Mohon tunggu...
Ba2ng Yupi
Ba2ng Yupi Mohon Tunggu... -

Single

Selanjutnya

Tutup

Politik

Motif Dibalik Pansel KPU, Bawaslu dalam Pilpres 2019

1 Oktober 2016   03:52 Diperbarui: 1 Oktober 2016   04:03 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

sehingga “Indepensi Pansel” yang di nakhodai Saldi Isra SANGAT DIRAGUKAN DAPAT BERSIFAT NETRAL.

Akibatnya kecurangan demi kecurangan akan terjadi di KPU dan Bawaslu karena ada pengaruh penguasa ketika proses seleksi. KPU dan Bawaslu “tidak dapat bersikap netral” pada proses Pilkada 2017 KHUSUSNYA PILKADA DKI dan PILPRES 2019, karena anggota KPU, Bawaslu sudah dibawa pengaruh ketika proses seleksi oleh ketua Pansel notabene adalah orang-orang jokododo, dan hasil Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 sudah dapat ditebak karena era jokododo semua “by setting” para pengejar kekuasaan.

Demikian juga yang sudah terjadi ketika seleksi “Komisioner KPK” jilid 4 lalu oleh Pansel KPK yang dibentuk jokododo, hasil kerja Pansel KPK dalam menyeleksi Ketua KPK, masyarakat dapat dinilai sendiri bahwa KPK TIDAK BERDAYA terhadap kasus korupsi di lingkaran jokododo, diantaranya, kasus Setnov dkk minta saham Freeport yang melibatkan mafia lingkaran istana number wahid si Opung, kasus pengadaan crane oleh Lino, 

Kasus pembelian lahan YSW yang sangat jelas adanya abuse of power oleh Ahok, aliran dana pengembang ke @temanahok dan Kasus Reklamasi yang hanya berhenti di M. Sanusi, bahkan SK 3 Mentri yang menghentikan reklamasi, kini dicabut oleh dedengkot mafia ring 1, si Opung, Padahal dengan tegas jokododo katakan: “Tidak ada program mentri, yang ada adalah program kerja presiden”, artinya SK 3 Mentri adalah program presiden, namun faktanya di cabut oleh Menko yang baru merangkap mafia lingkaran ring 1.

Kesimpulannya, presiden tidak berkutik terhadap tekanan puluhan mafia lingkaran ring 1 mantan pendukung jokododo pasca pilpres.

Kini Pansel KPU dan Bawaslu sudah di nakhodai oleh Prof. Saldi Isra mantan timses utama jokododo untuk SUATU TUJUAN UTAMA DI 2019, dan DPR sudah “tidak berfungsi sebagai lembaga pengontrol pemerintah”, setelah Parpol diobok-obok oleh jokododo - Jeka. Fraksi di DPR dari Partai-partai oposisi yang awal pemerintahan jokododo sangat tegas mengawas dan pengawal jalannya pemerintahan, namun kini DPR “bagai back ground vokalis” yang mengikuti irama dan lagu yang di suarakan pemerintah, TAK BERFUNGSI SEBAGAI LEGESLATIF. 

DPR selalu mengAMINi semua keputusan pemerintah yang banyak “tidak berpihak pada rakyat kecil”, DPR seharusnya mempertanyakan INDEPENSI Saldi Isra yang “sengaja di duduk kan sebagai ketua Pansel KPU, Bawaslu”, namun rakyat sudah tidak bisa mengharapkan lagi kepada DPR yang sudah tidak berfungsi sebagai wakil rakyat dan pengawas pemerintah. Rakyat mengharap mungkin maseh ada tokoh-tokoh masyarat, akademisi yang dapat mendesak presiden, agar menentukan anggota Panitia seleksi KPU dan Bawaslu yang netral, independent agar Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 tidak di tunggangi kepentingan kelompok. Karena jokododo mengangkat Panitia Seleksi KPU, Bawaslu dari orang-orang sekitarnya, yang berpotensi untuk mengatur Pilkada 2017 khususnya DKI, dan nantinya akan berlanjut pada Pilpres 2019 kembali duet jokododo - ahok yang sudah DI SETTING OLEH KPU.

 

Jadi tidak ada yang terjadi secara kebetulan, semua sudah “by setting” oleh jokododo.

 

Dari balek wajah ndeso seorang jokododo, ternyata tersimpan sejuta kelicikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun