Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Runtuhnya Tiki Taka di Anfield, Pelajaran dari Liverpool dan Kelor Pulau Timor

8 Mei 2019   07:45 Diperbarui: 8 Mei 2019   14:46 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Liverpool merayakan gol ke gawang Barcelona dalam laga yang dramastis (Foto: Bola.net)

Kecewa pasti. Bagaimana tidak? Saya harus menyaksikan tim kesayangan tunduk dan terkubur di Anfield. Melihat Messi, sang idola, tertunduk lesuh. Pupus. Kemenangan di kandang menjadi tak berapa-apa. Ternyata Liverpool jauh lebih dasyat. Mencukur Barcelona, 4-0. Tanpa balas bo.

Meskipun Barcelona di kandang pada leg pertama, penulis menyangsikan Barcelona mempertahankan keunggulan di Anfield pada leg kedua. Keragu-raguan saya benar adanya. Terbukti dini hari tadi.

Keraguan itu muncul, pertama, Barcelona mengalami hal buruk, menang besar di kandang, akan dibalas dengan kekalahan yang mengenaskan di kandang lawan. AS Roma adalah pembuktian tesis ini.

Kedua, Liverpool dibawah asuhan Jurgen Klop memiliki performa, stamina, dan determinasi yang tinggi.  Saya mengamati Klop mampu mengawinkan sepak bola Jerman dan Inggris. Sepak bola Inggris yang tidak saja melakukan kick and rush, juga diterminasi yang kerap dipertontonkan tim Jerman. 

Ketiga, Klop sungguh-sungguh mencerminkan tipikal orang Jerman. Tingkat percaya dirinya tinggi. Mentalnya sama seperti mental tim Panser, lambat panas tetapi kemenangan sudah di tangan. 

Bila Liverpool menang malam ini tak lepas dari strategi yang dimainkannya, jika dibandingkan dengan Ernesto Valverde yang insting dan stategi tak secerdasnya -- karena menggantungkan pada Messi effect.

Kemenangan ini pula mempertegas bahwa Liverpool tak Salah centris. Tak ada ketergantungan pada satu pemain bintang. Kemampuan pemain merata di semua lini. Kolaborasi dan koordinasi di lapangan berjalan efektif.

Kemenangan ini pula mungkin disebabkan oleh mitos seramnya Anfield bagi lawan. Itu hanya mitos yang diciptakan atau memang kebetulan saja. Anfield menjadi neraka bagi tim-tim yang berlaga tandang. Malam ini pembuktian, Anfield menjadi kuburan massal bagi pemain dan suporter Barcelona. Semua senyap dalam kebisuan dan air mata berguguran. Sepak bola tanpa mitos bagaikan makan sayur tanpa garam.

Saya tak tahu strategi pelatih Barcelona, Valverde, karena saya bangun dan nonton di pertengahan babak pertama. Saya mengamati Barcelona tak berkutik dan semua lini dikuasai oleh pasukan Anfield. Messi tak banyak kreasi.

Apakah karena Barcelona harus bertahan dan mengandalkan serangan balik karena merasa diri unggul di kandang? Bisa benar juga. Ataukah ada plan B sang pelatih yang tak sempat dieksekusi malam ini karena keburu dibungkam dengan gol-gol yang menyesakan dada. Bisa pula.

Barcelona seperti sedang salah melangkah. Gol pembuka Liverpool meruntuhkan daya juang mereka. Tapi seharusnya, Barcelona berpikir yang sama seperti Liverpool miliki, kalah atau menang, mereka harus bertarung total. Kemenangan menjadi sejarah, kekalahan menjadi nestapa. Barcelona sebaliknya bermain aman. Tiki-taka suram disedot daya magis Anfield.

Apa yang dapat kita belajar dari Anfield? Malam ini, Liverpool memberikan sebuah "testimoni" bahwa perjuangan yang tiada akhir akan memenangkan seseorang dari pertarungan hidup. Bila kita mengamati pertandingan dini hari, daya juang laskar the Reds luar biasa sepanjang pertandingan. Liverpool mendominasi dalam penguasaan bola. Diterminasi memenangkan mereka dari pertarungan yang menegangkan.

Liverpool sadar mereka dalam kondisi yang kritis. Mereka tahu tak mudah menyamakan kedudukan apalagi mengungguli Barcelona. Kalah dari Barcelona dengan skor 3-0 pada leg satu, defisit angka yang mungkin susah dikejar. Hanyalah tim-tim yang memiliki diterminasi tinggi yang dapat melakukannnya. Malam ini, Liverpool membuktikan itu.

Anak-anak Liverpool menunjukkan kepada kita tentang daya juang yang luar biasa dan tiada akhir. Berjibaku sepanjang waktu. Begitu pula dalam aspek lain hidup kita. Kita mungkin tertekan dengan beragam persoalan hidup. Problematka kehidupan itu akan mengerdilkan jiwa dan spirit kita. Liverpool malam ini membuktikan filosofi bola karet. Sebuah bola dibanting dengan keras di lantai akan semakin tinggi pantulannya.  Karena tekanan itulah, Liverpool bangkit. Mereka melampaui pressure dengan daya juang fisik dan jiwa yang kuat. Orang rapuh tak memenangkan situasi ini. Barcelona adalah contoh tim mudah rapuh mental dan fisik. Mereka tak sehebat seperti Liverpool, Manchester United dan Bayern Munchen yang memiliki diterminasi tinggi kala dalam situasi tertekan.

Liverpool mengajarkan kepada kita, kesuksesan itu dicapai bukan pada posisi kita 'serba ada' atau mapan. Banyak kisah orang sukses berawal dari kondisi terpuruk, tertekan dan terabaikan. Kesabaran yang memompa spirit perjuangan. Spirit memantik diterminasi. Di tengah situasi sulit, seseorang akan berusaha dengan segala daya yang dimilikinya untuk memberikan sesuatu yang baik.

Seorang rohaniwan Agama Budha, pada kegiatan pembinaan rohani ASN Lingkup Pemerintah Provinsi NTT, menganalogikan ini (daya juang) dengan pohon marungga (kelor). Mengapa daun kelor di Pulau Timor lebih berkualitas jika dibandingkan kelor di daerah lain. Sementara daerah lain subur. Segala tanaman tumbuh di sana. Tapi  Pulau Timor 'kering' dan curah hujan rendah tetapi memiliki pohon kelor yang mengandung antioksidan dan beragam kasiat untuk kesehatan. Apa yang menyebabkan kelor tersebut berkualitas? Apa jawaban rohaniwan itu? 

Kelor pulau Timor tumbuh di daerah yang kritis. Karena kondisi kritis itulah ia tumbuh dan berusaha memberikan yang terbaik. Begitu pun hidup. Keterbatasan dan kondisi kritis tak membuat kita untuk tidak memberikan yang terbaik. Kita dapat melakukan itu selama kita melakukannya secara total. Malam ini, Liverpool membuktikan kepada kita. Kekalahan 3-0 dari Barcelona, sebenarnya mereka dalam kondisi kritis tetapi kekritisan itu membuat mereka sadar dan bangkit untuk memberikan yang terbaik.

Kemenangan Liverpool malam ini mengingatkan saya pada sebuah ungkapan, "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati". Malam ini, Liverpool membuktikan mereka lebih cerdik daripada Barcelona. 

Gol terakhir melalui tendangan sudut Trent Alexader-Arnold merupakan kreasi kecerdikan pemain Liverpool. Skenario tendangan sudut diperankan dengan baik. Seluruh pemain belakang dan penjaga gawang Barcelona tertipu. Mereka terpanah ketika bola bersarang di gawannya. Tatapan mereka nanar.

Kemenangan Barcelona di kandangnya membuat kita sadar, bahwa kita jangan terlalu merasa aman dalam "comfort zone" atau zona nyaman. Kemenangan telak di kandang membuat Barcelona merasa sedang berada di zona nyaman. 

Mereka bertahan dan menunggu keajaiban. Padahal kesuksesan itu hanya diberikan kepada orang yang bekerja. Orang yang bekerja yang mendapatkan upah. Kesuksesan itu berproses.  Proses itulah yang menentukan hasil akhir. Lagi, Liverpool pun membuktikan.

Dari Liverpool kita belajar tentang artinya perjuangan dan kecerdikan. Dari Barcelona kita belajar sikap untuk tidak merasa nyaman pada suatu keadaan karena keadaan itu bisa saja berubah dan berpindah dari genggaman tangan kita.

Kemenangan itu berproses. Proses yang akan  yang menentukan hasil akhir. Dan, hasil akhir tak akan mengkianati proses.

Congratulates Liverpooldian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun