Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tenun Telepoi: Simbol Budaya Suku Rendu Nagekeo di Flores NTT

28 Oktober 2023   14:24 Diperbarui: 30 Oktober 2023   00:46 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Rendu adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam kehidupan sehari-hari mereka, suku ini memiliki kebiasaan menenun yang telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi mereka. Tenun Telopoi adalah salah satu jenis tenun khas suku Rendu yang memiliki makna dan simbol yang mendalam. 

Sejak zaman dulu, wanita suku Rendu telah mempraktikkan tradisi menenun. Mereka biasanya menenun di bawah kolong rumah, di tempat yang dekat dan teduh. Namun, ada beberapa aturan yang harus mereka patuhi. 

Selama masa-masa pamali atau berpantang, para wanita Rendu tidak diperbolehkan menenun. Mereka juga tidak boleh menenun selama ritual adat, terutama saat ritual berburu adat. Konsekuensi melanggar aturan ini bisa sangat serius, seperti mengalami celaka hebat saat berburu.

Kain-kain yang ditenun oleh wanita Rendu memiliki berbagai fungsi. Sebagian digunakan untuk keperluan adat, sementara sebagian lainnya dijual di rumah atau di pasar. 

Kain-kain ini biasanya memiliki pola-pola yang indah dan warna yang menarik. Namun, pada awalnya, tenunan suku Rendu hanya berwarna putih. Hal ini disebabkan karena mereka hanya mampu menenun dengan menggunakan kapas berwarna putih.

Namun, dalam perkembangan kehidupan mereka, wanita-wanita Rendu ingin agar tenunan mereka memiliki warna yang lebih beragam. Ketika mereka sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan mereka, mereka tertarik dengan warna telur belalang. Warna ini akhirnya menjadi awal mula dari Tenun Telopoi yang kita kenal saat ini. Kata "telopoi" sendiri memiliki arti "telur belalang". 

Para gadis dalam balutan kain tenun Telepoi Suku Rendu (Foto: Eddy Due)
Para gadis dalam balutan kain tenun Telepoi Suku Rendu (Foto: Eddy Due)

Pada awalnya, Tenun Telopoi hanya digunakan khusus untuk ritual-ritual adat, bukan sebagai pakaian sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, Tenun Telopoi mulai digunakan oleh suku Rendu dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menjadi ciri khas dari budaya mereka.

Proses pembuatan Tenun Telopoi tidaklah mudah. Pertama-tama, kapas yang digunakan harus dipanen dan dipisah dari benangnya. Setelah itu, benang-benang tersebut akan diwarnai dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sekitar. 

Pewarna alami ini memberikan keindahan yang alami pada Tenun Telopoi. Selanjutnya, benang-benang yang telah diwarnai akan ditenun menjadi kain-kain yang memukau. 

Para perempuan Rendu memiliki keahlian khusus dalam mengatur pola dan warna pada tenunannya, menciptakan karya seni yang unik dan menarik.

Wanita penenun Telepoi (Foto: Eddy Due)
Wanita penenun Telepoi (Foto: Eddy Due)
Tenun Telopoi bukan hanya sekadar pakaian atau kain biasa bagi suku Rendu. Lebih dari itu, Tenun Telopoi juga melambangkan kekuatan, keindahan, dan keberlanjutan budaya mereka. Setiap pola dan warna yang dihasilkan dari tenunan ini memiliki makna dan arti yang dalam dalam kehidupan suku Rendu. 

Misalnya, pola yang terinspirasi dari alam seperti bunga atau daun melambangkan kehidupan dan kemakmuran, sedangkan pola yang terinspirasi dari binatang seperti burung atau kuda melambangkan kekuatan dan keberanian.Selain itu, Tenun Telopoi juga menjadi sarana pengungkapan diri bagi para perempuan Rendu. 

Dalam setiap tenunannya, mereka dapat mengekspresikan gagasan, emosi, dan cerita mereka melalui pola dan warna yang dipilih. Setiap Tenun Telopoi memiliki keunikan dan cerita yang berbeda-beda, mencerminkan kehidupan dan keberagaman suku Rendu.

Peran Tenun Telopoi dalam kehidupan suku Rendu juga ada dalam upaya melestarikan budaya dan tradisi mereka. Melalui produksi dan penjualan Tenun Telopoi, suku Rendu dapat mempromosikan dan menjaga warisan budaya mereka kepada masyarakat lokal dan internasional. Hal ini juga memberikan kesempatan ekonomi bagi wanita Rendu, sehingga mereka dapat memiliki sumber pendapatan yang lebih baik.

Di era globalisasi ini, tradisi menenun seperti Tenun Telopoi perlu diapresiasi dan dilestarikan. Budaya dan tradisi suku Rendu yang terjalin dalam karya seni tersebut perlu diakui dan dihargai sebagai bagian penting dari keragaman budaya Indonesia. 

Masyarakat perlu lebih banyak mempelajari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Tenun Telopoi serta memberikan dukungan untuk melanjutkan tradisi menenun ini.

Tenun Telopoi adalah sebuah tradisi menenun yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi suku Rendu. Tenun Telopoi tidak hanya sekadar kain biasa, melainkan juga sebuah karya seni yang memiliki makna dan simbol yang mendalam. 

Melalui Tenun Telopoi, suku Rendu dapat mengekspresikan identitas mereka, melestarikan budaya, dan menciptakan peluang ekonomi. Kita semua perlu menghargai dan mendukung upaya suku Rendu dalam menjaga dan mempromosikan keindahan Tenun Telopoi. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun