Indira: "Saya suka mendengarkan cerita, Beh."
Babeh Opiq mengangguk dan memutuskan untuk menyisipkan cerita dalam pelajaran informatika.
Pada akhirnya, semua siswa mendapatkan metode belajar yang berbeda sesuai kebutuhan mereka. Tapi Babeh Opiq merasa seperti sedang mengelola sirkus!
Di sudut kelas, Akmal menggambar jaringan komputer sambil menghitung server dan kliennya. Di sisi lain, Indira duduk mendengarkan Babeh Opiq bercerita tentang sejarah komputer dengan mata berbinar-binar. Sementara itu, Sabily yang suka praktek langsung, sibuk membongkar komputer untuk melihat bagaimana cara kerjanya.
Namun, meskipun awalnya terlihat kacau, Babeh Opiq mulai menyadari sesuatu yang mengejutkan. Siswa-siswa yang dulunya selalu tertinggal kini mulai menunjukkan kemajuan yang signifikan. Suasana kelas menjadi lebih hidup dan dinamis.
Suatu hari, Pak JBS selaku kepala sekolah mengunjungi kelas Babeh Opiq.
Pak JBS: "Wah, Babeh Opiq, kelas Anda tampak sangat berbeda sekarang! Bagaimana Anda bisa mengelolanya?"
Babeh Opiq tersenyum lebar. "Ternyata, dengan sedikit kreativitas dan kesabaran, pembelajaran berdiferensiasi ini malah membuat saya merasa seperti guru yang super kreatif! Tugas saya sekarang lebih seperti seorang konduktor orkestra, memastikan setiap siswa memainkan alat musik mereka dengan cara yang paling mereka sukai."
Akhirnya, Babeh Opiq tidak hanya berhasil meningkatkan kompetensi mengajarnya, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan efektif bagi semua siswa. Kini, setiap hari di kelas Babeh Opiq adalah petualangan baru, penuh dengan tawa dan pembelajaran yang bermakna.
Dan siapa yang menyangka? Metode pembelajaran berdiferensiasi yang awalnya dianggap merepotkan, ternyata menjadi kunci kesuksesan Babeh Opiq sebagai guru yang luar biasa.