Hujan yang turun dengan deras pada jam 3 sore, membuat beberapa kompasianer cukup kesulitan untuk mendatangi acara pertemuan (kopdar = kopi darat) di Pasar Festival, Gelanggang Olah Raga Kuningan Jakarta Selatan. Namun setelah hujan reda, mulailah bermunculan kompasianer ke arena Food Court tersebut.
[caption id="attachment_276921" align="aligncenter" width="500" caption="Sebagian Kompasianer yang hadir"][/caption]
Lumayan banyak kompasianer yang hadir. Dimulai dari Om Dian Kelana yang berhasil menembus hujan lebat, dan 2 kompasianer Bogor, yaitu Aryani Leksonowati dan Azmi Azhari. Selanjutnya datanglah Kang Ence Abdurrohim. Sementara itu, Yayat sebenarnya sudah hadir lebih dulu, namun masih terjebak banjir di parkiran motor gedung Nyi Ageng Serang. Dan Wandy si Zuragan Qripix pun ternyata sudah tiba lebih dahulu di lokasi, namun dia menunggu di KFC.
Selanjutnya datanglah Detha Arya Tifada, Suri Nathalia (yang semalam memakai rok panjang. Uhuuuuy), Hazmi Srondol yang ditemani Thole-nya, Ika Parhusip, Hadi Samsul yang langsung dari Cianjur, Yulia Rahmawati, Ike Mayasari, Edi Sentana Sembiring, Engkong Ragile, Yusep Hendarsyah, Arya Kamandanu, Andini Harsono, dan Cech Gentong.
Kloter selanjutnya muncullah mbak Tantri (yang kemarin memenangkan lomba penulisan kepahlawanan) yang didampingi suami dan anak-anaknya, Stella Chrisfanny, Winda Krisnadefa (si Emak Gaul) dan suaminya Edu Krisnadefa (si Bapak Gaul, dong, ya) serta anak-anaknya. Datang pula Ahmed Tsar Blenzinky, Lita Chan Lai, dan terakhir adalah Gibb Woodman beserta Reka Agni.
Eh, ada yang terlewatkah di daftar absen tersebut? Semoga tidak, ya.
Sementara itu, yang ber-sms melalui HP saya, ada Ve Rhayesa yang sementara belum mendapat ijin untuk menempuh Cirebon Jakarta, Melok dan Wyndra yang terjebak hujan dan macet, Kit Rose yang masih mengikuti acara keluarga, Nien Rozza yang masih berada di tol jagorawi, serta Dewa Cengkar yang tidak mendapatkan angkutan kereta Cirebon Jakarta. Walau begitu ternyata Om Jay yang sudah berniat untuk dapat hadir, mengalami musibah banjir di rumahnya. Sama halnya dengan Rahmi Hafizah yang yang mengalami halangan karena turunnya hujan lebat. Semuanya menitip salam untuk kompasianer yang hadir. Mungkin ada juga kompasianer lain yang menyampaikan salam ke HP teman lain yang hadir di sana.
[caption id="attachment_276924" align="alignleft" width="300" caption="Engkong Ragile membahas soal buku keroyokan"][/caption]
Dari obrolan-obrolan kecil yang mengiringi awal pertemuan kami, akhirnya berlanjut ke pembicaraan pokok. Rencana awal adalah membicarakan kelanjutan dari rencana pembuatan buku keroyokan, yang diprakarsai oleh Dewa Cengkar. Namun karena Dewa Cengkar berhalangan hadir, maka saya hanya menyampaikan wacana tersebut. Gagasan bagus itu memang disambut gembira, sehingga kami menyimpulkan untuk mempersilakan Dewa Cengkar melanjutkan proyek Buku Keroyokan yang berkisar dengan pengumpulan karya-karya cerpen dan puisi para kompasianer.
Engkong Ragile pun menjelaskan dengan wacana yang pernah digulirkan beberapa bulan lalu tentang mutiara-mutiara tulisan para kompasianer. Namun karena kesulitan dalam proses pemilihan karya terbaik dari para kompasianer yang dilakukan hanya oleh Engkong Ragile, akhirnya proyek tersebut (yang direncanakan untuk dibukukan) ditunda.
[caption id="attachment_276926" align="alignright" width="325" caption="Serius dengan gagasan"][/caption]
Dan saat itu muncullah gagasan untuk juga membuat buku keroyokan dengan sistem yang menyerupai proyek buku keroyokan Dewa Cengkar. Ada beberapa catatan yang muncul untuk gagasan buku keroyokan ini, di antaranya adalah soal tema. Tema yang akan diusung (yang masih berupa rencana) yaitu opini-opini kompasianer terhadap masa depan Indonesia, ataupun terhadap kebhinekaan Indonesia di masa depan. Tema yang global, dan memang masih berupa impian kompasianer terhadap negaranya. Mungkin nanti dari diskusi di sini, bisa melahirkan tema yang lebih menarik dan unik, serta yang lebih spesifik ala kompasianer. Oh, ya. Mungkin gagasan ini akan kita beri tags (misalnya) "Harapan untuk Indonesia di 2011".
Gagasan membuat buku keroyokan ini pun memang terasa seperti impian, namun di forum tersebut, kami beranggapan jika memang dilakukan dengan terorganisir maka pastilah akan lahir buku keroyokan dari kompasianer tersebut. Untuk itu, di sini (di kolom komentar di bawah ini) kita akan diskusikan juga tentang koordinasi pelaksanaan pembuatan buku tersebut, seperti metode pengumpulannya, editorialnya, dan lain-lain, termasuk soal pembiayaan, serta kerja sama dengan penerbit, misalnya dengan Pipiet Senja atau lainnya.
[caption id="attachment_276928" align="alignleft" width="300" caption="."][/caption]
Soal tehnis lain yang didiskusikan dan juga dipandu oleh Engkong Ragile di kopdar tersebut adalah masalah jumlah kompasianer dan jumlah tulisan. Mungkin rencana awal adalah sekitar (hingga) 50 penulis. Materi tulisan yang akan disesuaikan dengan tema, bisa diambil dari tulisan yang pernah dimuat di kompasiana, maupun yang baru, yang belum pernah ditulis. Mungkin jumlah halaman sekitar 100 hingga 200 halaman. Oh, ya, siapapun bisa mengikuti proyek buku keroyokan ini, walau gagasan ini diluncurkan di saat kopdar kompasianer Jabodetabek, asalkan penulis tersebut adalah blogger Kompasiana. Mungkin nanti kita bisa diskusikan pula soal kualitas tulisan ataupun tema yang tentunya akan menyangkut ke masalah daya jual.
Diskusi yang membuat kami bersemangat itu dilanjutkan dengan rencana pertemuan (kopdar) selanjutnya. Wandy juragan Qripix pun mengusulkan untuk melaksanakan kopdar di PGC Cililitan. Ada juga usul dari Mariska Lubis, melalui Yayat, untuk melakukan kopdar di Bandung, sehingga kami mendiskusikan pula soal tehnis transportasinya. Atau dari rekan-rekan yang membaca di sini, barangkali ada yang memberi usul pula untuk memboyong kompasianer Jabodetabek untuk mengunjungi kotanya (atau mungkin negaranya). Hehehe.
[caption id="attachment_276929" align="alignleft" width="300" caption="."][/caption]
Begitulah obrolan yang terjadi di Sabtu Malam Minggu, 2 Oktober 2010. Terima kasih saya ucapkan untuk kompasianer yang menyempatkan hadir, apalagi yang datang dari jauh, Bogor dan Cianjur. Semoga gagasan-gagasan yang muncul di kopdar semalam bisa terealisasi, dan juga bisa diikuti pula oleh kompasianer yang terkumpul dalam daerah yang sama, baik untuk melakukan pertemuan kopi darat maupun pembuatan buku (misalnya). Amiin Ya Robbal Alamiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H