Saya menemui status facebook orang NTTÂ - dimana pun berada - bernada kecewa atas hasil polling SMS KDI 2015. Secara mengejutkan, Azizah tergusur dari posisi puncak yang didominasinya selama ini.
Melihat aliran dukungan kepada Azizah meyakinkan publik ialah yang bakal menjadi ratu dangdut. Aliran dukungan datang dari orang dengan berbagai latar belakang agama, suku, golongan, profesi, dan strata sosial. Azizah adalah kita. Kita adalah Azizah. Azizah benar-benar sebuah fenomena.
Kemarahan atau kekecewaan pendukung Azizah sangatlah wajar. Mereka mendukung tidak semata-mata karena Azizah orang Flores atau NTT. Lebih dari itu mereka menemukan 'kebintangan' dalam diri dara ini. Ia memiliki segalanya. Bakat, kualitas suara, dan 'performance skill' yang dibutuhkan untuk menjadi seorang mega bintang.
Lautan dukungan kepada Azizah bukan fanatisme kedaerahan. Karena potensi tarik suara di dalam dirinya. Soal dunia tarik suara orang NTT sangat paham. Teori dan praktek. Hanya orang NTT mudah demam panggung. Mereka jarang mau tampil tapi sebenarnya memiliki suara berkualitas.
Bukannya sombong. Sejak kecil orang NTT diajarkan baca not angka bahkan not balok. Ditanam sejak dini tentang dunia tarik suara. Membaca not yang benar. Pengetahuan dan ketrampilan membaca not adalah hal yang pertama sebelum mengenal syair. Bukan dibalik. Membaca syair, baru membaca not - apalagi tanpa membaca not. Hafal syair, modal lipsync 'doang' kalau menyanyi secara 'live'. Maka tidak heran jika mereka mampu menilai kontestan KDI dari segi kualitas suaranya (bukan tampang dan penampilan!). Jika para juri masih 'jaga perasaan', penilaian orang NTT jujur, tulus, dan tidak basa-basi. Apa adanya.
Kekecewaan orang NTT bukan tanpa alasan. Selain karena secara mengejutkan Maheza membalik keadaan dalam hitungan menit, faktor teknis sms selalu gagal terkirim - terutama regio Nusa Tenggara (sebagaimana keluhan suporter Azizah di wall facebook). Sebelumnya tidak ada masalah. Ini menjadi tanda tanya besar terhadap penyelenggara. Salah siapa? Penyelenggara KDI 2015Â (MNC TV) atau provider telekomunikasi mobile?
Tanpa bermaksud menuding pihak-pihak terkait, kemungkinan adanya perselingkuhan kepentingan, penulis mencoba untuk mengupas beberapa hal yang terabaikan dalam kontes ini. Yang seharusnya menjadi nilai-nilai dasar pelaksanaan KDI.
Pertama, TRANSPARANSI. Sejatinya penyelenggara harus transparan terkait mode teknologi polling, layanan, kelemahannya, dan 'display' hasil secara 'real time'. Selama ini, tidak hanya KDI, pemirsa hanya diajarkan cara mengirim dukungan kepada kontestan idola. Sedangkan hal lain seperti metode perhitungan tidak dipublikasikan. Hasil polling pun ditampilkan dalam jangka waktu tertentu, seharusnya ditampilkan secara 'live'.
Kedua, AKUNTABILITAS. Kekecewaan hasil polling sms dalam berbagai kontes tidak baru saja terjadi kali ini. Hasil polling tidak selalu sesuai harapan publik. Untuk menghindari protes atau kecurigaan, segala hasil harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Penyelenggara dapat membuktikan kebenaran jika ada tuntutan dari pihak yang dirugikan. Pertanggungjawaban juga terkait dengan faktor teknis sms 'failed'. Seberapan kecil kegagalan mengirimkan SMS merugikan pihak lain. Untuk itu penyelenggara dan provider telekomunikasi menjamin sistem dan perangkatnya berfungsi dengan. Mampu mendeteksi kegagalan teknis sistem dan perangkat teknologinya.
Ketiga, INTERGRITAS. Integritas penyelenggara penting. Hal berkaitan dengan 'trust' publik kepada penyelenggara. Kalau penyelenggara 'tipu-tipu', hasilnya berdampak pada kualitas acara maupun kontestan.
Integritas harus dimiliki juga oleh para juri. Bagus katakan bagus. Tidak atau kurang bagus katakan kurang atau tidak bagus. Bicaralah sesuai kemampuan atau pengetahuan bernyanyi. Kenyataan, para juri bertutur membingungkan ketika memberikan penilaian. Bahkan pendapat juri yang satu bertabrakan dengan pendapat juri yang lain. Padahal pendapat juri dapat mempengaruhi penilaian publik.