.
"Nduk, bapak cuma bisa ngasih bintang, cuma bisa ngasih angin, cuma bisa ngasih daun-daun. Bapak ngga bisa ngasih apa-apa. Ndak apa-apa, ya, nduk. Bapak kangen ama kamu, Nduk. Nanti kita main lagi, ya. Bapak pulang dulu. Besok ke sini lagi."
Lelaki itu meninggalkan bekas telapak ke nisan. Kehangatan terus berbekas walau dingin menjalar.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!