Oleh: Azzam Habibullah (Mahasiswa, Insiator Gerakan Sosial dan Edukasi)
Seorang filsuf terkemuka, Abu Hamid Al-Ghazali dalam karyanya Kimiya' al-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan), menyebutkan salah satu kunci seseorang meraih kebahagiaan adalah memahami siapa dirinya. Tanpa mengenal dirinya, dia tidak akan mengetahui tujuan hidupnya. Tanpa tujuan hidup, maka kebahagiaan hanyalah delusi yang mustahil dicapai.Â
Prinsip ini mendorong saya untuk mencari jati diri yang sesungguhnya dan arti kebahagiaan ala saya. Di tengah deru masa muda yang acap membuai dalam kesenangan semu, saya bersyukur telah berhasil menemukan ladang kebahagiaan itu di bidang yang saya senangi: sosial dan edukasi.
Adalah orang tua saya yang pada mulanya menanamkan kecintaan untuk menebarkan kebahagiaan ini. Lembaga pendidikan dan sosial yang didirikan keduanya selama hampir 12 tahun di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, menjadi wadah bagi saya untuk merasakan langsung dinamika dalam membersamai masyarakat.Â
Saya ingat benar, bagaimana lelahnya saya ketika membantu menyantuni pengungsi di kawasan bencana, atau susahnya mengajarkan anak-anak di kampung terpencil membaca dan menulis. Namun ternyata, segala kesulitan senantiasa sirna kala melihat masyarakat merasa terbantu dengan hadirnya saya di sisi mereka, dan seorang anak kecil memeluk saya karena berhasil menulis puisi pertamanya setelah belajar dengan saya.
Maka, seiring bertumbuh dewasa, saya yakin bahwa sebagai bentuk manifestasi dari tujuan penghambaan saya kepada Tuhan, dan amanah kepemimpinan Alam Semesta yang telah diberikan-Nya, kebahagiaan yang saya tuju adalah kebahagiaan orang lain.Â
Demi memberi semangat kebahagiaan itu secara lebih luas, di usia SMA (2016) saya mendirikan Anak Muda Hebat Indonesia (AH Indonesia), sebuah gerakan berbasis komunitas yang menjadi tempat untuk berbagai dan belajar menjadi anak muda yang hebat dan penuh karya.Â
Ratusan anak muda dari berbagai kota di Indonesia telah menjadi bagian dari berbagai program AH Indonesia. Dengan sedikit ilmu dan pelatihan yang saya bagikan, mereka sukses menyebar kembali kebahagiaan kepada orang lain dengan karya dan prestasi yang sesuai dengan jati diri mereka.
Selain menginisiasi gerakan tersebut, saya juga memanfaatkan kemampuan saya di bidang menulis dan public speaking untuk setiap minggu berbagi tentang literasi, self-leadership, dan kepemudaan di website azzamhabibullah.net, dan beberapa kali diundang di berbagai Sekolah Menengah di Pulau Sumatera dan Jawa untuk membantu teman-teman muda menemukan jati diri dan kebahagiaan ala mereka, demi memajukan kualitas SDM bangsa.Â
Memang aktivitas ini melelahkan, bahkan beberapa kali saya terjebak dalam kejenuhan sebagaimana anak muda lainnya. Akan tetapi, saya bersyukur Tuhan mempertemukan saya dengan teman-teman yang sehati, sehingga senantiasa membantu saya untuk terus semangat membangun diri dan orang lain.
Sebagai perwakilan inisiator gerakan sosial dan edukasi di Indonesia, saya diminta untuk mempresentasikan program-program yang saya jalankan dalam konferensi kepemudaan Internasional CEI (Caretakers of the Environment International) di negeri Paman Sam, pada Musim Panas tahun 2017 lalu, dan di negeri Mozart, Austria setahun setelahnya.
Ketika berada di forum konferensi tersebut, saya banyak berkenalan dan berdiskusi tentang masalah-masalah sosial kepada sejumlah inisiator muda di berbagai negara.Â
Berdasarkan hasil diskusi itu, saya melihat sebingkai fakta betapa saya dan anak- anak muda Indonesia lainnya masih tertinggal jauh di bandingkan mereka. Dari cara mereka mengkritisi masalah di Negaranya, memetakan potensi, hingga menemukan solusi-solusi yang walau sederhana namun memiliki dampak luar biasa.
Dengan semangat yang sama untuk menghadirkan terobosan baru dalam dunia sosial dan terus menuai kebahagiaan di kalangan anak muda, saya memulai Project penelitian tentang teknologi Pendidikan terkini direkomendasikan oleh World Economic Forum 2018, yakni 'Game Based Learning' sebagai metode untuk melatih kemampuan yang dibutuhkan di abad 21.Â
Berdasarkan metode tersebut, saya menciptakan "Tuntungan Ground" , sebuah produk edukasi yang mengangkat isu tentang permasalahan sosial dan literasi, yang diramu menjadi sebuah permainan (Board Game) menyenangkan dengan mengangkat kisah rakyat dan tokoh legenda asli Indonesia di dalamnya.
Tidak sekedar menciptakan produk saja, saya juga membangun tim dari berbagai kota (Medan, Bengkulu, dan Baturraden) untuk menyelenggarakan workshop tentang permainan ini di berbagai instansi pendidikan di Indonesia, sekaligus memainkanya bersama teman-teman muda di berbagai Sekolah di Indonesia.Â
Melalui seleksi Nasional yang diselenggarakan oleh perwakilan organisasi Caretakers of the Environment International di Indonesia, para pakar pendidikan dalam dan luar negeri memberikan skor tertinggi kepada project tersebut, yang akhirnya membawa saya mempresentasikannya di forum kepemudaan di Istanbul, Turki pada tahun 2019 lalu.
Maka dari itu, melalui tulisan ini saya ingin mengatakan, bahwa "berbagi kebahagiaan" bukanlah slogan semata, melainkan adalah bekal mental untuk terus mengembangkan diri dan meraih prestasi. Berbagi kebahagiaan kepada orang lain adalah bentuk lain dari merayakan kebahagiaan diri sendiri, yang kelak menjadikan kita "manusia" yang seutuhnya.Â
#jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H