Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan tentang makna pulang. Pulang bukan sekedar perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin. Pulang bukan tentang tempat asal kita, namun tempat di mana kita merasakan ketenangan, kenyamanan, dan kedamaian.Â
Pulang bukan sekedar perjalanan menuju tempat kelahiran kita, pulang adalah perjalanan batiniah, terkait hubungan kita dengan alam. Di mana pun kita merasa nyaman, di situlah kita kembali. Di manapun kita kembali, di sanalah tempat asal kita.Â
Pulang adalah perjanalan menuju tempat di mana kita bisa menjalin hubungan keterkaitan dengan alam. Di mana jiwa kita bisa bekerja sama dengan alam, saling merindukan dan saling menjaga. Pulang sejatinya adalah kembali menemukan bagian dari jiwa kita yang sudah tertaut di alam. Dan alam itu sejatinya tak berbatas wilayah.Â
Pulangnya Zionis
Orang-orang beragama Yahudi dan berideologi Zionis sejak berpuluh tahun lamanya hingga kini menjadikan Palestina sebagai tempat pulang. Mereka berpikir bahwa Palestina adalah tempat asal dari nenek moyang mereka. Mereka yang dulunya ditolak di mana pun memilih untuk 'pulang' ke Palestina.Â
Mereka memiliki harapan yang pasti tentang tanah Palestina. Mereka yang terusir di semua tempat berharap bisa pulang dan menjalani kehidupan dengan kedamaian. Mereka berharap menemukan kebahagiaan dan ketenangan di tempat yang baru, tempat yang mereka anggap sebagai rumah nenek moyang mereka.
Faktanya, tanah Palestina bukanlah tanah tak berpenghuni yang bisa diduduki siapa saja. Tanah Palestina adalah milik warga Palestina yang sudah tinggal di sana sejak berabad yang lalu. Sama halnya dengan warga Indonesia yang kemudian mengusir para penjajah karena sudah menempati wilayah ini terlebih dahulu.Â
Jika mereka benar-benar ingin 'pulang', maka keputusan untuk datang ke Palestina adalah pilihan yang salah dan fatal. Menduduki wilayah Palestina secara paksa hanya menimbulkan kerusakan alih-alih kedamaian. Jika memang ingin mencari kedamaian di Palestina maka pilihan tepatnya adalah menjadi warga Palestina, hidup berdampingan dengan warga asli Palestina.Â
Untuk menjadi warga Palestina, tak perlu menghancurkan properti, merampas tanah, dan membunuh warga Palestina. Untuk bisa hidup damai di Yerusalem, tak perlu merusak sekolah, rumah sakit, dan rumah warga.Â
Kepulangan seharusnya menjadi kabar baik bagi warga tempat kembali. Kepulangan seharusnya menjadi penawar derita dan sumber kebahagiaan. Kepulangan seharusnya menjadi tautan jiwa dengan alam tempat kita kembali.Â
'Pulangnya' zionis ke Palestina justru membuat warga asli Palestina terusir dari rumahnya sendiri. Mereka harus mengungsi di tanah kelahirannya dan hidup tidak layak di negaranya sendiri. Mereka kehilangan masa kecil, udara yang bersih, sekolah dan tempat ibadah yang nyaman. Â Jika 'pulangnya' mereka ke Palestina justru menimbulkan kerusakan, maka langkah terbaik adalah pergi ke tempat di mana mereka merasakan kedamaian.Â