Sikap dan keteladanan Sr. Virgula mungkin sangat berbeda dengan manusia jaman ini. Berbuat baik karena ada maunya. Mengharapkan timbal balik. Dan, itulah yang terjadi jaman ini ketika agama menjadi jualan atau barang dagangan bagi orang-orang sesat. Orang begitu mudah terjerumus dengan rayuan atau tawaran duniawi, lalu meninggalkan keyakinannya.
Keteladanan Sr. Virgula adalah pembuktian kualitas imannya. Kualitas itu mengutamakan sikap dan tindakan hidup berdasarkan keyakinannya. Kuantitas (jumlah penganut agama) bukan hal yang utama. Keutamaan adalah seberapa banyak dan seberapa dalam ia menolong orang dari penderitaan. Karena keimanan atau keyakinan adalah ruang privasi dan siapapun tak pantas merenggutnya dengan alasan apapun.
Akhir kisah Panusu di St. Damian berakhir dengan perpisahan. Ia kembali ke Sulawesi. Berpisah dengan rekan-rekannya di St. Damian. Kabar itu saya baca dari wall facebook salah seorang anggota Damian beberapa bulan yang lalu. Dari wall yang sama, saya menemukan kisah perpisahan yang berbeda. Perpisahan untuk selamanya. Panusu meninggalkan kita semua dan kembali ke pangkuan Sang Khalik dengan tetap seorang beriman Islam meskipun puluhan tahun hidup dan dirawat di tengah umat Katolik.
Selamat jalan Panusu.
Doa kami untukmu.
Tambolaka, 24 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H