Mohon tunggu...
Mahdiya Az Zahra
Mahdiya Az Zahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - lifetime learner

Mompreneur yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Israel Bukan Sedang "Pulang" ke Palestina

20 Juni 2021   15:42 Diperbarui: 20 Juni 2021   15:45 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: detik.net.id

Pulang ke Perantauan

Ketika saya di Riau, saya melihat banyak orang Jawa yang transmigrasi ke sana. Mereka tinggal dalam satu wilayah yang semuanya berisi orang Jawa dan menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Mereka yang bertransmigrasi itu sudah memiliki keturunan hingga muncul lah istilah Pujakesuma (putra Jawa kelahiran Sumatra). 

Kadang saya berpikir, apakah mereka tidak ingin pulang ke Jawa? Apakah mereka tidak rindu kampung halaman? Apakah mereka tidak ingin tinggal bersama leluhur dan nenek moyang mereka? Bukankah jauh lebih menyenangkan tinggal di Jawa daripada di Sumatra? 

Namun para Pujakesuma yang kerja di Jawa pun tetap merasa bahwa Sumatra adalah tempat mereka pulang. Padahal, nenek moyang mereka jelas ada di Jawa. Banyak yang masih punya kerabat di Jawa, namun tetap kembali ke Sumatra seusai kuliah di Jawa. 

Hal ini karena jiwa mereka sudah tertaut dengan Sumatra, meski nenek moyang mereka berada di Jawa. Mereka telah menautkan jiwa mereka di tempat yang baru. Mereka bahkan lebih menyukai masakan Padang yang pedas dan asin dibanding masakan Jawa yang manis dan tidak terlalu pedas.

Artinya jiwa mereka sudah menyatu dengan alam Sumatra, berbaur dengan budaya dan tradisi Sumatra, dan mereka bangga menjadi bagian dari Sumatra. Ya, pulang bukan hanya kembali ke tempat asal nenek moyang kita. Pulang adalah tempat kita berbagi cinta dengan alam. 

Jika pun mereka pulang ke Jawa, mereka sudah tak punya apa pun. Kembali ke Jawa artinya memulai kembali kehidupan di Jawa sebagai warga yang baru. Hutan, ladang, dan sawah yang dulu mereka kenal sudah berubah. 

Alam yang dulu berbagi kasih dengan mereka sudah berubah. Dan kini mereka berbagi kasih dengan alam Sumatra. Mereka menemukan tempat kembali yang baru, mereka pulang ke rumah yang baru. Mereka pulang ke perantauan.  

Begitu pula alam di Palestina, jika pun benar bahwa nenek moyang Zionis berasal dari Yerusalem, maka Zionis tidak lantas berhak mengusir warga Palestina. Kondisi ratusan tahun yang lalu dengan masa kini sudah berbeda, alam sudah berubah, dan alam itu sudah berbagi kasih dengan warga Palestina. 

Tidak, Zionis tidak sedang pulang. Mereka adalah bentuk dari ketamakan, kerusakan, dan kesombongan. Mereka bukan mencari tempat pulang, mereka hanya sedang bermain catur sambil terbahak melihat pion mati bergelimpangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun