Terlahir sebagai anak normal merupakan anugerah Tuhan yang sempurna, namun bagaimana dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dilahirkan dengan cara yang normal namun memiliki sesuatu lebih yang Tuhan berikan. Apakah itu benar anugerah atau kutukan?. Terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK) Â merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa yang patut disyukuri. Anak berkebutuhan khusus (ABK) Â adalah anak yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami kelainan atau perbedaan baik dari emosi, intelektual, dll. bila dibandingkan dengan anak sebayanya sehingga perlu mendapatkan pendidikan dan pelayanan khusus (Setiawan, 2020). Pemberian pendidikan yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus yaitu dengan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif memberikan kesempatan yang setara bagi setiap anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) (Satwika, 2019).
Pendidikan inklusif merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi diartikan dengan memasukan anak berkebutuhan khusus di kelas reguler bersama anak lainya. Pendidikan inklusif bertujuan memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kekurangan untuk memperoleh pendidika yang layak tanpa memandang latar belakang peserta didik sehingga tidak terjadi diskriminasi. Komponen yang harus dipersiapkan untuk pendidikan inklusif yaitu: fleksibilis kurikulum yang dapat memnuhi kebutuhan peserta didik, lalu tenaga pendidik yang memiliki keahlian di bidangnya seperti guru kelas, guru bidang studi dan juga guru pembimbing khusus dan guru pendamping, serta sarana dan prasarana yang membantu peserta didik.
Oleh karena itu, peserta didik yang berkebutuhan khusus dapat memperoleh pembelajaran yang sama dengan peserta didik lainnya yang memperhatikan komponen-komponen yang diperlukan. Sehingga peserta didik yang berkebutuhan khusus dapat mengikuti pembelajaran bisang studi, salah satunya matematika. Dimana pembelajaran matematika dapat membantu peserta didik untuk memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari. Alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan: (1) Matematika mengajarkan keterampilan pemecahan masalah, (2) Belajar untuk hidup cerdas, (3) Matematika membuka wawasan tentang pelajaran akademik lainnya, (4) Matematika menyediakan lapangan kerja yang luas dan menjanjikan, (5) Matematika membuat kita cerdas di tempat kerja dan (6) Matematika menjadikan kita orang tua yang cerdas di masa depan. Peserta didik berkebutuhan khusus perlu mempelajari matematika karena dapat membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan belajar matematika dapat melatih kerja otak agar dapat berpikir logis dan dapat mengembangkan kreativitas anak.
Menurut Depdiknas (2008:10) pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran matematika di kelas inklusi melalui tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pelaksanaannya, guru matematika menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Dalam hal ini guru pendamping khusus (GPK) juga menyiapkan ABK dengan memberitahu saat pembelajaran sebelumnya. Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, guru matematika juga menjelaskan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebelum menjelaskan materi yang diajarkan sehingga ABK dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Keberhasilan pendidikan inklusi tidak terlepas dari semua pihak, baik pemerintah maupun sekolah. Kerjasama antar sekolah menjadi salah satu faktor kemajuan untuk sekolah inklusi. Mitra yang utama yaitu Guru Pendamping Khusus (GPK). Guru Pendamping Khusus yaitu guru yang membimbing, mengajar dan mendidik anak berkebutuhan khusus. GPK dalam tugasnya mendampingi guru kelas dalam membimbing anak berkebutuhan khusus di kelas reguler. Selain itu, penggunaan model dan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat membantu peserta didik. Salah satu pendekatan yang tepat untuk sekolah inklusif yaitu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran diferensiasi merupakan pendekatan yang diterapkan dalam kelas inklusif. Pembelajaran diferensiasi memberikan kesempatan ABK untuk mendapatkan pemahaman konsep akademik, mendorong interaksi sosial dan mengatasi keterbatasan yang dimiliki (Friend, 2015). Pembelajaran diferensiasi memberikan kemudahan untuk mengakomodir kebutuhan siswa yang sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa yang berbeda-beda (Tomlinson, 2001). Penggunaan asesmen yang berkelanjutan pada pembelajaran diferensiasi guna mengumpulkan informasi kesiapan siswa, minat, dan profil belajar siswa melalui tiga jenis asesmen yaitu 1) Asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as learning), 2) Asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for learning), dan 3) Asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning). Dua instrumen yang akan sangat membantu guru sebelum merencanakan pembelajaran diferensiasi adalah profil kelas dan profil individu siswa.
Sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif dengan pembelajaran diferensiasi tentunya sebagai guru harus memperhatikan pengajaran, bentuk asesmen dan penilaian yang tepat untuk ABK. Â Setelah guru mengetahui kekuatan dan kebutuhan siswa, guru dapat melakukan pembelajaran berdasarkan empat aspek, yaitu:
- Aspek KontenÂ
- Konten adalah apa yang dipelajari oleh peserta didik berupa bahan atau isi materi pembelajaran yang berdasarkan kesiapan belajar, minat , dan profil belajar siswa. Sehingga guru dapat menyediakan bahan dan alat belajar sesuai dengan kebutuhan siswa terutama untuk ABK. Penyediaan bahan dan alat belajar tentunya menyesuaikan dengan kebutuhan ABK seperti guru menyajikan materi pelajaran dalam bentuk beragam.
- Aspek Proses
- Aspek proses yaitu proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan memenuhi beragam gaya belajar siswa. Umumnya ABK lebih mudah belajar terbantu dengan variasi model pembelajaran, dimana ABK merasakan langsung pengalaman dan berintegrasi dengan teman sebaya. Tentunya pada proses ini ABK menjadi fokus utama untuk pendampingan secara bertahap dengan pemberian tugas dengan instruksi yang lebih lengkap agar dapat belajar mandiri dan kolaborasi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Aspek Produk
- Aspek produk yaitu siswa mendemonstrasikan pembelajaran melalui asesmen dan penilaian yang sesuai dengan pembuatan produk yang tersedia. Guru memberikan berbagai format produk yang dapat dipilih siswa sesuai dengan latar belakang siswa dan pemilihan untuk ABK akan lebih sederhana yang sesuai dengan kemampuan ABK. Sehingga ABK dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan kontribusi pada hasil akhir yang dimana guru menilai berdasarkan proses dan usaha yang sudah ditunjukkan.
- Lingkungan Belajar
- Ciri khas pembelajaran diferensiasi yaitu lingkungan belajar yang fleksibel, yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas seperti pengaruh fisik, sosial, dan intelektual (Suprayogi, 2022). Lingkungan belajar yang tersedia pada pembelajaran diferensiasi untuk ABK yaitu ruang kelas yang fleksibel sehingga dapat mengembangkan ketrampilan sosial sehingga ABK akan merasa lebih di terima dan dihargai dalam kelas inklusif (Sabella, 2023).
Berdasarkan keempat aspek penerapan pembelajaran diferensiasi maka perlunya strategi yang tepat sehingga dapat mendukung ABK dalam proses pembelajaran berlangsung. Strategi pembelajaran yang diterapkan pada kelas inklusif tentunya guru menggunakan pendekatan multi-level untuk memberikan materi, lalu siswa dikelompokkan sesuai dengan latar belakang siswa sehingga tugas yang diberikan guru pun beragam menyesuaikan kemampuan siswa. Memberikan perhatian khusus dan bimbingan secara bertahap serta melibatkan ABK untuk berperan aktif di kelas memberikan pengalaman belajar bermakna. Sehingga ABK dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal.
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat untuk ABK dapat memenuhi target kurikulum dalam pembelajaran matematika dengan pendektan diferensiasi di kelas inklusif. Dimana strategi pembelajaran dapat tercapai target kurikulum yang berdasarkan kemampuan dan kebutuhan siswa. Hasil dari strategi pembelajaran diferensiasi ini dapat membentuk perilaku siswa untuk berperan aktif dalam berkelompok dan juga dapat mengembangkan kemampuan sosial, pengetahuan, dan ketrampilan. Selain itu, guru harus memperhatikan bahan ajar yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa dapat mempresentasikan bentuk produk dari proses pembelajaran. Hal ini sudah memenuhi target kurikulum dalam segi pengembangan ketrampilan siswa.
Dengan demikian, pembelajaran matematika yang menerapkan pendektan pembelajaran berdiferensiasi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah inklusif memberikan pengaruh yang besar untuk ABK. Tidak hanya sebagai target pemenuhan kurikulum namun ABK lebih merasa dihargai, diterima dan didengarkan dengan pemberian kesempatan yang sama dalam belajar tanpa memandang perbedaan. Pembelajaran diferensiasi yang menyesuaikan materi, proses, produk, dan lingkungan belajar yang mendukung kebutuhan peserta didik termasuk ABK.
Â