Perhatikan, apa saja yang ada di dalam lukisan tersebut. Simbol-simbol pendidikan ada di sana. Pelajar SD yang melukis tokoh Driyakarya, ada 4 punakawan yang salah satunya bertopi petani.
Di artikel lain juga, Kompasianer ini menuliskan tentang pahitnya pendidikan di sini, cerita tentang kado pelajar SMP yang ternyata hanya berisi batu, bukan donat seperti teman-teman lainnya. Beliau mencoba mengilustrasikan kegetiran pahit manisnya saat sekolah di artikel berjudul "Pahit Pesta Pendidikan".
[caption id="attachment_147837" align="aligncenter" width="423" caption="Kado Silang"][/caption]
Ada banyak ilustrasi di hampir semua artikelnya, yang menurut saya bagus dan keren. Ilustrasi-ilustrasi berikutnya sudah mulai dengan banyak guratan pinsil warna dan crayon.
Di bawah ini ilustrasi 2 burung hantu, yang menjadi ilustrasi di fiksinya yang berjudul "Kutukan Burung Hantu Bulan Madu", yang masih membicarakan tentang petualangannya membaca dunia Hemmingway.
[caption id="attachment_147838" align="aligncenter" width="461" caption="Burung Hantu Hemmingway"][/caption]
Di bawah ini adalah ilustrasi untuk cerpennya yang berjudul "Hantu Rumah Hemmingway". Apakah itu adalah gambar dari Mrs. Hemmingway? Atau hantu yang ada di rumah Hemmingway? Silakan kunjungi cerpennya.
[caption id="attachment_147839" align="aligncenter" width="395" caption="Mrs Hemmingway"][/caption]
Seniman ini juga mengungkapkan soal kopi dari biji luwak, yang saat itu jadi perbincangan soal haram tidaknya, yang dituangkan dalam fiksi berjudul "Aku Tak Ingin Tubuh Ranumnya".
[caption id="attachment_147840" align="aligncenter" width="420" caption="Luwak"][/caption]
Walau dalam pengakuannya Kompasianer ini mencoba menghibur diri dengan artikel yang diletakkan di rubrik Hiburan, namun tetap saja beliau membuatkan ilustrasi yang tidak sembarang. Lihatlah ilustrasi berikut dari artikel yang berjudul "Blogger Gemblung", yang menurut saya artikel itu penuh dengan simbol. Silakan dicermati.