Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahmad Dhani Hanya Menjadi Bumper Parpol Hadapi Ahok

18 Maret 2016   09:04 Diperbarui: 18 Maret 2016   09:53 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin tidak satu partai politik pun akan mencalonkan Ahmad Dani (AD) pada Pilgub DKI 2017 - kecuali dirinya sendiri. Kalaupun AD digadang-gadangkan Parpol bukan dalam rangka itu.

Sebenarnya, di balik ekspose AD di media hanyalah sebuah gerak tipuan Parpol ke publik bahkan kepada AD sendiri. 'Pencalonan' AD merupakan gambaran psikis Parpol (baca: politisi) yang limbung menghadapi Ahok. Segala daya upaya untuk mencegahnya. Popularitas dan keberpihakan rakyat Jakarta kepada Ahok justeru kian melambung tinggi.

Untuk menyembunyikan penilaian dari publik supaya tidak dibilang partai gagap menghadapi Ahok, mereka dengan tahu dan mau menghadirkan sosok yang 'kontroversial' seperti AD. Seperti kita baca dari media, AD selalu menjadi tokoh antagonis terhadap kepemimpinan Ahok dan Jokowi.

'Potensi' inilah yang dilirik Parpol dan menjerat AD dengan diiming-iming menjadi calon gubernur DKI. AD pun terjerat. Dengan pongahnya ia turun ke Kalijodo. Sekedar jual tampang dan sok dekat dengan rakyat.

Parpol punya kalkulasi politik yang cermat. Tidak semudah itu Parpol mencalonkan AD sebagai calon gubernur DKI. Hal yang mereka lakukan adalah mengadu Ahok dengan AD.

Parpol sadar mereka butuh figur 'destroyer' untuk mengusik Ahok. Hanyalah itulah yang mungkin untuk menjatuhkan reputasi Ahok. Karena segala cara mental. Tak berbekas.

Mereka sadar pula tidak ada lawan tanding yang setimpal. Kecuali memanfaatkan AD yang gamang politik. Lalu tampil sok pintar. Seolah-olah menjadi sosok yang pandai berpolitik dan figur problem solver bagi selaksa masalah ibukota. Pengadangan AD hanyalah taktik politik Parpol. AD menjadi bumper politik untuk menyerang Ahok. Biarkan Parpol tidak dicerca publik. Faktanya, AD-lah yang ditertawain publik.

Karena banyak hal atau faktor, AD bukan figur tempat memimpin Jakarta. AD mungkin terpancing dengan tawaran Parpol karena berkaca pada beberapa artis ibukota yang sukses dalam Pilkada. Pasha dan Zumi Zola adalah contoh artis yang bernasib baik di politik. Tetapi tidak serta merta keberhasilan menjadi cerminan pada Pilgub DKI.

Daerah barangkali membutuhkan figur yang populer. Karenanya artis bisa menjadi kepala daerah meskipun minim pengetahuan dan pengalaman dengan bidang yang dilakonimya. Sementara jutaan masyarakat Jakarta tidak melihat popularitas seseorang. Mereka membutuhkan PEMIMPIN yang BERPIKIR CEPAT, BELAJAR CEPAT dan MEMBERIKAN SOLUSI CEPAT. Karena hari-hari mereka hidup bergelimang masalah sosial yang sama dari tahun ke tahun.

Umpan Parpol tidak termakan si Ahok. Bahkan ia biarkan 'umpan' itu berlalu. AD terus mengumandang sinis. Ahok terus mengabdi tanpa terusik. Anjing menggongong kafilah berlalu. Kata peribahasa klasik.

Jadi, AD bukan lawan tanding yang tepat. Ia hanya seorang penyanyi. Melek politik. Kelak ia akan sadar, kehadirannya hanya diperalat partai. Bukan untuk mengeruk kekayaannya. Semata-mata karakter 'bengalnya' suka serang lawan dengan argumen kontroversial. Tapi, kali ini ia salah. Menggantang asap. Ahok lebih cerdas daripada perkiraannya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun