Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anggota DPRD DKI Jakarta Sesat ETIKA

10 Maret 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita jangan pernah mencoba untuk memukul lawan – apalagi mengeluarkan setetes darah dari tubuhnya. Konsekuensi hukum tegas dan berat. Pilihan yang paling aman adalah adu argumen. Luapkan segala emosi. Karena itu, John, meskipun postur sekelas Tyson tidak berani memukul saya, Arif, atau Eka. Begitupun sebaliknya, jika kami tidak mengeroyok dia (bisa saja karena umurnya sudah renta), maka konsekuensi aturan sangat jelas. John dan kami tahu dan sadar akan konsekuensi perbuatan tindak kekerasan fisik.

Emosi Ahok yang meledak-ledak menjadi sorotan anggota DPRD. Pilihan kata yang kasar, Ahok dilabel pemimpin yang tidak beretika. Sebenarnya, apa arti sebuah kata, kalau kenyataan perilaku kita yang mengeritik melampui makna sebuah kata yang kita agungkan – bertolak belakang dari kata-kata? Lain kata, lain perbuatan.

Memang sebuah kata bisa mengkerdilkan jiwa seseorang. Kata-kata mampu melukai bathin, bahkan membunuh seseorang. Tetapi itu terjadi pada pribadi yang menerima dengan penuh perasaan daripada logika. Itulah yang terjadi di negeri ini. Itulah yang terjadi di gedung wakil rakyat DKI Jakarta. Dorongan perasaan lebih kuat daripada logika.

Logika terkait dengan salah atau benar, baik atau buruk. Logika pula terkait dengan pencernaan kita terhadap makna sebuah kata. Memang, dalam situasi dan kondisi yang buram karena praktek-praktek KKN, tidak ada salahnya Ahoknya berkata ‘keras’. Main halus sudah banyak pemimpin lakukan. Tapi mubazir. Kata-kata keras baru si Ahok ini.

Ironisnya, kita sangat mengagungkan etika dalam bertutur kata, tetapi perbuatan kita tidak beradab – tidak seiring dengan ucapan. Kita tampak santun dalam bertutur kata, tetapi diam-diam kita menikam orang lain dari belakang. Kita begitu lemah lembut dalam bertutur, tetapi dengan mudah kita membunuh orang lain. Penganiayaan, penghakiman massal, hingga hukuman mati  di negeri tercinta ini merupakan tindakan yang tidak beretika. Kita mengambil alih hak prerogratif Tuhan atas nyawa manusia. Bukan itu melanggar norma dan etika juga? Sementara di belahan dunia lain – negara maju, nyawa seekor kucing yang terjebak pun diselamatkan – apalagi manusia!

Sekali lagi, inilah ironi sebuah bangsa, masyarakatnya selalu menekankan pada verbalism (sopan santun tutur kata) tetapi mengabaikan aktualisasi kata-kata dalam keseharian hidup. Jangan berteriak orang tidak beretika, jika kita sendiri pada dasarnya tidak beretika. Contohnya,  anggota DPRD DKI mengatakan Ahok tidak beretika tapi justeru mereka lebih tidak beretika dengan mengatakan kata-kata rasis kepada Ahok (Cina anjing). Semut di seberang lautan kelihatan, gajah di depan pelupuk mata tidak terlihat.

Kekisruhan pada mediasi Ahok-anggota DPRD DKI, membuka mata kita. Pertama, pertanyaan “Siapakah yang tidak beretika?” terjawab. Anggota DPRD DKI!. Kedua, tutur kata anggota dewan tidak mencerminkan kelompok yang mengklaim diri beretika. Terakhir, beberapa anggota DPRD tidak hanya tidak beretika bahkan bertutur kata berbau rasis dengan mengatakan Ahok, ‘Cina Anjing’. Pada akhirnya, disimpulkan, anggota DPRD DKI sedang mengidap penyakit sesat etika (kata yang mereka agung-agungkan) – jika tidak mau dibilang cacat etika. ***(sumber: www.koepang.com/gbm)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun