Astaga.
Kembali aku tersentak diam. Pintu rumah pun sudah terbuka lebar, hingga terlihat jelas sekali di sana, ada bocah, yang diam berdiri di samping pagar teras lantai atas, menatap langit. Dia mirip sekali dengan anakku. Dan pakaian yang dikenakannya persis sama seperti yang anakku pakai sekarang.
Aku berbalik memandang anakku. Dia masih terdiam kaku melihat keluar rumah. Ini membuatku melihat kembali sosok yang ada di luar rumah.
Angin dingin menyergapku. Bulu kudukku berdiri. Hening mencekam menyelimuti kami. Rasa takut perlahan membungkus kami. Menggerogoti kami dengan memekakkan suara malam dicampur suara bambu dan metal yang beradu karena ditiup angin.
Kami hanya diam. Diam tanpa bisa menanggapi suasana aneh itu. Perlahan aku berusaha memberanikan diri dengan menggerakkan mulutku untuk menegurnya. Tapi entah kenapa, terasa berat sekali untuk menggerakkan rahang mulut, untuk mengeluarkan suara.
Sampai saat aku sudah mulai bisa menggerakkan mulutku, tiba-tiba sosok anak kecil itu menengok. Menatapku, lurus ke mataku. Aku hanya bisa diam tanpa bisa berkata apapun.
Dan kini ia bergerak. Masuk ke dalam rumah. Aku makin tercekam, berusaha menggerakkan badanku, berusaha keras menggerakkan mulutku untuk mencoba menghardik bocah itu. Namun entah kenapa rasanya aku seperti dicekik. Hanya suara geraman serak yang keluar dari rahangku. "Aa ... aakhh ... aaakkhh ..."
Bocah itu terus bergerak, menutup pintu. Mengunci pintu. Aku terus berusaha mengeluarkan suara, namun cekikan itu terus menekanku. Dia berjalan ke arahku, mendekatiku, naik ke kasur, dan mengambil remote decoder. Tanpa bicara. Tanpa suara. Dan aku makin diterkam ketakutan yang sangat, namun terus berusaha melepaskan jeratan ketakutan itu sambil menatap tajam bocah itu.
Tiba-tiba dia melihatku. Memandangku dengan sayu. Dan ... "Beh ..."
Aku langsung diam. Aku memandang lurus ke arah matanya. Heran karena dia menyebut namaku. Aku terus memandangnya.
Tiba-tiba aku ingat anakku. Entah bagaimana dia bersembunyi di belakangku, karena melihat bocah itu menghampiri kami. Aku cepat menengok ke belakang.