Mohon tunggu...
Taufiq Ariefianto
Taufiq Ariefianto Mohon Tunggu... Guru - Guru Informatika SMA Negeri 3 Purwokerto

Penulis Juga Bagian Dari Netizen Dengan Nama Babeh Opiq 76 Dapatkan juga tulisan kami di https://babehopiq76.blogspot.com/ dan video dari kami di https://www.youtube.com/channel/UCFnbiRF9h_OQRSLsoMcyzVw serta medsos kami di https://instagram.com/taufiq.ariefianto?igshid=YmMyMTA2M2Y= dan https://www.facebook.com/taufiq.ariefianto

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ego Diri Berkedok Senioritas: Mengungkap Dinamika di Balik Topeng Kewenangan

11 Juli 2024   07:15 Diperbarui: 11 Juli 2024   07:32 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berbagai lingkungan sosial, baik itu di tempat kerja, institusi pendidikan, atau komunitas, konsep senioritas sering kali menjadi tolok ukur dalam menentukan sebuah hierarki dan kewenangan. Namun, ada kalanya senioritas bukan sekadar penanda pengalaman dan keahlian, melainkan juga bisa menjadi kedok bagi ego diri yang terlalu berlebihan. Artikel ini akan coba mengungkap dinamika yang ada di balik fenomena ego diri yang berkedok pada senioritas, serta dampaknya terhadap lingkungan sosial dan lingkungan pekerjaan yang positif.

Definisi Ego Diri dan Senioritas

Ego Diri mengacu pada persepsi dan tingkat kesadaran individu terhadap dirinya sendiri, yang sering kali dikaitkan dengan rasa harga diri dan keyakinan atas kemampuan pribadi yang dimiliki. Sementara itu, istilah senioritas merujuk pada status atau kedudukan yang lebih tinggi yang telah diperoleh seseorang berdasarkan lamanya waktu atau pengalaman di dalam suatu lingkungan tertentu.

Ego Diri di Balik Senioritas

Seringkali, individu yang memiliki senioritas menggunakan status mereka untuk menegaskan dan menguatkan ego diri mereka. Dalam hal ini beberapa indikator dari fenomena ini meliputi:

Kebutuhan Untuk Diakui: Individu dengan ego yang tinggi cenderung mencari status untuk pengakuan dan penghargaan secara terus-menerus. Senioritas bisa menjadi alat yang efektif untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari orang lain.

Mendominasi dan Kekuasaan: Menggunakan status senioritas untuk mendominasi orang lain dan memaksakan kehendak secara sepihak. Hal ini sering terjadi dalam bentuk berupa instruksi yang tidak masuk akal atau kendali yang berlebihan.

Penolakan Terhadap Perubahan: Ego yang tinggi sering kali membuat individu merasa terancam oleh ide-ide baru atau perubahan yang mengganggu zona nyaman. Mereka mungkin menolak inovasi dengan alasan mempertahankan tradisi atau cara lama demi mempertahankan zona nyamannya.

Dampak Negatif

Dimana penggunaan senioritas sebagai kedok untuk ego diri dapat membawa berbagai dampak negatif, seperti:

Menurunnya Moral dan Motivasi: Ketika individu merasa didominasi atau tidak dihargai, motivasi mereka untuk berkontribusi secara positif dapat mengalami penurunan. Ini dapat menciptakan lingkungan kerja atau belajar yang tidak sehat dan tidak kondusif.

Terhambatnya Inovasi dan Pertumbuhan: Penolakan terhadap ide-ide baru dan perubahan dapat menghambat tumbuhnya perkembangan dan inovasi. Sebuah organisasi yang tidak terbuka terhadap pembaruan akan kesulitan bersaing dan berkembang.

Konflik Interpersonal: Ego yang tinggi dan sikap dominan dapat memicu konflik antara individu, yang dapat merusak hubungan kerja dan kerjasama tim dala lingkungan kerja atau sosial.

Mengatasi Ego Diri Berkedok Senioritas

Adapun untuk mengatasi masalah ini, beberapa pendekatan yang dapat diterapkan antara lain:

Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pelatihan tentang kepemimpinan yang inklusif dan empatik dapat membantu individu memahami pentingnya kerjasama dan menghargai kontribusi setiap anggota tim agar tercipta iklim kerja yang kondusif dan kompetisi yang positif.

Peningkatan Kesadaran Diri: Mendorong individu untuk melakukan refleksi diri dan mengembangkan kesadaran tentang dampak dari perilaku mereka terhadap perkembangan perubahan dan inovasi dari orang lain.

Membentuk Budaya Terbuka: Menciptakan sebuah budaya di mana setiap orang, terlepas dari senioritas, merasa diapresiasi, didengar dan dihargai. Ini dapat dilakukan dengan memberikan ruang untuk umpan balik dan diskusi terbuka.

Penghargaan Berbasis Kinerja: Alih-alih hanya mengandalkan senioritas, memberikan apresiasi dan penghargaan berdasarkan kinerja dan kontribusi nyata dapat membantu mengurangi penggunaan status untuk memanipulasi ego diri.

Kesimpulan

Senioritas seharusnya menjadi tanda pengalaman dan kebijaksanaan, bukan alat untuk menegaskan ego diri. Dengan memahami dan mengatasi ego diri yang berkedok senioritas, kita dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat, kompetitif positif, produktif, dan harmonis. Kesadaran dan tindakan kolektif adalah kunci untuk mengubah dinamika ini, sehingga setiap individu dapat merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang karya-karya yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun