Mohon tunggu...
Mohamad Ali Mustofa
Mohamad Ali Mustofa Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Daaruta'awun Lempuyang Tanara dan petani di Serang Banten

Menulis Saat Mendapatkan Inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Brigade Sampah dan Pangan

14 Januari 2025   16:54 Diperbarui: 14 Januari 2025   16:54 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kegiatan Penyuluhan dan Praktek Pengolahan Sampah Domestik (Sumber : PK2LH-Unilam)

Brigade Sampah dan Pangan (BSP) terbentuk atas kerjasama antara Pusat Kajian Keislaman dan Lingkungan Hidup (PK2LH) Universitas Laa Tansha Mashiro Rangkasbitung bekerjasama dengan Pondok Modern Daar El Istiqamah (PMDI) Kota Serang menyelenggarakan kegiatan Penyuluhan dan Praktek Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan Pondok Pesantren (12/01/2025).

Kegiatan ini dilatarbelakangi dengan kehadiran sampah yang pada umumnya menjadi problem baik bagi lingkungan Pondok Pesantren maupun lingkungan masyarakat luas. Sampah yang menumpuk terutama di musim hujan ini disamping menimbulkan bau yang tidak sedap juga terkesan menjijikan. Karena itu perlu dicarikan solusinya yang berkelanjutan

Melalui kegiatan Penyuluhan dan Praktek Pengolahan Sampah Domestik di Lingkungan Pondok Pesantren ini, peserta dibekali dengan mental agripreuneur (wirausaha pertanian) agar memilki mindset bahwa sampah itu bisa menjadi sumber rezeki. Sampah yang diolah dengan cara dibakar lalu kemudian dikomposkan bagaikan emas hitam yang bisa dijadikan sumber pendapatan secara berkelanjutan. Karena kompos pasti dibutuhkan bagi kegiatan budidaya tanaman sayuran, tanaman hias dan juga tanaman pangan.

Memproduksi kompos dari sampah domestik yang digunakan untuk budidaya pertanian di lingkungan pondok pesantren tidak saja mendukung ketahanan pangan internal pondok pesantren juga mendukung program ketahanan pangan pemerintah yang tengah berjuang keras berswsembada pangan.

Foto Praktek Perajangan Sampah Domestik Sebelum dikomposkan (Sumber : PK2LH-Unilam)
Foto Praktek Perajangan Sampah Domestik Sebelum dikomposkan (Sumber : PK2LH-Unilam)

Saat kompos diserap oleh masyarakat untuk kegiatan budidaya sayuran dan tanaman hias dalam jumlah banyak maka akan menggerakan kegiatan memilah sampah menjadi organic (dikomposkan) dan anorganik (dijual atau dibakar). Jika dibakar hasil bakarannya bisa diolah menjadi batako dan sejenisnya. Tanah yang terbakar bersama sampah dapat disaring menjadi butiran halus lalu dicampur dengan sekam bakar atau abu bakar untuk kemudian disirami dengan cairan bakteri dekomposer diperkaya dengan dolomit (kapur pertanian untuk menaikan PH). Setelah difermentasi selama dua atau tiga minggu kompos bisa dipanen, digunakan langsung untuk budidaya tanaman atau dikemas untuk dijual.

Foto Praktek Pembuatan Sekam dan Abu Bakar Bahan Pencampur Sampah Sebelum Dikomposkan (Sumber : PK2LH-Unilam)
Foto Praktek Pembuatan Sekam dan Abu Bakar Bahan Pencampur Sampah Sebelum Dikomposkan (Sumber : PK2LH-Unilam)
 

Kegiatan ini mudah dikerjakan oleh siapapun karena praktis yang penting ada kemauan. Nah untuk menjaga agar kemauan tersebut tetap terpelihara dengan baik maka perlu dibentuk "Brigade Sampah dan Pangan" di Pondok Modern Daar El Istiqomah (BSP PMDI) Sukawana Kota Serang. Tujuannya untuk menginisiasi agar menjadi gerakan bebas sampah menjadi kompos yang menggugah banyak orang sehingga menghasilkan lingkungan yang bersih, asri dan bernilai ekonomi.

Bersih karena sampah yang ada disapu dan dipilah oleh Brigade Sampah dan Pangan (BSP) sejak dini menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik dikomposkan dan sampah anorganik dijual atau dibakar.

Asri karena kompos yang berhasil dipanen digunakan untuk budidaya tanaman hias, sayuran maupun tanaman pangan di lingkungan pondok pesantren atau di lingkungan masyarakat. Menciptakan lingkungan dalam tanaman atau bahkan menciptakan kota dalam taman.

Bernilai ekonomi saat hasil budidaya tanaman sayuran, hias dan pangan dijual secara komersial. Tidak hanya menambah gizi tetapi juga pendapatan pontren dan masyarakat yang berprofesi pada budidaya tanaman.

Foto Pemanfaatan Kompos Sebagai Media Tanaman Hias dan Sayuran (Sumber : PK2LH-Unilam)
Foto Pemanfaatan Kompos Sebagai Media Tanaman Hias dan Sayuran (Sumber : PK2LH-Unilam)

Faktor pembatas dari kegiatan ini antara lain mesin perajang sampah, mesin pengolah/penyaring sampah dan mesin pengemas kompos. Diharapkan pemerintah kota, provinsi maupun pemerintah pusat turut hadir mengatasi faktor pembatas ini. Meskipun demikian bagi Brigade Sampah dan Pangan (BSP) faktor pembatas itu bukanlah penghambat utama. BSP terus bergerak maju memenuhi permintaan konsumen kompos yang mulai dan terus mengalir.

Brigade Sampah dan Pangan (BSP) Pondok Modern Daar El Istiqamah yakin bahwa sampah yang dibakar adalah emas hitam yang terpendam dan yakin bahwa setiap jengkal tanah yang ditanami tanaman menggunakan kompos kelak berbuah emas dan perak. Itulah diantara lain "mindset" yang ditanamkan dalam kegiatan Penyuluhan dan Praktek Pengolahan Sampah Domestik ini.

Salam lestari, jangan biarkan sampah berserakan di lingkungan pontren dan lingkungan masyarakat kita. Ubah sampah menjadi kompos lalu tanam, tanam dan tanam. Bangun jejaring Brigade Sampah dan Pangan (BSP) di lingkungan kita dan raih emas dan perak untuk masa depan anak-cucu kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun