selendang sumba bermotif kuda yang dikalungkan kepada setiap kandidat oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).Â
Pada setiap pemilihan umum di Indonesia, terutama dalam pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden, tidak hanya terdapat protokoler formalitas, tetapi juga adat dan budaya yang melibatkan para kandidat. Salah satu tradisi yang menarik adalah penggunaanNamun, apa makna filosofis yang terkait dengan selendang sumba bermotif kuda ini dan bagaimana pesan politik tercermin dalam tradisi ini?
Sebelum mendalami makna di balik selendang sumba, mari kita memahami sedikit mengenai asal-usulnya.
Selendang sumba merupakan salah satu produk tekstil khas dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Diproduksi dengan keterampilan tangan yang ulung, selendang sumba sangat bernilai sebagai simbol identitas dan kekayaan budaya.
Sementara itu, motif kuda adalah salah satu pola yang paling terkenal dan dihargai dalam seni tradisional Sumba.
Motif kuda pada selendang sumba memiliki makna yang mendalam terkait dengan kekuatan, penghormatan, dan keberanian. Kuda sering kali dianggap sebagai simbol perjuangan, daya tahan, dan semangat dalam berbagai budaya di dunia.
Kuda juga melambangkan kegigihan, kecepatan, dan kelembutan kepemimpinan yang bijaksana. Maka tidak heran mengapa selandang Sumba bermotif kuda menjadi pilihan pada pendaftaran capres dan cawapres kali ini.
Dalam politik, kualitas kepemimpinan sangatlah penting. Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki integritas, namun juga memiliki kemampuan memimpin dan mampu membawa perubahan bagi masyarakatnya.
Motif kuda pada selendang sumba dapat memberikan pesan bahwa seorang calon pemimpin harus memiliki karakteristik seperti kuda, yaitu memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghadapi tantangan dan persekusi politik.
Selain itu, filosofi selendang sumba yang menggunakan motif kuda juga melambangkan penghormatan kepada budaya dan tradisi. Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya memiliki keragaman adat istiadat dan tradisi yang harus dihormati dan dilestarikan.
Pemilihan menggunakan selendang sumba bermotif kuda adalah bentuk pengakuan dan apresiasi terhadap budaya yang ada di Pulau Sumba, sekaligus juga mempromosikan dan mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia.
Tetapi, selendang Sumba bermotif kuda juga dapat diartikan sebagai simbol hubungan yang harmonis antara calon pemimpin dan rakyatnya. Kuda tidak hanya mewakili kekuatan dan keberanian pemimpin, tetapi juga mencerminkan loyalitas dan kepatuhan yang diharapkan dari rakyat. Seorang pemimpin yang baik adalah orang yang dapat memahami dan mewakili aspirasi serta kebutuhan rakyatnya. Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, seorang calon pemimpin harus memiliki hubungan yang kuat dan harmonis dengan rakyatnya.
Dalam sebuah pemilihan, masyarakat tidak hanya mencari sosok pemimpin yang kompeten dan berintegritas, tetapi juga pemimpin yang dapat menyatukan pendapat dan kepentingan rakyat.
Selendang Sumba bermotif kuda berfungsi sebagai pengingat dan peringatan untuk para calon pemimpin bahwa mereka harus menjadi pemimpin yang membawa persatuan serta dapat merangkul berbagai kelompok dan budaya, tanpa memandang perbedaan status sosial, suku, agama, dan budaya.
Dalam dunia politik yang sering kali diwarnai dengan perpecahan dan konflik, selendang Sumba bermotif kuda dapat memberikan pesan yang kuat bagi para calon pemimpin dan masyarakat secara keseluruhan. Pesan politik yang diungkapkan melalui filosofi selendang Sumba ini adalah tentang pentingnya membangun dan memelihara kerukunan, semangat persatuan, dan rasa saling menghormati dalam kehidupan berpolitik.
Kesimpulannya, selendang Sumba bermotif kuda yang digunakan dalam pendaftaran capres dan cawapres di Komisi Pemilihan Umum memiliki makna dan pesan filosofis yang dalam dan komprehensif. Selendang ini merupakan simbol kekuatan, penghormatan, dan kesetiakawanan yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin. Pesan politik yang terkandung dalam motif kuda mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang memiliki keberanian, integritas, dan kemampuan untuk menghormati serta merangkul keanekaragaman budaya dalam mencapai persatuan dan kemajuan bangsa.
Dengan memahami dan menghargai filosofi selendang sumba bermotif kuda ini, semoga para calon pemimpin dapat lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan peran mereka dan masyarakat dapat mendapat pemimpin yang mampu mempersatukan dan menghasilkan perubahan positif bagi negara. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H