Seorang pria berjalan terseok-seok, menggunakan kemeja hitam polos. Dengan beban nurani di pundaknya, ia berjalan bungkuk menuju pintu kaca otomatis hotel di bilangan Jakarta pusat.
Setibanya di loker karyawan, ia menampakkan wajahnya yang lusuh di hadapan kaca, depan wastafel. Mencukur kumis tipis dan janggutnya yang berlumuran doa untuk menjadi orang kaya.
Mengambil minyak rambut di dalam tas kecil yang ia beli di pasar senen pada hari selasa setelah gajian di hari sebelumnya. Ia menyeka rambut dengan jari yang berlumuran gel, ia rapihkan kanan dan kiri hingga terbentuk rambut gaya klimaks anti kemiskinan.
Kemeja yang berbau Apek, ia semprotkan dengan minyak wangi berbau kasturi; berharap masuk surga ketika mati karena kelelahan bekerja 6x90 Jam.
Sesampainya di ballroom, ia diberi tugas oleh atasannya untuk menjadi server, dengan tampang setengah suci ia mengiyakan titah atasannya.
Acara malam ini adalah perayaan ulang tahun remaja yang berusia 17 tahun. Ia tampak tercengang melihat dekorasi panggung di dalam ruangan, yang bertema "angel of down to earth" Pasalnya ia merasakan  malaikat yang ditugaskan Tuhan tidak bekerja dengan baik.
Tibalah waktunya untuk table manner. Ia membagikan makanan kepada remaja wanita yang berulang tahun. Dengan wajah penuh dendam ia menyumpahi makanan dengan doa yang panjang namun jahatnya tetap; berharap malaikat turun ke bumi pada malam ini dan menukar nasib mereka berdua.
Sehabis acara, ia membereskan sisa-sisa makanan di meja. Dan ia menyadari makanan yang ia doakan tidak dimakan oleh remaja wanita, ia hanya memakan cake yang diberikan oleh orang tuanya dengan doa serta mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H