Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Prabowo Telan Ludahnya Sendiri (Tegas versus Prinsip)

24 Mei 2014   21:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Orang TEGAS belum tentu memiliki PRINSIP yang teguh, tetapi orang yang memiliki PRINSIP yang teguh sudah pasti TEGAS."

Pada masa kampanye Pileg di Bandung, April 2014 silam, Prabowo menghardik para awak media.

"Hei...apain ente ke sini? Nanti juga gak dimuat."

Inilah amarah Prabowo yang menimbulkan berbagai interprestasi para pengamat dan publik tanah air. Keberpihakan media pada tokoh- tokoh tertentu seperti Surya Paloh, ARB, Wiranto dan Jokowi menjadikan Prabowo sebagai anak sebatang karang di tengah arus pemberitaan media tentang tokoh-tokoh tersebut di atas.

Satu kelebihan Prabowo bersikap lugas, tidak basa basi, dan energik berorasi. Tetapi ia juga memiliki karakter antagonis seperti emosional dan cepas-ceplos yang dapat menjadi boomerang perjalanan karir politiknya.

Prabowo boleh jadi frustrasi dengan pemilik media yang sangat berpengaruh pada penentuan konten media. Kulit tinta hanya kolektor berita yang belum tentu dimuat. Keputusan ada pada pemimpin redaksi (mungkin dengar bisikan dari sang pemilik).

Namun usai Pilpres keadaan politik berubah. Demikian sikap Prabowo terhadap media. Para pemimpin partai dan politisi seperti ARB dan Harry Tanoe (HT) yang memiliki sejumlah media TV, koran, dan media online mulai berpihak padanya (berkoalisi). Jika dipetakan kekuatan, media televisi yang mendukung Prabowo jauh lebih banyak daripada media televisi yang ‘mendukung’ Jokowi. Prabowo memiliki amunisi mumpuni untuk melakukan serangan udara. Ia mengandalkan kekuatan media milik ARB dan HT.

Sikap Prabowo yang tegas (sebagaimana dielukan para pendukungnya) akhirnya 'memble' dalam perjalanan koalisinya terhadap ABR (Golkar) dan HT.Diterimanya mereka menjelang masa injury time pendaftaran dan sesudahnya, penulis mempertanyakan sikap tegas seorang Prabowo. Pertama, Prabowo mengetahui manuver politik ARB yang melakukan pendekatan dengan PDI Perjuangan tetapi ditolak Jokowi, sebelumnya ARB pernah membangun komunikasi politik dengannya. Dari hal ini, ketahuan sikap Golkar mendua dan menjadi partai oportunis supaya dapat kue kekusaan yang lezat. Tetapi Prabowo mengabaikannya dan memilih untuk merangkul Golkar dalam barisan koalisi.

Kedua, Prabowo juga tahu kalau HT itu bunglon politik, dari Nasdem ke Hanura, sekarang merapat ke Gerindra. Kalau bukan demi kekuasaan lalu untuk apa ia menjadi politisi kutu loncat. Lagi, Prabowo justeru menerimanya sebagai tim dalam kesebelasan koalisinya.

Ketiga, baik ARB maupun HT adalah raja media di Indonesia. Mereka pula yang 'menenggelamkan' Prabowo pada Pileg yang lalu dengan mengesampingkan pemberitaan tentang Prabowo (kecuali iklan). Inilah yang kemudian menyulut amarah Prabowo pada kampanye akbar di Bandung.

Prabowo sebagai sosok yang tegas tidak mampu mengabaikan Golkar (ARB) dan HT, ia justeru merangkul mereka dalam koalisi. Secara kalkulasi politik, minus Golkar dan HT, sebenarnya Gerindra sudah memenuhi syarat mengusung Prabowo sebagai presiden. Hitungan Prabowo lain, koalisi belum menjamin kemenangan Pilpres yang akan datang. Untuk itu, Prabowo melihat peluang lain yakni kekuatan media. Padahalnya, sebelumnya Prabowo mengeritik media bahkan mengusir wartawan dari lokasi kampanye di Bandung, tetapi kali ini ia harus menutup malu atas perkataannya sendiri. Media harus dirangkul dengan merangkul para pemiliknya terlebih dahulu. Bak pucuk dicinta ulam pun tiba. ARB dan HT merapat ke barisan Gerindra. Terjalinlah kepentingan yang mutualis kedua belah; antara Prabowo dengan ARB di satu sisi, di sisi lain antara Prabowo dengan HT. Politik, kekuasaan, dan media benar-benar bagai setali tiga uang.

Kita memang mudah terpesona dengan sosok yang tegas. Tegas bisa dilihat dari cara jalannya, perawakannya, dan suaranya. Pendek kata, sikap tegas dapat dilihat dari sikap kata dan tindakannya. Seseorang boleh saja TEGAS belum tentu memiliki PRINSIP yang teguh. Tegas merupakan sesuatu yang lahiriah (dapat dilihat). Sedangkan PRINSIP merupakan potensi bathiniah (abstrak). Pancaran dari hati yang dijewantahkan dalam keputusan atau tindakan. Makanya kita jangan cepat menakar ketegasan seseorang dari suara, langkah, dan wajah (fisik). Rasakan hatinya dimana PRINSIP itu berlabuh.

Penolakan Jokowi terhadap Golkar (ARB) merupakan contoh sikap sosok yang memiliki PRINSIP. Ia tidak ragu-ragu mengambil keputusan. Sekalipun secara matematis, kehadiran Golkar dapat menguntungkan PDI Perjuangan. Tetapi nurani Jokowi jauh lebih kuat daripada kalkulasi politik yang hanya sekedar bikin sesak gerbong kereta koalisi. Jokowi insyaf, koalisinya bukan koalisi partai melainkan koalisi rakyat. Koalisi partai untuk mendapatkan legitimasi pencalonan dirinya. Dengan jumlah partai yang ada, yang mendukung tanpa syarat, telah menghantarkannya menjadi calon presiden dari koalisi PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, PKPI, dan Hanura.

Ungkapan; "Batu yang dibuang dapat dipungut kembali, tetapi kata-kata yang telah diucapkan tidak dapat ditarik kembali." Apa yang pernah diucapkan Prabowo yang menghardik wartawan tidak dapat ditarik kembali. Ia terjebak dalam kata-katanya sendiri. Ia seperti menelan ludahnya sendiri. Kehadirannya di grand final Indonesia tadi malam merupakan bukti nyata hasrat pencitraan dirinya melalui media. (gbm)***

Townsville, 24 Mei 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun