Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perjalanan Kroasia di Piala Dunia, Rosario dan Kesaksian Iman Zlatko Dalic

12 Juli 2018   13:49 Diperbarui: 12 Juli 2018   14:15 6680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usai menundukkan Argentina di babak penyisihan Piala Dunia 2018, publik sepakbola mulai meramalkan Kroasia menembus final. Prediksi tak cukup hanya menilai dari kemenangan mereka atas tim tangguh Amerika Selatan ini.  Tapi hasil lain dari laga mereka di babak penyisihan memperkokoh prediksi itu.

Kroasia memetik poin penuh dari tiga laga di babak penyisihan. Argentina, Nigeria dan Islandia tunduk dari pasukan Kroasia. Kemenangan berlanjut di babak 16 besar. Kroasia membuyarkan mimpi Denmark. Joergensen dan kawan-kawan tak berkutip di hadapan pasukan Kroasia di bawah pimpinan jendral lapangan Luca Modric.

Perjalanan sukses Kroasia berlanjut. Di babak delapan besar, Kroasia membunuh asa tim tua rumah yang tampil 'sumringah' di awal babak karena unggul sementara. Kroasia membuat rakyat Rusia meneteskan air mata usai laga dramatis tersebut.

Kisah kesuksesan Kroasia tak berhenti di situ. Tadi dini hari, publik sepak bola dibuat terhenyak. Kroasia mengandaskan Inggris yang justeru dijagokan banyak kalangan pengamat sepakbola sebagai kandidat juara Piala Dunia 2018.

Perjalanan Kroasia di Rusia patut ditelusuri dan diteladani. Betapa tidak! Mereka berjalan mulus di babak penyisihan. Meraih kemenangan penuh atas klub yang memiliki reputasi internasional seperti Argentina. Di babak-babak berikut, langkah Kroasia agak tersendat-sendat. Luca Modric dan kawan-kawan justeru selalu tertinggal lebih dahulu.

Pasukan Dalic tetap tampil tenang dan agresif seperti biasanya hingga titik akhir perjuangan. Dan, perjuangan mereka tak ada yang sia-sia. Kemenangan demi kemenangan diraih dalam situasi yang genting sekalipun melalui drama adu penalti.

Kisah kesuksesan Kroasia sejauh ini memiliki cerita sendiri. Unik. Patut disimak. Terlepas dari kemampuan individu dan kualitas tim yang tak dapat diragukan, peranan pelatih sangat menentukan. Pelatih menjadi 'jembatan' yang menghubung antara satu pemain dengan pemain yang lainnya. Baik itu melalui komunikasi dan meracik strategi hingga memuwujudkan kekompakan tim.

catholicteacherresources.com
catholicteacherresources.com
Pada intinya, kesuksesan sepakbola sangat ditentukan oleh semua entitas yang membentuk tim sepakbola itu sendiri. Mulai dari pemain, pelatih hingga manajemen. Pula entitas di luar dari tim sepakbola. Situasi di luar lapangan pula menentukan.

Kisah pelatih Kroasia, Zlatko Dalic, mengingatkan kita pada adagium Latin klasik, "ora et labora" -- bekerja dan berdoa. Bermain sepak bola saja tidak cukup. Hasil nyata dari sebuah permainan dapat dilihat secara kasat mata. Jika pemain bermain bagus, hasilnya bagus. Pemain bermain buruk, hasilnya pun buruk. Tapi dampak dari doa? Sulit dibuktikan secara langsung dengan mata biasa, kecuali dengan "mata iman".

Implementasi adagium ini bukan terjadi baru kali ini. Bukan pula dilakukan oleh  pelatih Kroasia saja. Hal itu sudah lama terjadi sejak sepakbola ada. Atau apapun pekerjaan yang kita lakukan, doa menjadi tak terpisahkan dalam kehidupan insan beriman. Berdoa menjadi permulaan dan akhir dari segala aktivitas.

Di sepakbola misalnya, para pemain yang beragama Katolik selalu mengawali dengan "tanda salib" saat memasukan lapangan atau merayakan gol seperti apa yang dilaukan oleh Lionel Messi. Atau pemain beragama Islam melakukan sujud syukur usai mencetak gol seperti yang dilakukan Mohamed Salah. Ada banyak cara pemain yang beriman lakukan dengan beragai 'ritual' lapangan hijau yang bernuansa religi sesuai dengan iman dan kepercayaan masing-masing.

Pelatih Kroasia melakukan dengan cara yang berbeda. Ia menyimpan Rosario di dalam saku celananya. Rosario adalah kalung yang berbentuk manik-manik. Secara etimologis, kata rosario berasal dari kata bahasa Latin yakni dari kata "rosarium" yang berarti mahkota mawar. Sehingga saat seorang berdoa dengan keyakinan sungguh-sungguh merasa sedang berjalan melalui sebuah taman mawar yang indah milik Bunda Maria, Bunda Yesus Kristus.

gettyimages.com
gettyimages.com
Manik-manik Rosario ada sejak abad ke-3. Rosario kemudian dikembangkan dengan berbagai bentuk oleh para biarawan Timur. Sembilan abad kemudian, Gereja Katolik baru mengadopsi Rosario dalam bentuknya seperti sekarang ini. Hal ini tak terlepas jasa Santo Dominic - yang menerima anugerah dari Bunda Maria secara langsung. Maka tugas dan tanggungjawabnya ia harus  menyebarluaskan doa Rosario.

Peristiwa penampakan di Fatima, Portugal, merupakan salah satu peristiwa besar yang bertalian dengan Rosario. Dimana ia menampakkan diri sebanyak enam kali kepada Lucia de Jesus, Francisco dan Jacinta Marto. Penampakan pertama terjadi pada tahun 1917. Penampakan terakhir dengan keajaiban matahari yang luar biasa. Bunda Maria mengungkapkan identitasnya sebagai "Our Lady of the Rosary". Ia  menitipkan pesan kepada ketiga anak itu untuk memberitahukan kepada seluruh dunia agar tekun berdoa Rosario.

Kepemilikan Rosario tidak didominasi oleh kalangan Gereja Katolik. Gereja Ortodoks Timur Yunani dan Turki juga memiliki rosario dengan 100 manik-manik. Gereja Ortodoks Rusia memiliki Rosario dengan 103 manik-manik. Sedangkan Gereja Katolik Roma memiliki 59 manik rosario, 53 manik atau butir untuk doa Salam Maria dan 6 lainnya untuk doa Bapak Kami.

Dalam praktek hidup Orang Katolik, kalung Rosario menjadi salah satu kado atau hadiah yang bisa diberikan kepada orang-orang terkasih. Orang Katolik sendiri, rosario lebih dari sekedar kado. Rosario menjadi sarana suci yang diberkarti dan dipercaya memiliki kekuatan dibaliknya yang dapat melindungi pengguna dari berbagai ancaman marah bahaya.

Dua pujangga besar  Gereja Katolik, Paus Leo XIII (1878-1903) dan Paus Johannes Paulus II memiliki dedikasi tinggi terhadap Rosario. Paus Leo XIII dikenal Paus Rosario (The Rosary Pope) karena peran besar yang terus mendorong umat Katolik di seluruh dunia untuk terus berdoa Rosario. Ia sendiri kemudian mengeluarkan ensiklik singkat tentang Rosario. 

Sementara Paus Yohanes Paulus II dikenal sebagai pribadi yang sangat mencintai doa Rosario. Bahkan, dia berperan besar dalam penguatan iman Katolik melalui doa Rosario. Semulanya doa Rosario hanya terdiri-dari  tiga peristiwa, yakni peristiwa mulia, gembira dan sedih, maka sejak tahun 2002, Paus Johannes Paulus II menambahkan "peristiwa terang" dalam rangkaian doa Rosario.

catholicnewsagency.com
catholicnewsagency.com
Sadar akan daya mujizat Rosario serta iman atau keyakinannya, Zlatko Dalic selalu membawa Rosario di dalam saku celananya. Hal ini terungkap baru-baru ini. Dalic mengatakan bahwa keberhasilannya saat ini adalah karena imannya kepada Tuhan, dan bahwa dia selalu membawa rosario untuk dipegang di situasi sulit. Dalic memberikan kesaksian iman ini di radio Katolik Kroasia sebelum Piala Dunia digelar.

"Semua yang telah saya lakukan dalam hidup saya dan dalam karir profesional saya, saya berhutang pada iman saya, dan saya bersyukur kepada Tuhanku," kata Dalic.

Dalic mengaku bahagia dengan hidupnya. Namun ia tak dapat mengingkari bahwa kebahagian hidup yang diraihnya berkat keyakinan dan motivasi -- tanpa itu dirinya sulit mencapainya.

"Ketika seorang pria kehilangan harapan, maka dia harus bergantung pada Tuhan kita yang berbelas kasihan dan pada iman kita," katanya.

Dalam pengertian itu, Dalic menjelaskan bahwa ia selalu membawa serta Rosario di dalam saku celananya.

"Ketika saya merasa bahwa saya sedang mengalami masa sulit, saya memasukkan tangan saya ke dalam saku, saya melekat padanya dan kemudian semuanya menjadi lebih mudah."

"Menemukan kebaikan dalam hidup selalu membawa kepuasan, kebahagiaan, hasil. Manusia harus selalu jujur pada dirinya sendiri dan dengan orang lain, " ujarnya.

Kisah mungil "Dalic selalu menyimpan Rosario di saku celana" menunjukkan bahwa sepakbola tak sekedar olahraga - dimana dalamnya ada kesedihan karena kekalahan atau kegembiraan karena kemenangan. Tapi bagi seorang Zlatko Dalic, sepakbola adalah manifestasi iman yang sesungguhnya. Ruang ia memberikan kesaksian iman dan kepasrahan total kepada Bunda Maria dalam segala situasi. Ini menjadi pembelajaran bagi orang beriman untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam segala perkara. ***(gbm)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun