Mungkinkah Ini Alasan Antoine Griezmann Merayakan Gol ke Gawang Uruguay Secara Dingin?

Sepakbola tak mengenal perkawanan, pertemanan, kekekluargaan atau persahabatan yang terjalin di luar di lapangan. Ketika dua orang atau dua tim saling berhadapan dalam satu laga, dalam satu lapangan, satu sama lain adalah lawan yang harus ditaklukan.

Kata lawan sering bersasosiasi dengan permusuhan, dendam dan strategi saling menjegal untuk meraih kemenangan. Para jurnalis, komentator sepakbola, atau penggila bola sering menggunakan kata-kata bernuansa heroik.

Sebenarnya, pemilihan kata bukanlah menggambarkan situasi permusuhan yang sesungguhnya. Tanpa mengenal rasa kemanusiaan. Pilihan diksi semata-mata menggambarkan ekspresi untuk menggugah minat pembaca atau overload emotional expression penulis itu sendiri. Tentu sepakbola tetap menjungjung tinggi sportivitas dan nilai-nilai humanisme.

Itulah yang terjadi pada Antoine Griezmann. Beragam perasaan berkecamuk di dadanya ketika ia harus berhadapan dengan rekam satu timnya di Atletico Madrid, Diego Godin. Profesionalisme Griezmann diuji. Akankah jalinan persahabatan mereka terkoyak karena salah satu meneguk cawan kekalahan?  

Seperti dilansir di sejumlah media Eropa beberapa hari lalu, Griezmann mengungkapkan kegundahan menjelang laga Perancis versus Uruguay. Baginya, laga tersebut menjadi laga yang penuh emosional. Salah satu sebabnya ia harus berhadapan dengan Diego Godin, bek Atletico Madrid yang membela Uruguay.

Siapa Diego Godin? Bagi Griezmann, Godin adalah sahabat yang hebat.

'Diego adalah sahabat yang hebat,' kata Griezmann seperti dilansir dailymail.co.uk (02/07/2018).

Sebuah pengakuan yang tulus. Setidaknya ungkapan ini mewakili perasaaan  Griezmann sepanjang karier sepakbolanya di Spanyol. Mereka selalu bersama-sama setiap hari baik di ruang ganti maupun di luar lapangan.

Godin telah menjelma menjadi sosok sahabat yang hebat bagi Griezmann. Itu tak dapat dipungkiri olehnya. Karena pribadi yang hebat ini, Griezmann pun memilihnya sebagai ayah baptis bagi putri bungsunya.

"Saya selalu bersamanya, di ruang ganti, di luar lapangan, dan itu sebabnya ia menjadi ayah baptis putri bungsu saya. Ini akan menjadi pertandingan yang emosional tetapi juga sebuah pertandingan yang hebat."

Antoine Griezmann dingin usai merayakan gol (Ilustrasi:: mirror.uk.co)

Di satu sisi, jalinan persahabatan membuat mereka menjadi dekat. Persahabatan membentuk mereka sebagai satu keluarga besar di dalam dan luar lapangan.   Godin telah menjadi sahabat yang hebat bagi Griezmann.  Alasan itu pula, jika kita menyimak pengakuannya di atas, ia memilih Godin sebagai ayah baptis putrinya (godfather).

Dalam tradisi gereja (Kristen) Katolik, ada beberapa sakramen yang melibatkan peran  orang tua saksi yang diambil bukan dari orang tua kandung. Orang sering  orang tua saksi  dengan istilah "bapak-mama ani" atau "orang tua ani".

Tak sembarang orang memilih "orang tua ani". Tak semua orang pun menyanggupi menjadi "orang tua ani". Alasan pertama dan terutama adalah faktor keteladanan. "Orang tua ani" harus menjadi sumber keteladanan bagi "anak ani". Selain itu,  "orang tua ani"  memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap perjalanan "anak ani-nya". Mereka menjadi pihak paling netral jika "anak ani" cecok atau berselisih paham. Mereka menjadi tempat  bertumpu atau sandaran "anak ani" meminta wejangan. Mereka harus mampu mengarahkan "anak ani" yang salah jalan kembali kepada jalan yang benar. Betapa besarnya beban dan tanggung jawab "orang tua ani". Karena itu, sekali lagi saya tegaskan, tak semua orang menyanggupi menerima tawaran menjadi "orang tua ani" meskipun mereka memiliki syarat-syarat untuk itu.

Dalam konteks  Griezmann, ia tak salah memilih Diego Godin. Di luar lapangan, Godin menjadi sahabat yang baik bagi Griezmann -- dilihat dari keseharian hidup Godin. Ia menjadi sahabat yang meneguhkan Griezmann. Menginspirasi Griezmann dan keluarganya. Di dalam lapangan, Godin memiliki jiwa kepemimpinan yang baik entah itu di Atletico Madrid maupun timnas Uruguay. Kita pun tak bisa menginkari perannya. Perjalanan Atletico Madrid dan Uruguay tak lepas kepiawaiannya di barisan belakang.

Namun, seperti saya katakan pada bagian pendahuluan tulisan ini, sepakbola tak mengenal persahabatan, kedekatan dan keluarga. Siapapun yang berada di hadapan kita adalah lawan. Pada titik iniliah profesionalisme seseorang diuji.  Griezmann dalam ujian itu. Ketika sosok yang dikagumi, diidolakannya menjadi 'seteru' dalam laga yang menentukan, sikap dan tindakan apa yang akan ditempuhnya? Pada akhirnya, rasa nasionalisme-lah yang menentukan. Griezmann harus melupakan sejenak persahabatan yang terjalin.

"Ini bangsa yang saya cintai, negeri yang saya cintai dan  akan terjadi pertandingan yang emosional bagi saya dan saya yakin ini akan menjadi pertandingan yang hebat." Katanya kepada media.

Antoine Griezmann (Ilustrasi:: goal.com)

Griezmann benar, ketika kita hadir mewakili negara kita harus menanggalkan perasaan emosional yang subyektif. Sebaliknya, kita harus memupuk perasaan emosional kolektif untuk kepentingan yang lebih besar. Karena kepentingan negara jauh lebih besar daripada kepentingan personal. Karena itu ia harus membela mati-matian negaranya karena cintanya yang besar. Ia benar-benar berada pada pilihan "buah simalakama". Dimakan ibu mati, tak dimakan ayah mati." Dan, inilah adalah kata yang tepat, "death or not", Griezmann harus 'mematikan' sementara perasaan pribadi terhadap sahabatnya, Diego Godin.

Seperti janjinya, Griezmann, laga melawan Uruguay akan menjadi pertandingan yang hebat. Griezmann membuktikannya. Perancis tak hanya menjadi tim yang hebat, pula Griezmann menjadi pemain yang hebat. Menjadi penentu kemenangan Perancis pada laga yang mendebarkan itu.

Namun, di balik kemenangan Perancis, ada penampakan Griezmann yang merayakan golnya secara dingin? Entah, apa alasannya? Hanya Griezmann yang lebih tahu. Kita hanya bisa menebak, apakah itu ada hubungan dengan jalinan persahabatannya dengan Godin?

Dugaan ini bisa dibenarkan bila kita mengaitkan pernyataannya yang dirilis media dan dikutip penulis dalam tulisan ini. Pertandingan melawan Uruguay merupakan pertandingan yang penuh emosional dan tetap menjadi perandingan yang hebat.

Dalam laga ini, Griezmann telah mempertontonkan kesejatian nilai sebuah persahabatan. Sahabat sejati adalah mereka yang tak mampu tersenyum ketika melihat sahabatnya terluka -- apalagi olehnya. Cara ini (tak tersenyum atau seleberasi gol yang berlebihan) merupakan balasan yang tepat bagi sahabatnya sekaligus ayah baptis putri bungsunya.  

Pertandingan ini meurpakan pembuktian persahabatan Griezmann dan Godin sekaligus ujian profesionalisme serta nasionalisme Griezmann. Kekalahan Uruguay apalagi gol yang diciptakan dari kakinya sendiri, mungkin sesuatu yang tidak dikehendaki dari sudut hatinya dengan alasan ia tak mau menyaksikan sahabatnya terluka  tapi cintanya kepada negara, bangsa dan rakyat Perancis harus berbuah kemenangan.  

Be calm down! Pasca menjembol gawang Muslera, ada sikap dan gesture Griezmann tidak biasa dilakukan para pencetak gol. Tapi inilah cara Griezmann membahasakan tubuhnya yang tak menghendaki sahabatnya terluka dan tersayat oleh tawanya.***