Mohon tunggu...
azzam abdullah
azzam abdullah Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Swasta

Lulusan Magister Manajemen yang sedang kerja di perusahaan swasta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengelola Ekspektasi, Cara Hidup Waras di Zaman Edan

9 Oktober 2020   14:52 Diperbarui: 9 Oktober 2020   14:56 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederhananya, inilah cara agar kita tidak dihancurkan oleh ekspektasi kita sendiri. Hancur karena ternyata kepercayaan kita tidak dianggap, luluh lantak, akhirnya muncul rasa kecewa mengharu biru. Merusah stabilitas akal dan alat gerak. Karena peluang-peluang ini selalu ada.

Inilah baiknya mengawali segala sesuatu dengan pemahaman utuh. Jika muncul interaksi antar individu alangkah lebih baiknya kita kenal dulu lawan main kita. Jika muncul reputasi antar lembaga lihat dulu reputasi lembaga tersebut. Cari catatan wan-prestasinya, persiapkan kemungkinan terburuk jika harus berinteraksi dengan orang atau lembaga tersebut, dengan lebih berhati-hati, setidaknya dampak kerusakannya tidak separah jika kita tidak bersiap.

Dengan pemahaman tadi, bisa jadi muncul juga kebijaksanaan dalam proses interaksi sosial. Terjadi hal-hal luar biasa, jauh dari prediksi kita. Misalkan jika kita turut membesarkan sebuah bisnis kecil, saat bisnis itu besar entah benefit apa yang dapat kita rasakan. Dan seterusnya, inilah mengapa, kesepahaman itu perlu.

Jika ternyata kemalangan menimpa kita, well, this is it. Mungkin Tuhan Yang Maha Esa sedang meminta kita untuk kembali pulang, menghadapnya. Berdoa semoga Dia memberikan solusi terbaik, berkunjung ke rumahnya agar Dia bukakan jalan-jalan tak disangka. Kalaupun tidak ada solusi kontan di dunia ini, keyakinan akan hari akhirat setidaknya menjadi alasan, menjadi langkah kita tetap istiqomah, terus jalani hari hingga dipanggil pulang. Apakah hal ini mudah? Nope, tidak ada hal paling susah selain mencoba ikhlas! Tetapi inilah, inlah indahnya hidup, indahnya belajar.

Tapi ini tidak berlaku ke pemerintah ya. Ingat, tidak ada kata-kata "pemerintah" disana, semua ditujukan pada interaksi keseharian kita, agar kita masih waras, agar kita tidak langsung menjadi gila karena hal-hal semacam itu.

Tetapi jika ini berkaitan dengan orang, yang secara sadar kita titipkan suara kita agar dia berlaku adil. Jika ini berkaitan dengan mereka, yang kita amanahkan kekuasaan atas negeri tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika ini berkaitan, dengan mereka, menikmati hidup mewah, hidup mudah karena pajak-pajak kita.

Jika mereka berkhianat, mereka merampok, mereka mencabik-cabik kepercayaan rakyat. Jika mereka terang menindas, memukul, dan membunuh rakyatnya sendiri demi kepentingan pribadi dan kelompok mereka. Jika mereka tunduk kepada kekuatan asing, para bedebah yang senantiasa mengincar, mengintai, untuk dapat merampas tanah air kita tercinta.

Maka biarkanlah urusan memaafkan dikembalikan kepada Dia Yang Maha Pengampun. Urusan lainnya, well, rakyat juga memiliki hak untuk bertindak kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun