan untuk merunut beragam sudut pandang mengenai hal ini.

Kompasianer dan Citra di Media Sosial

Banyak Kompasianer yang telah memahami betapa pentingnya menjaga citra positif mereka di dunia maya, terutama dalam konteks pengembangan karier. Saat mencari pekerjaan baru atau berusaha mempertahankan pekerjaan yang sudah ada, perusahaan-perusahaan sering kali melakukan pemeriksaan profil media sosial calon karyawan. Aktivitas serta konten yang kita unggah di platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau LinkedIn memiliki potensi besar untuk memberikan pandangan kepada perekrut tentang kepribadian, nilai-nilai, dan minat pribadi kita. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak dari kita secara sadar berupaya untuk menjaga kesan yang profesional dan positif melalui media sosial ini.

Media Sosial sebagai Representasi Diri

Namun, perlu kita pertimbangkan, apakah media sosial benar-benar mampu merepresentasikan diri kita secara utuh? Ini adalah pertanyaan yang patut dipertimbangkan. Media sosial cenderung menampilkan sisi terbaik dari kehidupan kita, dengan kita seringkali berbagi momen-momen bahagia dan prestasi yang mungkin tidak mencerminkan sepenuhnya realitas kehidupan sehari-hari kita. Hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi orang lain yang melihat profil kita.

Selain itu, media sosial juga sering digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan opini atau pandangan politik, sosial, atau agama. Namun, apakah pandangan yang kita bagikan di sana selalu mencerminkan kepribadian kita secara menyeluruh? Jawabannya tidak selalu demikian. Terkadang, kita hanya menggunakan platform tersebut untuk menyuarakan pandangan-pandangan tertentu, sementara kita memiliki pemikiran yang jauh lebih nuansa dan kompleks dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa media sosial hanyalah potongan kecil dari gambaran lengkap tentang diri kita.

Background Checking Melalui Medsos

sumber gambar : cdn1-production-images-kly.akamaized.net
sumber gambar : cdn1-production-images-kly.akamaized.net

Adapun pertanyaan berikutnya yang perlu kita telusuri adalah apakah melakukan background checking melalui media sosial dapat dianggap sebagai tindakan yang bermoral? Ini adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara mutlak, karena etika dapat bervariasi tergantung pada konteks penggunaannya. Dalam konteks profesional, ketika kita mencari pekerjaan atau berurusan dengan pertimbangan keamanan pribadi, melakukan pengecekan latar belakang melalui media sosial bisa menjadi alat yang sangat berguna.

Namun, kita juga harus menyadari bahwa informasi yang ditemukan di media sosial mungkin tidak selalu dapat dipercaya atau lengkap. Orang sering memiliki kontrol atas apa yang mereka bagikan di platform tersebut, dan ada risiko kemungkinan adanya pemalsuan identitas atau informasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu melihat hasil dari background check melalui media sosial dengan kewaspadaan yang tinggi, serta melakukan interpretasi yang cermat. Hal ini untuk meminimalkan potensi kesalahan dalam mengambil kesimpulan tentang seseorang berdasarkan apa yang terlihat di platform media sosial mereka.

Kebiasaan Background Checking di Kehidupan Sehari-hari

Di sisi lain, terkadang kita tidak menyadari bahwa kita juga kerap melakukan background checking melalui media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika kita tertarik pada seseorang atau ingin lebih memahami teman-teman baru, kita sering kali merasa perlu mencari informasi tambahan tentang mereka di media sosial. Pertanyaannya adalah, apakah tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan yang etis? Sebagian besar orang mungkin akan menganggapnya sebagai suatu hal yang wajar.

Namun, penting untuk diingat bahwa dalam konteks ini, tujuan background checking melalui media sosial biasanya adalah untuk lebih memahami seseorang atau mendapatkan gambaran lebih baik tentang mereka. Hal ini berbeda dengan pemeriksaan latar belakang yang bertujuan untuk pengambilan keputusan yang lebih serius, seperti dalam dunia profesional atau keamanan pribadi. Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai hal yang umum dan tidak bermasalah, kita juga harus menjaga batasan etika serta privasi saat melakukan tindakan tersebut.

Menentukan Red Flag atau Green Flag

Terlebih lagi, ketika mencoba menentukan apakah seseorang dapat dianggap sebagai "red flag" atau "green flag" berdasarkan postingan media sosial mereka, kita perlu menyadari bahwa hal ini bersifat sangat subyektif. Beberapa orang mungkin akan cenderung menilai seseorang berdasarkan pandangan politik atau agama yang mereka sampaikan di platform tersebut, sementara yang lain mungkin lebih berfokus pada nilai-nilai pribadi dan perilaku online mereka.

Namun, hal yang penting untuk diingat adalah bahwa apa yang tampak di media sosial hanyalah potongan kecil dari gambaran lengkap tentang siapa seseorang sebenarnya. Setiap individu memiliki lapisan dan dimensi yang jauh lebih kompleks daripada yang dapat tercermin melalui postingan atau profil daring mereka. Oleh karena itu, membuat penilaian yang berdasarkan eksklusif pada apa yang terlihat di media sosial dapat mengurangi pemahaman yang lebih dalam tentang individu tersebut dan mengabaikan kompleksitas yang sesungguhnya.

Kesimpulan

Di era saat media sosial semakin menghubungkan kita satu sama lain, pertanyaan tentang sejauh mana kita dapat mempercayai citra yang kita bangun di platform tersebut menjadi lebih signifikan. Meskipun media sosial memberikan cakupan tentang siapa kita, kita harus ingat bahwa itu hanya merupakan potongan kecil dari kisah hidup kita yang lebih luas. Melakukan background check melalui media sosial mungkin memiliki nilai dalam beberapa konteks, namun kita perlu menjaga sikap hati-hati agar tidak terburu-buru dalam membuat kesimpulan.

Pada akhirnya, pesan yang perlu ditanamkan adalah agar kita semua mengingat untuk tidak menilai orang secara eksklusif berdasarkan apa yang mereka bagikan di media sosial. Setiap individu adalah entitas yang kompleks, memiliki banyak lapisan, dan kebenaran tentang diri kita sebenarnya mungkin hanya bisa ditemukan melalui interaksi langsung dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperlakukan orang dengan pengertian yang mendalam dan memberikan kesempatan untuk berbicara lebih banyak tentang diri mereka saat berinteraksi di dunia nyata.***

-Tiyarman Gulo-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun