Agak terganggu telinga dan otak saya pagi ini. Bukan.. saya masih normal kok. Terganggu dengan istilah yang ditampilkan di sebuat acara news televisi; tentang orang-orang yang pergi haji dari Indonesia tanpa melalui Departemen Agama dan menggunakan visa wisata. Oke lah kalau mereka ditegur; tapi mbok ya jangan diberi istilah Haji Liar..
Siapa tahu, justru yang seperti itu yang menjadi Haji Mabrur? Toh mereka melakukan perjuangan; dan tak putus asa untuk naik haji. Walaupun bisa jadi mereka berangkat melalui travel tak resmi.
Istilah Haji Liar itu khan bisa diberi nama lain yang tak menganggu, misalnya Haji Non Quota. Lebih enak gitu kedengerannya.
Saya tak tahu, apakah Tuhan ketika di akhirat nanti, melalui malaikatnya akan bertanya..
"Haji kamu pake Depag apa nggak?"
Hah...? masa sih.... naik haji ditanyain juga jalurnya?
Saya kira, naik haji itu juga ibadah personal; tapi memang melalui jalur pemerintah, lebih tertib. Masalahnya adalah dengan tingginya tingkat korupsi di Depag dan carut marutnya pengelolaan haji, bukan tak mungkin banyak ornag tak puas dengan pelayanan haji yang monopoli seperti itu.
Memang banyak juga yang naik haji melalui jalur non quota, dengan pergi ke Dubai dulu atau ke lokasi yang dekat dengan Mekkah.
Saya tak mendukung Haji Non Quota itu (bukan Haji Liar ya...); tapi hendaknya jadi feedbck ke sejuta sekian bagi Depag untuk memperbaiki kinerja-nya.
Islam itu harusnya rapi; jadi, kalau ada pengelolaan yang tak rapi dalam menghandle ibadah, pasti ada yang salah dengan pemahaman Islamnya terkait dengan pengelolaan haji.
Jadi mikir-mikir nih, kalau mau naik haji, mending kemana dulu gitu.... hehehehe
Buat Pak Haji yang disebut Haji Liar di televisi; tenang saja, kalau Anda pada akhirnya resmi berhaji, gelarnya tetap H kok bukan HL (Haji Liar)...
Selamat menjalankan ibadah haji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H