Mohon tunggu...
Azzahrotul Ilmi
Azzahrotul Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Renang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi Pada Anak Usia Dini

23 Mei 2023   21:31 Diperbarui: 23 Mei 2023   21:46 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan seni menawarkan banyak manfaat yang dapat diperoleh anak secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan yang dapat diterima secara langsung adalah sebagai sarana ekspresi, sebagai sarana komunikasi, sebagai sarana komunikasi. Bermain dan menyalurkan minat dan kemampuan anak.Dengan bantuan seni, anak dididik untuk bersenang-senang, karena seni meningkatkan kepekaan anak terhadap hal-hal yang berhubungan dengan alam dan keindahan. Kesenian untuk anak usia 4-6 tahun (anak prasekolah) merupakan kegiatan yang menyenangkan, ekspresif dan kreatif. Salah satu tugas seni dalam pelajaran TK adalah menyanyi. Menyanyi adalah tugas seni sebagai sarana komunikasi atau komunikasi dengan anak. Pada usia prasekolah (4-6 tahun) tidak semua anak bisa melakukannya. Komunikasi pikiran dan perasaan secara lisan atau tulisan dan penuaan Oleh karena itu pemahaman anak masih sangat terbatas. Dengan kata lain, melalui nyanyian diharapkan pesan moral yang disampaikan dapat dipahami dan dimaknai, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi karakter, kepribadian dan perilaku anak. Fenomena tersebut menyadarkan penulis untuk berpikir lebih dalam tentang bagaimana pendidikan seni akan lebih menitik beratkan pada nyanyian anak usia prasekolah (4-6 tahun), yang berdampak besar pada perkembangan diri anak dan memiliki respon afektif, kognitif dan psikomotorik. 

Ada tahapan-tahapan dalam pengasuhan yang harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Menurut teori Piaget tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-2 tahun masuk ke fase sensorimotor, saat anak mulai meniru, mengingat dan berpikir, memahami bahwa objek tetap ada, meskipun tersembunyi, gerakan mulai membidik tidak hanya dengan refleks. Sebaliknya, antara usia 2 dan 7 tahun, anak mulai memasuki fase praoperasional, di mana anak mulai berkomunikasi menggunakan simbol, berpikir dalam operasi satu arah, tetapi masih kesulitan mempersepsikan sudut pandang orang lain (ego tinggi). Teori ini dapat digunakan untuk merancang suatu pendekatan yang diimplementasikan dalam pembelajaran anak usia prasekolah (4-6 tahun) pada umumnya dan pada pendidikan seni pada khususnya.
Anak-anak pada umumnya menyukai kegiatan yang mereka sukai. Oleh karena itu, guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi proses pembelajaran anak, khususnya anak prasekolah (4-6 tahun), dengan strategi, metode, materi dan media yang menarik dan mudah dipahami. Bernyanyi merupakan salah satu solusi yang harus digunakan guru untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan tujuan tumbuh kembang anak. Melalui kegiatan menyanyi, guru lebih mudah berkomunikasi dengan anak dan anak lebih mudah memahami dan memaknai pesan yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan, anak-anak mendapat tanggapan positif tentang kegiatan menyanyi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan menyanyi merupakan pendekatan yang harus dilakukan guru sebagai bagian dari proses tumbuh kembang anak. Hirmaningsih menegaskan bahwa ada dua bentuk kegiatan menyanyi yang dilakukan oleh anak yaitu yang pertama adalah menyanyi pasif, dimana anak hanya mendengar dan menikmati bunyi lagu tanpa terlibat langsung dalam kegiatan menyanyi, dan yang kedua adalah menyanyi aktif dimana anak berlatih nyanyian hanya bernyanyi atau bernyanyi sendiri.
Kegiatan menyanyi yang sering dilakukan anak usia prasekolah adalah kegiatan menyanyi aktif karena menyanyi berkaitan dengan ekspresi diri, perkembangan bahasa dan intelektual, hubungan sosial, dan kreativitas yang kesemuanya merupakan prinsip dari aspek perkembangan anak tersebut. Sekilas latihan menyanyi terlihat seperti latihan menyanyi anak pada umumnya, namun perlu diperhatikan bahwa kegiatan menyanyi sangat bermanfaat.
Baik secara kelompok maupun individu, pemilihan topik lagu tentunya harus disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak serta dapat menggugah minat anak untuk menanggapi pesan liriknya. Dari usia 4 hingga 6 tahun mereka cenderung melakukan apa yang menyenangkan mereka dan itulah yang menjadi perhatian anak-anak. Oleh karena itu, untuk membangkitkan minat dan perhatian anak, guru harus memilih lagu dengan baik, tentunya harus sesuai dengan karakter lagu yang ditujukan untuk anak, antara lain melodi yang dinyanyikan harus mudah diingat,harus memperhatikan tema atau cerita agar anak mudah memahami dan mengingatnya. dan anak-anak dapat menggunakannya sesuai dengan dunia anak-anak yang menyenangkan, yang penuh dengan imajinatif, ceria dan mudah diakses untuk interval vokal anak-anak misalnya (do-mi, mi-do) dan lagu-lagunya mengandung unsur pengulangan. Untuk meningkatkan perhatian anak saat bernyanyi, guru juga bisa memadukannya dengan gerakan atau tarian sesuai lirik bagian lagu.
Menyanyi dan menari tidak dapat dipisahkan dari anak-anak. Gerakan itu menyenangkan bagi anak-anak, misalnya
melompat, berputar, berlari. Ekspresi diri anak juga bisa muncul dari gerakan lagu tersebut. Anak dapat mengungkapkan perasaan senangnya melalui gerakan ritmis yang cepat dan bersemangat, membuat gerakan yang menjadi lebih cepat sesuai dengan pengalaman anak sehari-hari, dll. Melalui gerakan, anak dapat menunjukkan pemahamannya. Gerakan ritmis dan nyanyian melatih rasa irama anak, kesabaran mengikuti irama yang diberikan dan kepercayaan diri yang muncul karena mampu mengekspresikan semua bentuk ekspresi anak melalui gerakannya.
Melalui reaksi yang diperoleh anak dari kegiatan bernyanyi, anak dapat membedakan perasaan senang, sedih, gembira, bahagia dan anak benar-benar puas dan secara spontan dapat mengungkapkan apa yang dirasakan, dipikirkan dan diinginkannya. Hal ini meningkatkan rasa percaya diri anak dan tercermin dari sikap anak saat bernyanyi dengan lantang, ekspresi wajah gembira dan gerakan semangat. Hirmaningsih berpendapat bahwa menyanyi bukan hanya bagian dari kecerdasan artistik anak, tetapi juga mengasah kecerdasan sosio-emosional anak karena mereka perlu membawakan lagu dengan emosi dan ekspresi yang sesuai dengan isi lagu. Dari segi kesehatan, bernyanyi dapat melatih otot kepala dan leher, serta organ pendengaran. Dengan kata lain, menyanyi dan bergerak merupakan alat untuk melatih gerak kasar dan halus anak. Meskipun pertumbuhan fisik mereka melambat di masa kanak-kanak, keterampilan motorik kasar dan halus berkembang pesat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun