Berkebun kerap dikaitkan dengan aktivitas yang membawa ketenangan dan kedamaian. Melihat hamparan hijau atau warna warni tumbuhan, menanam, mengamati, memanen diyakini bisa menghilangkan penat dan stres.
Klaim semacam itu tidak sepenuhnya salah. Studi yang dilakukan oleh Agnes E van den Berg berjudul "Allotment Gardening and Health: A Comparative Survey Among Allotment Gardeners and Their Neighbors Without an Allotment" (2010) menyimpulkan bahwa berkebun memang memiliki efek positif bagi kebahagiaan, kepuasaan hidup, serta bisa mengurangi rasa kesepian. Berkebun juga memberi kontribusi sangat baik terhadap kesehatan, kebahagiaan, dan mental kata Carly Wood, pengajar di jurusan Nutrisi dan Ilmu Olahraga, University of Westminster (Tony Firman, Tirto - 20 Januari 2019).
Masih menurut Toni Firman Buettner, seorang penulis dan penjelajah berkebangsaan Amerika Serikat, dalam sebuah proyek bernama Blue Zone telah mempelajari lima tempat di seluruh dunia yang penduduknya terkenal berumur panjang. Tempat tersebut adalah Okinawa di Jepang, Nicoya di Kosta Rika, Icaria di Yunani, Loma Linda di California, dan Sardinia di Italia. Ada kesamaan yang ditemukan Buettner dari orang-orang yang rata-rata usianya 80 sampai 90 tahun, di tempat itu: mereka semua rutin berkebun.
Dengan demikian berkebun di halaman rumah yang dipupuk dari kompos serasah daun yang dihasilkan dari kegiatan menyapu halaman rumah tidak saja memberi efek BAE pada halaman rumah juga memberikan efek panjang umur. Semoga.
 .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H