Saya dan Bruno bertemu dengan segerombolan pengunjung di mulut tangga. Mereka tersenyum dan mengeluh.
"Kami tidak sanggup lagi."
Saya membalas dengan senyum dan terus melangkah. Bertemu lagi dengan segerombolan keluarga. Dari sorot wajahnya mereka seperti meragukan kemampuan saya untuk menaik tangga hingga separuh Fatuleu. Ada di antara mereka yang kontan berkomentar.
"Bisa, pak?"
"Oh, bisa sekali."
"Selamat mendaki." Ujarnya.
Saya belum melihat medannya seperti apa. Seberapa curam tangga. Seberapa banyak anak tangga yang tersusun. Mendengar pengakuan dua gerombolan pengunjung tadi sepertinya tangga ini merupakan medan yang berat.
Sepuluh anak tangga saya lalu mulai terasa pegal di paha. Rasa-rasanya kaki mau keram saja. Bukan karena naik tangga itu, tapi dua hari berturut-turut saya dan Bruno berkunjung ke spot wisata dengan medan yang sedikit lebih berat. Rasa lelah itu masih ada karena waktu istirahat tak cukup. Lelah belum lenyap, perjalanan lain dilanjutkan.
Sebagai petualang tak perlu ragu. Harus menumbuhkan motivasi dalam diri. Berusalah untuk selalu berkata, "Saya bisa. Saya bisa." Maka kata-kata dari gerombolan pengunjung saya jumpai tadi, saya anggap lecutan untuk menakluk Fatuleu.