Dengan maksud bukan untuk menyembah Sang Raja itu melainkan hendak membunuh-Nya karena posisinya terancam. Ia tak mau ada yang lebih darinya. Begitu pula sepakbola Indonesia, begitu banyak wajah-wajah Herodes  yang tak menghendaki kalian merajai di kasta Liga 3. Mereka begitu takut dan gusar dan hingga membunuh kalin secara sadis.  Â
Kiranya catatan Kletus Marselinus Gabhe menjadi modal spirit kalian. Membesarkan jiwa kalian yang menjunjung kebenaran. Bukan  catatan penghiburan setelah kalian  terlindas oleh para mafia sepakbola. Sang pelatih menulisnya berlandaskan pada  realitas PSN Ngada dari setiap generasi.
"Tugas kita dalam pertandingan bukanlah untuk menang, tugas kita adalah bermain dengan baik, bermain dengan jujur, sebagai manifestasi akan kecintaan kita pada permainan ini, kecintaan kita akan prinsip luhur warisan para pujangga sepakbola Ngada masa lalu yang anti mainstream. Mengapa? Karena dalam bermain baik dan jujur itulaha kita membangunan kesempatan-kesempatan untuk sukses. Sukses yang pada hakikatnya bukan sebatas mampu menghasilkan gol labnyak dari lawan. Bukan! Bukan itu. Sukses yang dimaksud lebih dari itu. Lebih dari sekedar menang di 90 menit."
Penulis sepakat dengan sang pelatih. Dulu para misionaris yang mengajarkan kita sepakbola tidak sekedar untuk meraih kemenangan. Lebih dari itu, sepakbola mengekspresikan kebebasan, estetika dan kejujuran.
Lebih jauh, sepakbola tak membuat kita  terjajah. Terjajah oleh nafsu kemenangan yang diperoleh secara negatif. Sepakbola memerdekakan kita. Mengakrabkan kita. Menyatukan kita. Menjewantahkan nilai-nilai sukacita sejati. Karena sepakbola bukan sekedar kemenangan. Lagi, sepakbola tentang kebebasan, estetika dan kejujuran.
Perjuangan kalian harus pupus. PSSI Pusat pun cuci tangan seperti Herodes. Biarlah mereka menikmati hasil curian itu. Kalian pulanglah. Natal menantimu. Sukacita Kemenangan Sejati, kelahiran Sang Juru Selamat, akan menyambutmu. Â
Mari kita kumpulkan helaian kekecewaan, kebencian dan amarah. Rajutkan menjadi  sehelai lampin untuk membalut tubuh mungil Sang Raja yang lahir di kandang papa. Dialah Jalan Kebenaran dan Hidup serta Sumber Pengharapan. Yakinlah, kebenaran akan mencari jalan sendiri. (gbm) ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H