Program memberi makan bergizi ini tidak hanya menjadi harapan bagi ibu hamil dan anak-anak dari keluarga miskin yang pada Maret 2024 mencapai 25,22 juta orang tetapi juga menjadi harapan bagi petani gurem di Indonesia yang jumlah petani miskinnya (mayoritas petani gurem) mencapai 17,28 Â juta dari total penduduk miskin di Indonesia mayortitas tinggal di perdesaan (https://unnes.ac.id/feb/pangan-petani-dan-kemiskinan).
Petani gurem identik dengan petani penggarap memiliki luas lahan garapan kurang dari 0,5 ha  dipersepsikan sebagai petani miskin, kondisinya tak pernah bergerak dari zaman kolonial hingga kini. Beragam program pertanian yang ditujukan untuk mengangkat derajat kesejahteraan petani masih belum mengubah secara riil nasib petani gurem. Petani dan sektor pertanian masih dipersepsikan sebagai pekerjaan yang berkubang dengan jerat kemiskinan.
Mengapa demikian? Karena petani gurem statusnya adalah penggarap, modal nyawah dan makan sehari-harinya dapat pinjam. Jika panen dibagi dua dengan pemilik lahan. Bahkan semua biaya produksi dan tenaga umumnya dibebankan kepada penggarap, sehingga paroan bagi hasilnya tidak dapat dinikmati karena habis bahkan minus alias tidak pernah untung. Â
Â
Untuk itu seandainya kebijakan (program) makan bergizi gratis ini bisa menyentuh keluarga petani gurem tentu tidak hanya bisa menambah tenaga dan semangat petani gurem dalam bertani untuk mendukung program pemerintah berswasembada pangan tetapi juga bisa menambah pendapatannya. Harapannya ada anggaran uang makan yang tersimpan sebagai tabungannya, karena makan siangnya sudah ditanggung pemerintah sehingga dari bagi hasilnya yang tidak seberapa itu petani gurem bisa mendedikasikan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya hingga lulus pendidikan tinggi menjadi barisan generasi penopang Indonesia Emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H