Video seorang pria yang mencabik-cabik motor tunggangannya menjadi viral di jagad maya. Kisah kemesraan sepasang kekasih terusik oleh kehadiran polisi yang menilang mereka. Polisi bukan tanpa sebab menilang. Memang itu tugasnya. Tak hanya tugas, karena ada yang dilanggar oleh pengendara tersebut. Berkendaraan tanpa helm.
Karena kepergok polisi, pria itu emosi meledak-ledak. Bukan jurus bogem mengarah ke polisi, malah membanting motor milik mertuanya. Satu per satu onderdil motor dipretelin hingga motor dibanting-banting lalu ia meninggalkan lokasi tanpa merasa bersalah.Â
Seorang polisi menyaksikan dari dekat mencatat surat tilang dengan tenang, lainnya merekam pemandangan unik itu. Sementara kekasih pria itu hanya bisa merintih dan menangis.Â
Entah apa yang ditangisinya? Apakah menangis karena ditilang polisi? Apakah karena motor milik orang tuanya diacak-acak oelh kekasih hatinya? Dalam video tersebut, wanita itu hanya bisa menangis dan tak berusaha mencegah tindakan kekasihnya.
Watak Sosial
Peristiwa itu merupakan fenomena unik di negeri. Motor ditilang, kendaraan sendiri dipersalahkan. Salah apa dengan motor yang adalah benar mati itu? Â Warganet yang menyaksikan kejadian video itu pasti tak habis pikir dengan tindakan pria itu. Pengendara lain di lokasi kejadian jadikan peristiwa itu sebagai tontonan menarik.
Perstiwa itu menggambarkan watak sosial pengguna jalan raya di Indonesia. Banyak peristiwa pelanggaran lalu lintas terjadi. Bila pengendara 'dipergok', polisi malah 'dinantangin' oleh pengendara tanpa mengakui rasa bersalah. Diajak berdebat bahkan melayangkan pukulan kepada petugas lalu lintas. Berbagai peristiwa itu masih lekang di ingatan kita.
Seorang ibu tak menerima kenyataan harus ditilang. Ibu itu terus mengamuk dan menabrakkan bodi depan motor matiknya ke tubuh Polantas yang bertugas. Â Tak sampai di situ, wanita yang tak mengenakan helm tersebut menggigit tangan kanan petugas tersebut (Kompas.com, 23/02/2018).
Peristiwa di Bogor hampir serupa yang terjadi di Kudus. Seorang ibu marah kepada polisi karena ditilang. Ia bahkan memukul dan berkata kasar (memaki) polisi. Â Polantas lainnya menenangkan ibu tersebut untuk tetap santun. Polisi menjelaskan ibu itu ditilang karena melanggar aturan lalu lintas. Dia tidak tahu kenapa kemudian ibu itu marah-marah (Detik.com, 02/06/2018).
Kecerdasan Emosional Rendah
Peristiwa pria bernama Adi Saputra yang mengamuk karena ditilang mendapat perhatian dari  Psikolog dari Universitas Indonesia, Kasandra Putranto. Kasandra mengatakan  emosi yang meledak-ledak merupakan tanda kecerdasan emosional yang rendah (Kompas.com, 08/02/2019).
"Dengan kecerdasan mental emosional yang rendah, yang bersangkutan tidak mampu mengendalikan diri dan menampilkan perilaku agresif," ujarnya seperti dikutip dari  Kompas.com (8/2/2019).
Lanjut menurut Kasandra, penilangan  merupakan hal yang wajar tapi rendahnya kecerdasan emosional itu yang memicu pengendara mengamuk. Pemicu lain bisa disebabkan  akumulasi stres atau tekanan psikis  kemudian  memicu perilaku agresif.
Reza Indragiri Amriel, psikolog forensik menambahkan, pria tersebut diduga mengalami intermittent explosive disorder (IED). IDE semacam gejala psikis yang menunjukkan ketidakmampuan seseorang dalam menahan emosinya sehingga meluapkannya dengan cara marah-marah sambil menyerang orang lain atau merusak barang-barang.
"Tilang boleh jadi sebatas pemicu. Faktor yang lebih mendasar bisa saja berupa kecenderungan IED Â yang memang sudah ada pada pengemudi tersebut," kata Reza seperti dilansir oleh Kompas.com (8/2/2019).
Tindakan Tegas
Kedua psikolog tersebut berpendapat bahwa gejala psikis itu dapat membahayakan pengguna lain jika bersentuhan atau bersenggolan dengan pengendara yang memiliki gangguan psikis ini. Â
Hal yang dapat dilakukan adalah Polantas harus menghadapi pengendara tipikal ini dengan  kepala dingin. Biarkan orang dengan 'gangguan' ini mengamuk supaya  tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Sementara warga yang menyaksikan pengendara dengan tipikal ini untuk  menahan diri. Hal ini terutama mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menenangkan orang yang gampang mengamuk.
Sementara itu  Reza mengingatkan petugas tetap waspada terhadap kemungkinan serangan fisik dari pengemudi. Situasi terburuk,  polisi atau warga tetap harus mengambil tindakan tegas bila orang yang mengamuk sudah membahayakan orang lain.
Penulis mengapresiasi kepada para polisi yang bertugas di lokasi. Bersikap tenang menghadapi pria itu. Mereka tetap bekerja sesuai tugasnya.
Kepada masyarakat, terlepas dari penjelasan di atas, hendaknya bertindaklah dewasa di hadapan para petugas. Syarat supaya tidak mau ditilang, ya berkendaraanlah sesuai aturan. Bukannya bertindak kasar kepada tugas apalagi merusak kendaraan sendiri. Kendaraan itu benda mati.
Fenomena psikis ini terjadi juga di luar jalanan - di lingkungan keluarga dan masyarakat. Berbagai kasus dan peristiwa di tanah air. Sikap gampang menyalahkan atau menuduh orang lain, padahal kita sadar akan dengan kesalahan sendiri. Semoga peristiwa pengendara mengamuk menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih bersikap arif-bijaksana dalam menghadapi setiap peristiwa atau masalah. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI